Saya Masih Bingung. Belum Paham!
Di kelas, tampak dua kanak-kanak berdiri dan memeras otaknya mengerjakan soal matematika. Ya matematika, pelajaran yang menjadi momok bagi sebagian besar kita.
“Ayo... hitung lagi yang benar, pasti kamu bisa!”, pinta Bu guru itu memberi semangat. “Ibu yakin kamu bisa!”, tambahnya lagi. Kedua kanak-kanak masih saja mematung sambil memainkan broarmakernya alias spidol. Meraka, kedua kanak-kanak itu, sudah berdiri mengerjakan soal yang diberikan Ibu guru itu sejak lima menit yang lalu. Namun tetap berdiri mematung.
Sesaat kemudian, “Ayo hitung...masak gak bisa? Setengah dibagi setengah. Satunya setengah dibagi seperempat. Yang lain juga! Jangan nunggu jawaban benar saja dari temanmu!” suara Ibu guru itu dengan tegas. Kanak-kanak yang lain duduk serius mengerjakan hitungan itu. Dan meneruskan hitungan soal selanjutnya. Kelas begitu hening. Layaknya kelas-kalas lainya saat pelajaran Matematika. Apakah memang harus seperti itu? Ah....sejak dulu memang seperti itu.
Sepuluh menit berlalu. Dua kanak-kanak belum mampu menyelesaikan soal itu. Setengah dibagi setengah dan setengah dibagi seperempat. Begitu sulitnya kedua soal itu bagi kedua kanak-kanak itu.
“Tadi, Ibu sudah beri contoh. Kalau ada pembagian seperti itu, bilangan kedua dibalik dan tanda bagi diubah menjadi tanda kali.” terang Ibu guru yang diikuti kor sebagian kanak-kanak yang lain. Ya sebagian, karena yang sebagian yang lain juga masih tersandera dengan ketidakpahamannya. Sama persis dengan kedua kanak-kanak yang di depan. Tidak paham.
“Ya sudah,” Ibu guru kelihatan menyerah, “kalian berdua duduk! Kamu.” sambil menunjuk kanak-kanak perempuan yang duduk di depan meja guru.
“Saya, Bu?” tanya kanak-kanak perempuan itu memastikan.
“ Iya, kamu untuk nomor satu. Dan belakangmu untuk nomor dua.” jelas dan perintah Ibu guru itu sambil menunjuk kanak-kanak lelaki yang berambut lurus berbelah samping.
Keduanya maju dan seisi kelas sedikit gaduh. Terdengar beberapa komentar canda jail dari kanak-kanak yang lain. Dan beberapa komentar yang kemudian disahuti dengan jawaban yang bikin ger. Namun dengan komentar-komentar kanak-kanak itu, suasana menjadi terlihat lebih cair. Tidak sepi dan mati. “Sudah...sudah...lihat depan!”, Ibu guru itu menenangkan suasana diikuti ayunan penggaris kayu ke papan tulis, “Tok tok tok tok tok.” Dan itu sangat efektif mengendalikan suasana dan kestabilan situasi kelas.
Kelas menjadi sepi lagi. Semuanya dalam kendali Ibu guru itu. Sementara, Kedua kanak-kanak yang baru ditunjuk telah di depan papan tulis. Dan mulai mengerjakan soal yang harus diselesaikannya. Mereka, kedua kanak-kanak itu, sukses mengerjakan soal matematika itu. Terlihat di papan tulis cara mereka menyelesaikan soal itu.
Yang nomor satu tertulis setengah dibagi setengah sama dengan setengah dikali dua per satu. Di bawahnya tertulis lagi sama dengan dua per dua. Lalu di bawahnya ditulis sama dengan satu. Jadi setengan dibagi setengah sama dengan satu.
Untuk nomor dua tertulis setengah dibagi seperempat sma dengan setengah dikali empat per satu. Kemudian di bawahnya ditulis sama dengan empat per dua. Di bawahnya lagi tertulis dua. Jadi setengah dibagi seperempat sama dengan dua.
