MASA TUA
#203#
Angin begitu lembut menyapa dua orang ibu yang sedang berbincang tentang masa tua mereka.
ibu 1 : sungguh bahagia dirimu punya anak yang bisa jadi imam ketika sholat, bagaimana caranya.
ibu 2 : ya, tentu saja. Tapi bukankah dirimu juga bahagia punya anak yang pintar, selalu juara kelas, benar anak yang luar biasa.
ibu 1 : ya, benar. tapi aku cemburu padamu, suaranya sangat bagus ketika azan, anakku tidak berani.
ibu 2 : kalau begitu aku juga harus cemburu padamu, punya anak yang sangat pintar, sekolah di sekolah yang kami sudah pasti tidak sanggup membayarnya.
keduanya terdiam, larut dengan pikirannya sendiri. mereka sama-sama cemburu, tapi ibu 2 tidak menjadikannya beban.
ibu 1 : boleh aku tahu?
ibu 2 : aku pernah mendengar, membaca, dan menonton vidionya, kalau ada seorang profesor yang sukses, memiliki anak yang juga sukses, punya perusahaan, punya segalanya, mereka keluarga yang sukses di dunia. Tapi ketika istri, ibu dari anaknya meninggal, tidak satupun dari ketiga anaknya yang mampu jadi imam sholat jenazah. dan profesorpun menangis.
Dia tidak menyalahkan anaknya, dia mengaku dialah yang salah, dia mangajarkan anaknya mencintai ilmu, itu benar, tapi hanya ilmu dunia, dia bimbing anaknya dengan penuh kasih, dia tuntun anaknya melihat dunia yang begitu luas, dia tumbuhkan rasa cinta, dengan cara pergi ke luar negeri ketika liburan sekolah. mamberikan hadiah ketika juara.
Tapi sang prof lupa mengajak anaknya mencintai sang penciptanya, sehingga anaknya hanya sekedar tahu, tapi tidak dekat dan tidak cinta seperti cintanya pada mata pelajaran yang membuat mereka bisa keliling dunia.
Anaknya tahu sholat jenazah, tapi tidak tahu caranya, memang mereka mengenalnya, mereka tidak akrab dengan kitabnya, penciptanya.
singkat cerita anaknya berhasil di dunia, tapi ketinggalan untuk akhiratnya.
dan saya belajar dari sana, saya akan membuat anak-anak dekat dengan penciptanya, mencintai dengan sepenuh hati, hingga ketika di hari tua, atau ajal menjemput mereka bisa menjadi imamnya dan memberikan kita mahkota surga. saya hanya berusaha tidak bernasp sama dengan prof itu.
ibu 1 : ( terdiam...) air mata berlinang.
ibu 2 : maaf saya tidak bermaksud menyinggung.
ibu 1 : tidak bu, saya menangis karena saya juga merasakan sekarang, kalau anak saya memang tidak dekat dengan penciptanya. setiap hari anak saya sibuk belajar, tapi hanya pelajaran dunia.
terima kasih sudah mengingatkan.
ibu 2 : ( tersenyum) dan keduanya kembali terdiam menatap langit dengan pikirannya sendiri.
Akankah ada diantara mereka yang melihat pelangi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar