Untuk penulis pemula menulis adalah sebuah beban yang menghimpit. Merenung berjam-jam bahkan berhari-hari tak kunjung datang yang namanya ilham. Dari mana untuk memulai tulisan, pesan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana pula cara mengakhiri sebuah tulisan menjadi garukan kepala yang meraja. Semakin banyak teoretis yang dibaca, bukan semakin mantap untuk menulis tetapi semakin gamang untuk menulis. Ditambah lagi dengan kaidah ejaan dan penulisan yang harus dipegang teguh.

Menulis adalah sebuah keterampilan produktif. Apabila menulis dianalogikan dengan membuat sebuah masakan yang kerap kali membuat para ibu bingung menyiapkan menu apa saja yang harus tersaji di meja makan, maka membuka buku resep , googling , atau bahkan sampai mengingat kembali menu masakan dan rasa hidangan yang pernah dinikmati saat acara atau bepergian ke luar kota. Dari situlah para ibu terinspirasi untuk membuat menu. Nah itulah yang dinamakan keterampilan reseptif para ibu dalam mewujudkan keterampilan produktifnya membuat menu masakan atau hidangan.

Begitupun dengan menulis. Banyak membaca, banyak mendengar, banyak melihat dapat dijadikan sebuah referensi untuk menulis. Integrasikan dengan teoretis menulis yang sudah didapatkan. Dalam hal kebaruan ide menulis juga harus menangkap hal-hal yang faktual. Dari mana harus didapatkan? Pengalaman menulis dengan sumber ide dari pelatihan rupanya patut dibagikan untuk para penulis pemula. Mengapa demikian? Agenda pelatihan selalu membawa hal-hal baru. Baik berupa ide, cara atau informasi-informasi baru lainnya yang perlu diinformasikan kembali agar dipahami, diikuti, dan diaplikasikan secara serentak. Setidaknya misi penulis untuk tujuan dasar menulisnya telah tercapai.

Ide menulis bisa didapat dari apa yang dibaca, didengar, dan dilihat. Ide menulis juga bisa didapatkan dari hasil pelatihan apapun yang kita ikuti. Hal ini akan mendukung penulisan kita menjadi sebuah tulisan yang hangat, tulisan yang mengupas hal-hal baru. Asalkan selama proses mengikuti pelatihan, seminar, atau sarasehan Sang Penjala ide harus fokus menyimak. Simak dengan benar apa saja yang disampaikan oleh pemateri dari satu slide ke slide yang lainnya. Bahkan sampai ke sesi tanya jawab atau kesimpulan diskusi dalam kegiatan tersebut. Jangan lupa buatlah catatan-catatan kecil yang dimaksudkan oleh pemateri dalam slide tersebut. Ini penting untuk dicatat untuk memperkaya dan kebermaknaan informasi yang didapat. Sudah terkumpul bukan bahan tulisannya? Lalu langkah berikutnya adalah memparafrase kembali informasi-informasi tersebut ke dalam bentuk tulisan yang dikembangkan. Untuk lebih menarik sertakan gambar berupa ilustrasi atau grafik. Teruslah menulis sampai bermuara di akhir tujuan, bermuaranya menulis adalah dimana pembaca telah menangkap pesan atau informasi yang disampaikan. Setelah selesai, mulailah dengan menswasunting tulisan. Lihat kembali ejaan, tanda baca, dan sebagainya.

Ilmu baru dalam sebuah inovasi pendidikan kerap kali didapatkan melalui pelatihan, sayangnya sering tersaji dalam bentuk power point atau salindia . Hal ini akan menjadi sebuah ide atau gagasan tulisan baru yang faktual. Menulis untuk hal-hal baru akan menarik dan memantik pembaca jika disajikan ke dalam sebuah tulisan merdeka tanpa slide. Catatan-catatan kecil sebagai pelengkap sebuah tulisan akan menjadi paparan aktual yang insyaallah menjadi inspirasi dan referensi banyak orang. Berfungsi sebagai sebuah pengetahuan baru bagi yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Dan bisa menjadi pengingat bagi orang-orang yang mengikuti kegiatan tersebut tetapi lupa tidak mengikatnya ke dalam tulisan.

Yang terpenting dalam menjala ide dari dari sebuah pelatihan, seminar atau kegiatan apapun itu, lepaskan diri dari gagjet. Fokus menyimak, mainkan pena untuk mengikat ilmu yang bertebaran di dalamnya. Hindari phubbing.

Selamat mencoba.