“Coba lihat ini!”, Seru Ibu guru itu menyuruh memperhatikan seisi kelas melihat hasil pekerjaan temannya. “Gimana, mudahkan? Makanya perhatikan, pahami!” kata Ibu guru itu dengan senyum mengembang, “ Gak ada yang sulit. Gak ada yang gak bisa. Jika kalian memperhatikan dan mencoba!” jelasnya lagi. “Kenapa kalian tadi gak biasa, he..?”, tanya Ibu guru itu sambil menatap kedua kanak-kanak yang belum sukses mengerjakan soal. Sesaat kedua kanak-kanak itu diam dan terlihat menundukkan kepala. Seisi kelas sepi. Karena memang sebagian kanak-kanak yang lainnya juga mengalami hal yang sama. Sama gak ngertinya, sma gak pahamnya, dengan kedua teman kanak-kanak yang ditanya Ibu guru. Hanya saja mereka bernasib baik, karena gak sempat ditunjuk untuk mengerjakan di depan. Andai mereka yang dapat jatah ke depan, mungkin akan bernasib sama. Sama-sama mematung di depan papan tulis. Kanak-kanak, semuanya diam dan hanya mampu berkata dalam hati dan pikirannya sendiri-sendiri.
“Saya masih bingung. Belum paham!”, suara salah satu kanak-kanak di baris tengah sisi kanan membuyarkan sepinya kelas. “Bagaimana hasil setengah dibagi setengah dapat satu dan setengah dibagi seperempat hasilnya dua?” terangnya tentang kebingungannya. Dan anehnya lebih dari sebagian seisi kelas mengamininya dengan suara menggumam layaknya koloni lebah yang pindah sarang.
“Iya... iya...” suara kata kanak-kanak yang duduk di samping jendela kelas.
“Heeh... aku juga bingung.” timpal kanak-kanak berambut ikal itu.
“Lha iya setengah dibagi setengah kok hasilnya satu? Menurutku ya dua. Hehehe”, sahut teman kanak-kanak yang lainnya,
“ Embuh... bingung, gak paham. Hahahahaha.” sahut teman di depannya.
“Aku bisa ngerjakan dan bener seperti di depan tapi aku ya masih bingung. Kok bisa seperti itu hasilnya.” terang kanak-kanak berhijab yang duduk dekat pintu kelas.
“Sama... hasilku juga sama tapi aku gak paham.” sahut teman sebangku kanak-kanak yang berhijab yang duduk dekat pintu kelas.
“Aku blas gak paham dan salah ...ahhhhhh” sahut kanak-kanak yang duduk di ditengah sambil menengadahkan wajahnya.
Sebagian besar seisi kelas resah dengan ketidakpahamannya. Sama seperti Ibu guru matematika itu yang bingung dengan kanak-kanak didiknya yang gak paham. Baginya itu sangat mudah dan sederhana. Namun, bagi kanak-kanak, yang mudah dan sepele itu belum tentu mudah dan sepele untuk dipahaminya. Memahami sesuatu itu perlu waktu. Dan sabar itu kunci untuk memahamkan sesuatu.
Ibu guru itu menunggu waktu.
Monda, 270620
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Apa beda kanak-kanak dan anak-anak?Apa pula perbedaan dalam penggunaan kedua kata tersebut dalam kalinat?Maaf. Tapi kok agak kurang pas ya penggunaan kata kanak-kanak dalam tulisan njenengan itu. Kalau menurut saya akan lebih pas jika panjenengan menggunakan anak-anak daripada kanak-kanak. Afwan
bedanya ada pada huruf "k" selebihnya tidak ada. Masukan diterima. Terima kasih atas saran dan berkenan mampir membaca.
Apa beda kanak-kanak dan anak-anak?Apa pula perbedaan dalam penggunaan kedua kata tersebut dalam kalinat?Maaf. Tapi kok agak kurang pas ya penggunaan kata kanak-kanak dalam tulisan njenengan itu. Kalau menurut saya akan lebih pas jika panjenengan menggunakan anak-anak daripada kanak-kanak. Afwan