Prastiyo Budi Santoso

Guru di MI P2A Cendana Kutasari Purbalingga. Berbekal keinginan kuat untuk bisa membuat buku, sampai bertemu media guru. "The dream come true"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilustrasi : pixabay

"Mengejar Waktu, Tetap Terlambat"

Hari ini, kita akan berangkat jam sembilan tolong siapkan semuanya. Begitu aku pulang, kita langsung berangkat. Karena tiket kereta tak bisa dipesan pada hari keberangkatan, harus langsung membeli di loket pelayanan.

Separuh pekerjaan kutinggalkan, mengejar waktu menjadi alasannya. Itupun sudah terlambat duapuluh lima menit dari jadwal. Dalam perjalanan pulang, otakku membuat simulasi perjalanan. Karena titik melangkahnya terlambat, pasti akan ada konsekuensinya, kecuali kecepatan kendaraan kupacu secepat-cepatnya.

Sampai di rumah, ternyata belum siap untuk berangkat, masih ada yang ditunggu lagi. Sekitar limabelas menit waktu bertambah molor dari jadwal.

Akhirnya semua siap untuk berangkat.

Bawaan agak banyak, tiga buah tas ukuran sedang. Dua di depan, satu disamping. Agak repot untuk berbelok ke kanan dan ke kiri, artinya harus ekstra hati-hati.

Perjalanan dimulai, bayangan terlihat begitu jelas dijalan, menandakan matahari bersinar terang. Satu sepeda motor dengan empat orang diatasnya, ditambah tiga buah tas ukuran sedang melaju di jalanan menuju stasiun purwokerto.

Kecepatan tak bisa melebihi lima puluh kilometer per jam, maklum dengan banyaknya muatan diatasnya. Keamanan menjadi prioritas utama.

Matahari bersinar semakin terang. Pohon-pohon dipinggir jalan, menjadi peneduh meski hanya sesaat. Kendaraan melaju semampunya, ban depan yang pernah terluka membuat gerakan motor sedikit "ndut-ndutan". Hampir separuh perjalanan, melintas pengendara lain sambil mengingatkan kalau tas yang berada disamping, menyentuh aspal. Kendaraan kuhentikan setelah kurapatkan ke sisi kiri jalanan, biar tidak mengganggu pengguna lainnya. Kulihat tas yang berada disamping, ternyata benar adanya. Bagian bawah tas, menyentuh permukaan jalan, sebagai bukti yang otentik adalah, bagian bawah tas "rodal-radil". Jika tetap melanjutkan perjalanan dengan keadaan yang sama, kemungkinan besar muatan dalam tas akan berhamburan ke jalanan. Posisi tas kubenahi, perjalanan pun kulanjutkan.

Kereta joglokerto adalah sasaran utama perjalanan kami. Jadwal keberangkatan jam 10.40 wib.

Dua pertiga jarak sudah ditempuh. Waktu menunjukkan jam 10.30 wib. Sisa sepuluh menit untuk bisa sampai tujuan agar tak ketinggalan kereta.

Matahari bersinar semakin terang, ada rasa pesimis untuk bisa tepat pada waktunya. Namun perjalanan tetap kulanjutkan. Pikirku, jika memang tidak keburu, ya pulang lagi.

Sampai di depan stasiun, motor kumasukkan tempat penitipan. Pada saat itu juga, kudengar dari pengeras suara yang ada di stasiun, "kereta joglokerto akan segera diberangkatkan".

Kami terlambat, persis didepan tempat tujuan. Apa boleh buat, semua sudah kuusahakan sebisanya.

Kami tetap melangkah menuju stasiun, berharap ada kereta yang bisa dinaiki dengan tujuan yang sama. Akupun mengantri diloket pelayanan. Tertulis di papan informasi, masih ada satu kereta yang akan berangkat sepuluh menit kemudian, kereta kutojaya utara. Antrian cukup panjang, ada kekhawatiran jika tidak cepat dilayani, bisa ketinggalan kereta lagi.

Akhirnya sampai juga didepan loket, setelah semua data dimasukkan, petugas loket menyampaikan harga yang harus dibayar. Seratus lima ribu rupiah untuk tiket tiga orang dewasa dan satu anak dibawah tiga tahun. Agak tidak percaya mendengarnya, namun waktu terus bergulir, sehingga kutepiskan dulu ketidak percayaanku itu. Setelah naik kereta dan duduk manis, barulah kusadari betapa keterlambatan kami menjadikan murahnya biaya perjalanan yang dikeluarkan.

Jika tadi tidak terlambat dan naik kereta joglokerto, maka biaya yang harus dikeluarkan sekitar seratus limapuluh ribu rupiah, artinya lebih mahal empatpuluh lima ribu dari harga yang kubayarkan.

Peristiwa ini menyadarkanku untuk tidak berburuk pikir terhadap peristiwa yang kita alami, khususnya peristiwa tidak mengenakkan. Akan selalu ada hikmah, hanya terkadang kita terburu-buru dengan "klaim" tidak baik. Benar adanya, manusia berencana, Tuhan yang menentukan.

Sementara matahari bersinar semakin terang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keterlambatan yang manis,,hemat sekian persen,,sedekahin saja pak,,,hehehe,,

18 Mar
Balas

Ada sambungannya bu. Tunggu saja.

18 Mar

Mengambil makna dr sebuah ketrlambatan.

18 Mar
Balas

Tidak ada yang sia-sia ya bu.

18 Mar

semua adaa hikmahnya . tapi saat ini saja terlambatnya nggih pak?

18 Mar
Balas

Mudah-mudahan bu.

18 Mar



search

New Post