Melya Kiki Wirianingsih,S.Hum

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPENGGAL KISAH

SEPENGGAL KISAH

#238#

Hamparan sawah yang luas dan hijau begitu menyejukkan mata. 'Saat ini alam begitu damai, langit sangat bersahabat tapi pancaran mata tidak mampu menutupi kepedihan hati, apakah ini memang takdir orang yang tinggal dipinggiran kota'.

"apa yang membuat lamunanmu begitu dalam uni". Saru suara memecah kesunyian. Aku menoleh dan menatap diam.

"Suasana begitu menenangkan hati, tapi kenapa tidak tergambar di mata bulat itu". kembali suara itu mencairkan kebekuan.

"uni hampir kehilangan, tapi untunglah Allah masih menjaga, jika memang belum waktunya semua akan baik-baik saja". Aku lalu dan memandang lagi hamparan sawah.

"Lalu apa yang membuat uni begitu sedih". Gadia itu mencoba cari tahu. Aku menatap sejenak dan tidak ada salahnya berbagi cerita ini, mungkin akan membantu.

" Kemaren one sakit, nafasnya tidak teratur kami berpikir ini waktu bagi kami untuk berpisah, tapi tidak kami tidak mau secepat itu. Lalu kami membawa ke rumah sakit, dengan kondisi one yang juga sudah tua.

Sampai di sana kami dihadaokan pada kenyataan yang memilukan, jika kami setuju one digabungkan dengan pasien pandemi sekarang denga ketentuan di ruang isolasi dan tidak boleh ditunggui, maka one langsung mendapatkan pelayanan layaknya pasien tersebut. Jika tidak maka mereka tidak bisa bantu".

Sejenak aku tarik nafas, ' tentu saja kami tidak mau, karena riwayat sakit hanya gula dan tensi yang tinggi. Setelah terjadi komunikasi yang cukup panjang, lebih kurang 45 menit, akhirnya uni berkata" .

" Dok apakah tidak ada pertolongan pertama dulu pada ibu saya". dan mereka langsung pasang oksigen.

"maaf bu, gimana keoutusannya, tetap dirawat atau dibawa pulang, kalau dirawat ibu tidak bisa menemani, walau ada kemungkinan terburuknya terjadi, tapi kalau dibawa pulang maka kami tidak akan menanggung resiko nanti jika pasien meninggal".

Aku terdiam dalam hari tidak henti berdoa, Ya...Allah berilah aku kekuatan untuk memutuskan".

suasana hening lagi. " lalu uni.jawab apa".

Lalu uni memutuskan " Dok..., biarlah orang tua saya saya bawa pulang. jika diraway di sini dan orang tua kami tidak berumur panjang, alangkah berdosanya kami sebagai anak. Karena kami tidak bisa menjalankan kewajiban kami seperti anjuran agama kami. Kami tidak bisa memandikan, membacakan yasin, dan menyolatkan, alangkah berdosanya kami, apalagi jika orang tua kami memang harus pergi kami tidak ada disampingnya menuntun membacakan kalimat Allah. Dokter tentu paham posisi kami, kami sangat menyayangi ibu kami".

Dokter itu terdiam, dia melihat mata uni yang berkaca-kaca dengan pilihan yang sulit. Lalu kami membawa pulang one, dan meminta bantuan dokter untuk membantu kami mencarikan tabung oksigen, biar kami lakukan perawatan semampu kami walau tidak ada satupun diantara kami anaknya yang bidan apalagi dokter.

Dokter itu membantu, dan meminta maaf karena ini sudah prosedurnya, kemanapun kami membawa one. Lalu kami memutuskan pulang.

lalu kepada siapa kami memohon, ya ...hanya Allah. 'Hasbunallah wani'mal wakil' , ya...hanya Allah sebaik baik penolong.

Sampai di rumah kami pasangkan oksigen dan tiada henti berdoa, hati kami sangat terluka, tapi kami tidak berdaya, maka kami hanya bisa memohon dan meminta.

Alhamdulillah, Allah kabulkan, one kembali sadar, kemudian berangsur pulih, saru jam setelah dipasangkan oksigen one sudah bisa duduk dan meminta diambilkan bubur karena mersa lapar.

Subhanallah, sebuah kekuatan doa yang Allah buktikan, jika tidak ada satu manusiapun yang sanggup menolong maka jangan lupakan Allah, jangan berputus asa yakin hanya Allah yang mampu.

Ya, ternyata keputusan yang kami ambil tepat. Lalu kami merasa kasihan dengan orang yang senasip dengan kami, bagaimana nasip mereka yang juga ambil keputusan sama dengan kami. Semoga mereka tidak berputus asa.

" Lalu apa yang membuat uni begitu sedih, bukankah one sudah sehat kembali".

Ya..., one memang sudah sehat, tapi yang membuat sedih, ada apa dengan negeri ini, bukankahvkita sudah merdeka. Apa karena kita bukan orang yang tinggal di kota, atau karena kita bukan orang yang berkuasa.

Ada apa dengan negeriku?

lalu kami sama terdiam. Uni benar tidak semua orang akan bisa menerima, uni masih beruntung, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak.

Ya...ada apa dengan negeriku....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah mengharu biru, bakti kasih pada orang tua, salam sehat sukses selalu bu

20 Sep
Balas

terima.kasih bun, salam literasi

21 Sep



search

New Post