Pendidikan Karakter Saat PJJ
Di tengah situasi pandemi covid-19 pendidikan menjadi unsur terbesar yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah pusat dan daerah. Perhatian pemerintah dalam bidang pendidikan semakin nampak meski muncul pro dan kontra dari berbagai pandangan masyarakat. Diawali dengan pemberlakuan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau dikenal Belajar Dari Rumah (BDR) hingga penyediaan/pemberian fasilitas belajar online bagi anak sekolah.
Penyediaan konten pembelajaran online pun bermunculan. Berbagai aplikasi belajar dari yang prabayar maupun yang gratisan. Guru dan murid dapat menggunakan aplikasi belajar mulai dari yang sederhana sampai yang sangat lengkap. Semua aplikasi yang tersedia memang sangat membantu dalam pelaksanaan PJJ.
Dari sekian banyak aplikasi yang tersedia mungkin mayoritas guru memanfaatkan WhatsApp sebagai sarana pelaksanaan PJJ. Dengan WhatsApp guru dan murid dapat mengirim tugas dan memberi umpan balik dengan fasilitas yang disediakan. Aplikasi kedua yang banyak digunakan yaitu Google Classroom. Aplikasi ini dapat memberikan tugas layaknya di kelas. Guru dapat memberikan tugas berupa materi, quis, video, pilihan ganda, uraian, gambar, dokumen dan nilai dan catatan dapat diketahui oleh siswa dari hasil tugas yang diberikan guru.
Pelaksanaan belajar secara online kerap kali guru lupa dalam memberikan penekanan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada siswa. Guru hanya terpaut pada pemenuhan tuntutan Kompetensi Dasar (KD) dari tiap mata pelajaran. Tugas yang diberikan guru hanya pada pemenuhan ketercapaian kognitif. Salah satu contoh siswa ditugasi membaca halaman tertentu lalu menyelesaikan tugas yang tertera di buku atau siswa diminta simak tayangan youtube lalu kerjakan soal berikut.
Jika proses PJJ yang dipraktikkan hanya sekedar menggugurkan kewajiban maka pertanyaannya "Apakah proses penbelajaran jarak jauh yang dijalankan mampu memiliki makna?" dan bagaimana jika tugas yang diberikan guru terlampau banyak sehingga tidak menutup kemungkinan diselesaikan oleh orang tua. Jika hal ini terjadi tentu proses belajar yang dijalankan tidak dapat memberi perubahan besar bagi anak.
Yang lebih mencederai pelaksanaan PJJ adalah kurangnya komunikasi antar guru, siswa dan orang tua untuk membangun sinergi pembelajaran bermakna. Tidak menutup kemungkinan dimasa PJJ masih terdapat guru yang enggan menggunakan aplikasi zoom, duo, google meet, Webex Meet atau sekurang-kurangnya VC WhatsApp untuk berkomunikasi. Komunikasi sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Tanpa adanya komunikasi dalam sebuah pelaksanaan pembelajaran tentu sangat tidak mungkin akan terciptanya tujuan pembelajaran.
Di masa pandemi komunikasi dalam PJJ menjadi sarana penting bagi guru untuk mentransper nilai keteladanan. Pada pembelajaran normal guru menjadi sosok teladan bagi muridnya secara langsung. Murid meniru keteladanan guru dari karakter dan kepribadian yang nampak di depan matanya. Komunikasi rutin (setiap hari ) atau berkala memiliki nilai positif yang sangat besar. Nilai-nilai positif yang muncul antara lain adalah :
1. Siswa merasa mendapat perhatian guru meski hanya melalui komunikasi video. 2. Mengurangi kejenuhan siswa dalam PJJ yang hanya berupa tugas-tugas belajar. 3. Munculnya rasa percaya diri yang disebabkan motivasi guru secara langsung pada siswa. 4. Meningkatnya nilai-nilai karakter dari komunikasi verbal. 5. Tertanamnya nilai keteladanan pada siswa dari guru yang mampu mengolah komunikasi dengan baik.Pendidikan karakter saat PJJ dapat dimunculkan sejauh adanya keinginan guru untuk mengemas pembelajaran online secara lebih baik. Dalam upaya menghidupkan Penguatan Pendidikan Karakter saat PJJ tentu perlu adanya kerjasama antara guru dan orang tua. Orang tua yang merupakan komponen terdepan dalam memberikan pendampingan belajar online berperan penting membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penguatan Pendidikan Karakter yang biasanya disajikan dalam sebuah aktifitas pembelajaran di sekolah kini sebagian besar dilakukan dilingkunga rumah bersama keluarga. Pendidikan karakter yang yang dilakukan melalui penyelarasan aspek kinestetik (gerak) estetik (hati) etik/etika (prilaku/adab) dan literasi merupakan upaya pemerintah dalam menciptakan generasi emas.
Pada intinya nilai-nilai pendidikan karakter religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas akan dapat dilaksanakan dalam situasi pandemi covid-19 melalui PJJ oleh guru, siswa dan orang tua melalui komunikasi yang baik dan berkesinambungan. Dengan demikian setidaknya upaya membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas tahun 2045 yang mampu menghadapi dinamika perubahan serta memiliki kemampuan aspek literasi dasar dan kompetensi abad 21 dapat tercapai.
Demikian semoga bermanfaat,jangan lupa mohon koreksi dan tanggapan,
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar