Mukhaelani, S.Pd.,M.Pd.I

Terlahir sebagai anak desa yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kesederhanaan. Baik dari segi budaya, pendidikan apalagi ekonomi semua dalam suasana yang sed...

Selengkapnya
Navigasi Web
Makna Thoriqoh
Kegiatan Thoriqoh antara lain adalah pembimbingan bagi murid agar dapat terarah jalan hidupnya.

Makna Thoriqoh

Karena penasaran, setelah berjamaah sholat Dzuhur, pemuda itu berusaha membuntuti perjalanan Kyai masuk rumahnya yang ada di depan Masjid. Setelah berbasa-basi ala kadarnya, pemuda itu mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu untuk dapat memperoleh penjelasan tentang pengertian atau makna Thoriqoh. Dengan detail Kyai itu menjawab. Yaitu bahwa arti Thoriqoh menurut bahasa adalah bermakna jalan. Karena penasaran dia pun menanyakan maksudnya jalan. Yaitu apa jalan raya, atau jalan apa ? , atau bisa saja mungkin jalan menuju Surga.

Di sini disebutkan juga adamya Madzhab untuk mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar / tersesat. Untuk itu perlu adanya urutan silsilah pembelajaran yang dilakukan dalam thoriqoh harus adanya urutan pembelajar hingga sampai Rosullullah Muhammad SAW.

Kalau urutan silsilah itu terputus, atau tidak sampai Rosullullah, berarti ajarannya batal, sehingga tidak perlu diikuti, apalagi dikembangkan”, tutur Kyai itu menandaskan.

Namun kalau urutan silsilah pembelajarannya jelas dan valid, sehingga tersambung hingga Rosullullah, thoriqoh itu Mu’tabaroh dan syah untuk diikuti serta dikembangkan. Tentang untuk apa seseorang itu mengikuti jamaah thoriqoh, perlu kiranya memahami tujuannya terlebih dahulu. Bukan hanya asal ikut begitu saja, tanpa mengetahui hakikat dan arah yang diinginkan.

Kalau dikatakan tujuan mengikuti thoriqoh adalah mencari kebenaran, maka cara melintasi jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Dalam hal ini unsur usia banyak dipertimbangkan. Ini dibuktikan dalam kenyataannya para peserta yang disebut dengan murid, terdiri dari mereka yang sudah berusia lanjut atau sudah tua.

Berkaitan dengan itu pemuda itu menyempatkan bertanya juga tentang syaratnya untuk mengikuti ngaji atau belajar thoriqoh. Pertanyaan yang sempat dilontarkannya adalah apakah harus sudah tua atau usia lanjut untuk ngaji atau belajar thoriqoh ?.

Dengan bijak dan tegas diterangkan oleh Sang Kyai. Tidak juga, maksudnya tidak harus menunggu tua, apa lagi menunggu pensiun. Kematian tidak hanya miliknya orang tua. Bahkan kalau diibaratkan, kematian itu laksana jatuhnya kelapa dari tangkainya di atas pohon, memang sering yang jatuh adalah kelapa yang sudah kiring (tua). Ada juga yang jatuh atau diambil oleh yang punya kelapa itu saat setengah tua. Namun sekarang banyak juga yang diambil, dijatuhkan saat masih degan yaitu ketika masih muda dan begitu segar. Bahkan ada kalanya juga yang masih cengkir (muda sekali). Kapan kelapa itu jatuh ?, seringkali adalah saat dibutuhkan atau dikehendaki oleh yang punya atau pemiliknya.

Demikian juga dengan kematian manusia. Umumnya memang pada usia tua, yaitu usia enam puluh tahun lebih. Namun usia setengah baya, usia muda, bahkan usia anak-anak ataupun balita adalah mungkin saja terjadi. Itu semua tergantung kehendak dari Yang Punya kehidupan ini. Itulah Allah SWT. Dia yang menguasai dan menghendaki kehidupan kita ini. Kehidupan kita tidak seperti yang kita kehendaki, tapi, kehidupan kita sesuai dengan yang Dia kehendaki. Pemuda itu bengong, dengan demikian serius, memperhatikan arahan Kyai.

Jadi, yang masih muda, juga boleh Kyai, untuk ngaji thoriqoh ?, tanyanya dengan penuh penasaran dan semangat.

Kyai itu kembali tersenyum ramah sambil menganngguk-nganggukan kepala. Itu pertanda membolehkan mereka yang berusia muda untuk ngaji atau ikut belajar thoriqoh.

Namun, seringkali mereka mau masuk atau ngaji thoriqoh kalau sudah memasuki usia pensiun. Hal itu bukan hanya karena terbebaskannya dari kesibukan rutin dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas sehari-hari, tapi juga kesiapan mental.

Kalau memang hal yang demikian ini adanya, bisa jadi dimaklumi. Namun kalau masuk atau ngaji thoriqoh itu menunggu saat kita tidak punya kesibukan, yaitu saat memasuki masa pensiun perlu kiranya untuk dikaji ulang. Terlebih kalau dikaitkan dengan perlunya mempersiapkan diri dalam kehidupan setelah kematian. Sebagaimana kenyataannya, kematian merupakan misteri sebagai rahasia kepunyaan Allah yang tidak diberitahukan kepada yang bersangkutan kecuali sudah saatnya. Di sisi lain, sikap menunggu untuk ngaji thoriqoh setelah memasuki masa pensiun biasa jadi merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak salah langkah dalam menempuh dan menjalani pilihan dalam kehidupan ini. Lebih dari itu juga merupakan bentuk sikap dari hati seorang dalam menentukan jalan yang akan ditempuh. Sikap dari hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.*****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post