Hari ini kembali aku melihat pesan sayang darinya untukmu. Meski ribuan kali kamu selalu menyanggahnya. Mengatakan jika antara kamu dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa. Padahal kamu tahu dengan pasti, bukan hanya sekali ini aku mememukan pesan sayang dia untukmu setelah kamu meyakinkan aku.

Tahukah kamu.....? bukan sakit hati karena terus kamu bohongi dan kamu khianati yang kurasakan semakin mengiris hati ini. Tetapi keegoisan kamu untuk tidak mau melepaskan aku. Keegoisan kamu tetap menahanku untuk pergi.

Padahal sebelumnya aku juga sudah memergoki kamu pergi berboncengan berdua dengannya. Berbagai alasan kamu lontarkan untuk pembelaan diri. Padahal aku tidak pernah mempertanyakannya. Mengapa? Karena bagiku semua ucapan kamu hanya dusta belaka. Semua pembelaanmu hanya alasanmu semata.

Akan tetapi yang lebih menyakitkan hatiku, kamu selalu menghujatku, memaki dengan kata-kata yang sangat kasar hanya untuk menutupi semua kesalahanmu. Cacian, makian, pasti akan aku terima setiap kali aku mengetahui tentang kamu dan dia.

Bukan aku tak mampu memberontak ataupun melawan semua perlakuan kamu padaku. Tetapi aku lebih memilih diam demi menjaga perasaan anak-anak dan ibuku. Aku korbankan semua perasaan yang ada demi mereka. Karena bagiku saat ini, merekalah alasan aku untuk tetap bertahan dan berjuang lepas dari kamu.

Aku tidak pernah memiliki niat untuk memisahkan kamu dari anak-anak. Tetapi sikap dan tingkah laku kamulah yang menjauhkan anak-anak dari kamu. Terlebih anak kita yang pertama, yang sudah mengetahui semuanya tanpa aku memberitahukan kepadanya.

Kini hanya satu pintaku....

Usaikan ikatan yang sudah terberai ini. Sehingga kamu bisa melangkah sesuka hatimu. Melanjutkan kisahmu dengan dia tanpa harus merangkai dusta untuk menutupinya. Agar aku juga bisa menata kembali serpihan hati yang telah berkali terserak.

Biarkan kurangkai cerita hidupku tanpa kamu. Jika memang kamu masih memiliki nurani.

Karena aku juga berhak bahagia...