Janji Hati

Tantangangurusiana

16 Maret 2024

MUSIM SEMI TIBA

(1)

CHERRY BLOSSOM MULAI BERBUNGA

Oleh : Fransisca S. Tanoyo

Baru saja Amy Stewart Tawse, adik saya yang tinggal di UK mengirimkan foto Cherry Blossom yang sedang mekar di halaman belakang rumahnya melalui WAG keluarga. Bunga yang sangat cantic dengan nuansa putih pink tanpa daun. Bunga yang mekar sekitar dua minggu dalam satu tahun ini sungguh dinantikan, sebagai penanda awal musim semi tiba. Setelah bunga itu rontok maka baru akan muncul daunnya.

“Cantik” komentar kakak yang tinggal di Jakarta.

Bunga-bunga lain seperti tulip, lily, dan lainnya masih masih kuncup. Beberapa waktu lagi mereka akan mekar kembali. Bunga-bunga yang ditanam di taman belakang itu sesuai iramanya akan mekar pada saatnya, dan hilang di musim yang berbeda. Siklus yang indah karya Sang Pencipta.

Adik masih mengenakan jaket tebalnya, udara masih terasa dingin, hujan sesekali datang membuat jalanan tergenang air. Dengan menahan dingin dia rela keluar rumah untuk berbagi suka cita menunjukkan bunga cantiknya mekar, dan situasi kebunnya yang mulai menghijau. Dia selalu ngobrol dengan ceria, di sela obrolan kami bisa tertawa terbahak-bahak. Ini cara kami melepas kangen, apa saja jadi bahan obrolan yang menyenangkan saat video call.

Yang paling menyenangkan tentu khabar gembira tentang liburan pulang ke Indonesia pada awal tahun 2025. Agenda tiga tahunan itu terasa lama ditunggu datangnya. Ada tantangan buat saya, kalau selama ini kami gentian mengawal liburan bisa ke Bali, Pontianak, Singkawang, Lampung, dll. Untuk besok Amy akan liburan di Yogya, di rumah keluarga.

Saya “dipaksa” untuk merampungkan proyek rumah singgah impian yang nyaris 30 tahun tertunda. Tanah warisan orang tua untuk saya belum dikelola. Rumah keluarga yang hancur pasca gempa menyisakan sesak dan luka yang tak kunjung kering.

Sebenarnya selalu ada panggilan hati untuk pulang kampung, membangun rumah dan menghidupkan kembali kenangan masa kecil bersama orang tua. Ketika masih hidup Bapak ingin sayalah yang tinggal di kampong untuk bisa merawat rumah. Dengan restu Bapak saya merantau menyeberang lautan, dan tak berpikir untuk kembali. Jangan-jangan Bapak menagih janji ya.

Setelah bermenung lama, ada yang mengusik kembali niat itu. Anak saya tak ingin pulang ke rumah dan ingin tetap tinggal di Yogya usai kuliahnya. Diskusi spontan akhirnya membuat keputusan untuk membuat rumah impian, rumah ekspresi untuk anak. Tak disangka dukungan keluarga besar luar biasa. Rupanya mereka menunggu keberanian saya untuk membuat keputusan pulang kampung, juga merindukan terwujudnya rumah impian keluarga. Rumah itu akan menjadi penanda banyak peristiwa, dan menjadi kado terbaik bagi keluarga.

Rumah impian itu dipaksa harus rampung dalam tahun ini, sehingga dapat siap digunakan untuk reuni keluarga. Membayangkan keluarga berkumpul saat usia mulai menua, anak-anak tumbuh dewasa, cucu-cucu bercanda berkejaran diseling tawa pasti sangat membahagiakan.

Ah…itu mimpi yang sungguh nyata. Aha.