juwita rihasnita

Menulis bagian dari caraNya memperpanjang usia... Meski raga tidak lagi dibumiNya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wawa sayang Abah ...

Wawa sayang Abah ...

Wildan Dan Wawa. Itu nama panggilan akrab kakak beradik ini. Si abang bernama lengkap Wildan Ahmad Muzaffar dan si adiknya Sarwa Mufida Mumtaza. Nama mereka berdua sangat kental "araabnya' ya? Dan Alhamdulillah wajahnya juga kelihatan timur tenugahnya. Bukan begitu?

Ada sedikit cerita menarik yang sampai sekarang terkesan di hatiku tentang dua bocah ini. Kebetulan pula mereka ini keponakanku. Ayahnya saudara laki-lakiku satu-satunya.

Pagi minggu, waktu itu pada bulan Oktober. Kami pergi bersama untuk mengikuti kajian di Mesjid daerah Amplas. Seperti biasanya, sebelum ikut kajian mereka bawa makanan agar tidak " rusuh" ketika kajian berlangsung. "Wawa, kita nanti beli jajanan di Indo maret aja ya wak." bujukku pada si adik perempuan ini. Waktunya mepet kalau harus beli jajanan mereka dari sekarang pikirku.

Sesampainya di mesjid, sesuai janjiku pada Wawa aku bergegas mencari becak untuk beli jajanan di Indo maret yang dekat mesjid.

" Wawa, tidak pakai keranjang wak? Nanti wawa susah pegangnya." Ku ingatkan ia waktu masuk ke Indomaret itu.

" Oh iya wak." jawab Wawa sambil senyum. Wawa ini punya suara khas, agak-agak berat gitu suaranya.

" Silahkan Wawa, mau cari jajanan apa wak." ku tawarkan padanya.

" Wak, Wawa boleh beli jajanannya tiga wak?" tanya wawa lagi.

" Boleh Wak." sambil senyum ku lihat jalannya melenggang bawa keranjang.

Mulailah Wawa memilih jajanan yang ia maksudkan. Dan benar, Wawa menghitung jenis jajanan.

" Wak, cukup wak. sudah tiga jajanan wawa. Tapi wak ( tiba-tiba dia pegang kepalanya) .....

" Abah Idan boleh nggak wak, Wawa belikan juga?" Matanya berkedip seolah-olah menyatakan boleh.

" Boleh nak. Ambilkan untuk Abah Idan juga nak." Deg... hatiku.

Setelah Wawa mengambil jajanan untuk abah Idannya, ku katakan lagi padanya.

" Wawa, kalau Wawa kurang jajannya. Ambil lagi wak, nanti boleh beri teman-teman yang lain nak." pintaku padanya.

" Tidak Wak, kata Umi kalau belanja di Indo Maret jajanannya paling banyak tiga. Udah janji sama umi" katanya.

" Kan tidak ada Umi, lagian kan Wawa jajannya sama uwak koq. bukan orang lain." pancingku menggodanya.

" Tidak wak, Udah cukup. Ini untuk Wawa dan yang itu untuk Abah Idan."

Hmmm, baiklah nak. kataku dalam hati. Dan kami pun bergegas ke kasir.

Mungkin bagi sebagian orang, kejadian ini tidaklah istimewa. namun bagiku, ada pelajaran yang dititipkanNya hari itu untuk kita orang tua ...

1. Betapa ikatan persaudaraan itu sangatlah kuat. Tidaklah tampak sosoknya di depan mata, namun batinnya senantiasa terikat. Semarah apapun seseorang kepada saudaranya, terutama saudara kandung tetaplah ia akan mengingat dan suatu saat pasti akan ada rasa memberi yang lebih untuknya.

2. Lekatnya pesan seorang ibu, meski ada peluang untuk mengingkari. Anak lebih memilih untuk tidak megkhianati. "Kalimat magic" ibu akan sangat berpengaruh kepada sikap anak di luar rumah.

Itulah sekelumit kisah dari dua bersaudara ini. Semoga Allah Swt, Tuhan yang Maha Esa senantiasa menjaga hubungan batin antara saudara di manapun mereka berada nantinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post