Prastiyo Budi Santoso

Guru di MI P2A Cendana Kutasari Purbalingga. Berbekal keinginan kuat untuk bisa membuat buku, sampai bertemu media guru. "The dream come true"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilustrasi : pixabay

"Hati Meneliti"

Sepeda onthel keluaran baru, bukan terbaru lho ya, kukayuh dibawah teriknya mentari. Bagi siapa saja yang ingin membuat kulitnya menjadi coklat, hari ini waktu yang tepat untuk mewujudkannya, gratis, tinggal berjemur sesuai kebutuhan.

Stasiun kebumen, tempat yang akan kutuju. Hari ini, aku akan memesan tiket kereta joglokerto tujuan purwokerto. Jarak tempuh relatif dekat, sepeda onthel menjadi alternatif sarana untuk sampai ke tujuan.

Dengan langkah pasti, stasiun kumasuki, tak lupa sepeda kutitipkan terlebih dulu. Pandangan kulayangkan, menyasar semua sudut pandang yang memungkinkan. Sebuah papan besar yang berisi informasi kereta, tanggal keberangkatan dan sisa kursi yang masih ada, menjadi akhir dari penjelajahan pandanganku. Oke, ... masih ada kursi untuk tanggal 19.

Blangko pesanan kuambil, identitas calon penumpang kutulis dengan jelas, tanggal keberangkatan tak lupa kutorehkan diatasnya. Tandatangan, sret...sret... sret, selesai sudah.

Segera saja, kumasuki barisan pemesanan tiket. Keyakinan semua sudah beres menyelimutiku saat mengantri. Sesampainya didepan loket, kuserahkan blangko pesanan, petugas memasukkan data persis dengan yang ada di blangko pesanan. Setelah selesai kerja petugas, tiket sementara akhirnya sampai ke tanganku. "Diperiksa dulu datanya ya pak", kata petugas loket, meski sebelumnya sudah dikonfirmasi kepadaku. Oh, nggih. Jawabku menimpalinya.

Ketika sedang memeriksa tiket sementara yang ada ditangan, tiba-tiba (ah, jangan pakai kata tiba-tiba, kesannya terlalu dibuat-buat), cess... seperti ada es batu seukuran batu bata, hinggap dipikiranku. Ada yang keliru, ... tanggal 19 itu hari senin, sementara aku akan berangkat hari minggunya. Saat menuliskan tanggal, kupikir hari minggu, ternyata hari senin. Ada-ada saja. Kutemui lagi petugas loket yang tadi melayaniku. "Mohon maaf pak, tanggalnya keliru, mestinya buat hari minggu, saya yang kurang teliti". Silahkan bapak isi blangko pemesanan tiket lagi untuk perubahan jadwal, kata petugas dengan mantap (sesuai prosedur yang berlaku). Oh, nggih pak, siap laksanakan (tanpa penghormatan).

Kuambil lagi blangko pesanan, lalu kutuliskan data yang sama dengan sebelumnya, kecuali ditanggal keberangkatan, kutuliskan angka 18 yang artinya dihari minggu. Sret...sret...sret, beres. Kulangkahkan kakiku untuk kedua kalinya ke loket pemesanan tiket. Untuk kedua kalinya kutemukan wajah yang sama dibelakang meja petugas. Ini pak, kuserahkan blangko pesanan tiket terbaru plus tiket sementara yang tadi sudah dicetak.

Petugas langsung mengotak-atik komputer didepannya. Setelah yakin, iapun berkata, "untuk perubahan jadwal, kena biaya empat belas ribu per tiket. Karena ada 3 tiket, jadi semuanya empat puluh ribu rupiah. Entah perhitungan darimana, 14.000 x 3 = 40.000 ini jelas bukan perhitungan matematis murni, sepertinya ada nilai pertemanan didalamnya. Dalam hitungan kurang dari 2 menit, ada penambahan biaya karena keteledoran, ketidak telitian.

Memaklumi setiap keadaan. Hanya itu yang bisa dilakukan, karena jika tidak demikian, yang timbul adalah kebencian, ketidaknyamanan, merasa dibodohi. Huff... entah apa yang terpikir saat itu, kenapa tidak kupastikan dulu semua data sebelum diserahkan kepada petugas. Apapun itu, sesal dikemudian tidaklah berguna. Menerima peristiwa yang terjadi merupakan pilihan yang bijaksana.

Ada siang ada malam, ada untung ada rugi, ada pengalaman ada ilmu. Setidaknya hari ini aku belajar "ketelitian" begitu penting.

Terkadang kita perlu meluangkan waktu sejenak untuk mengkonfirmasi berita atau data dengan sumber yang jelas, bukan hanya berdasar pada persepsi. Jika berhubungan dengan tanggal dan hari, maka kalender menjadi sumber rujukan yang sesuai. Paling tidak supaya terhindar dari peristiwa seperti yang kualami.

Benar adanya, slogan "teliti dahulu sebelum membeli".

Lalu bagaimana dengan informasi di media yang berseliweran setiap saat, bagaimana cara kita mengkonfirmasi kebenarannya??? ...

Sepertinya hanya dengan hati kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pengalaman adalah guru terbaik yang mungkin tidak kita pelajari d bangku sekolahan

15 Apr
Balas

Sungguh luar biasa, pemilihan diksi yang bikin iri...semoga bisa belajar...trmksh

02 Apr
Balas

Masih belajar bun. Terkadang suka ndak nyambung.

02 Apr

Orang dikatakan pintar jika ia sdh prnh menulis. Inilah contohnya. Apapun bisa dikemas dlm sebuah tulisan. Perasaan kecewa mnjadi terungkap mnjadi sebuah karya. Lanjutkan pak Budi. bagus!!! skrg aku dah knl Pak Budi dan tak ragu lagi.

02 Apr
Balas

Matur nuwun bu, masih belajar.

02 Apr



search

New Post