MILAWATI

Seorang pendidik PAUD di Batola dan GP Angkatan 3 Kab. Barito Kuala ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KONEKSI ANTARMATERI - MODUL 3.1

KONEKSI ANTARMATERI - MODUL 3.1

Milawati_CGP Angkatan 3_TK Negeri 1 Alalak.

3.1.a.9 Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

Dari kutipan di atas menurut hemat saya yang sesui dengan materi 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, mengandung makna bahwa kewajiban guru bukan sekedar mengajarkan pengetahuan semata, namun yang terpenting adalah menanamkan karakter mulia dengan menuntun mereka pada nilai-nilai kebajikan universal agar mereka mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan.

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pandangan KHD mengenai tujuan pendidikan adalah merupakan proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sebagai serorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak-anak serta mampu dalam mengambil sebuah keputusan.

Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan dan guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya yaitu:

ing ngarso sung tolado diartikan sebagai seorang pemimpin (guru) mampu memberikan contoh/ tauladan yang baik kepada muridnya, rekan sejawat dan anggota masyarakat. Guru harus dapat menganalisis dan mempetimbangkan matang-matang dalam mengambil keputusan karena keputusan tersebut kelak akan menjadi contoh bagi murid-murid, rekan sejawat dan masyarakat.

ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin (guru) mampu membangun karsa/ kemauan atau pemberi semangat. Guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan (seperti teknik dan media mengajar) yang berpihak kepada murid dan mampu membangkitkan karsa, semangat dan kemampuan muridnya.

Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin (guru) mampu memberikan dukungan kepada murid. Guru harus mampu mengambil keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat memberikan dukungan dan semangat belajar agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajar murid.

Berdasarkan hal tersebut diatas, guru sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus mampu mengambil sebuah keputusan yang bijaksana dan berpihak kepada murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang ada dalam kita kita tentu saja berpengaruh pada prinsif-prinsif pengambilan keputusan yang akan kita ambil. Ketika seorang guru yang sudah kehilangan idealismenya dan mengutamakan kepentingan pribadi atau seorang guru sudah tidak lagi menerapkan nilai kejujuran dalam kesehariannya, maka dalam pengambilan keputusan bukan tidak mungkin sebagai pemimpin pembelajaran guru lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Namun jika seorang guru memegang teguh nilai kejujuran dan keyakinan agamanya yang dianut bahwa semua keputusan yang akan diambilnya akan dipertanggung jawabkan di hari akhir maka ketika mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran guru akan memegang teguh akan keyakinannya karena dia mengetahui semua keputusan itu akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.

Selain nilai-nilai kebajikan tersebut, seorang guru juga telah memiliki nilai- nilai dan prinsif- prinsif yang sudah tertanam dalam dirinya. Terlebih setelah mengikuti program guru penggerak, kita diingatkan dan dikuatkan kembali akan nilai- nilai dan prinsif-prinsif yang sudah tertanam dalam diri kita, sehingga nilai-nilai tersebut semakin kuat menyatu dalam diri kita dan direalisasikan melalui tindakan nyata kita sebagai pemimpin pembelajaran. Sehingga dalam mengambil keputusanpun sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai diri kita sebagai seorang guru. Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah

1. Nilai inovatif yang ada dalam diri kita, akan menjadi sebuah dasar yang baik untuk menentukan berbagai pilihan dalam pengambilan sebuah keputusan yang akan dilakukan.

2. Nilai kolaboratif, dengan nilai yang kita miliki ini sangat berpengaruh ketika kita dapat secara bijaksana memetakan aktor yang akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

3. Nilai mandiri yang telah dimiliki guru akan menjadi dasar ketika akan mengambil sebuauh keputusan dengan berbagai pertimbangan yang telah dilakukan, sehingga guru mampu secara cepat dan tepat mengambil suatu keputusan terhadap situasi dilema etika yang mengharuskan guru dapat mengambil sebuah keputusan yang efektif.

4. Nilai reflektif, seorang guru hendaknya mampu merefleksikan keputusan yang diambil sehingga dapat mengetahui dan memahami keputusan yang diambil itu apakah sudah tepat atau tidak serta apakah keputusan yang diambil itu sudah berpihak kepada murid.

Sehingga, nilai- nilai dan prinsif- prinsif yang dimiliki dan dianut seseorang, disadari atau pun tidak disadari akan mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Nilai-nilai yang dimiliki ini akan mempengaruhi sikap seorang guru dalam menentukan prinsif-prinsifnya dalam mengambil keputusan yang terbaik dan tentu dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi murid atau berpihak kepada murid.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya?

Pendampingan yang diberikan pendamping saat sesi coaching tentu saja sangat membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Pada sesi coaching guru sebagai cochee mampu mengeksplor berbagai solusi optimal serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dan hal ini akan berimbas menghasilkan keputusan yang bertangung jawab, yang berpihak pada murid dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal.

Guru yang merupakan agen transformasi perubahan dalam pembelajaran, dan sebagai pemimpin pembelajaran di kelasnya, tentu juga harus bisa mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional murid-muridnya. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, guru hendaknya mampu memberikan pendampingan dan pembimbingan terhadap murid-murid agar murid-murid mampu menyelesaikan dilema etika terhadap permasalahan belajarnya melalui teknik coaching untuk menggali potensi yang dimiliki oleh murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya.

Saya telah melakukan teknik coaching ini terhadap murid saya, dan saya rasa teknik ini sangat efektif dalam membantu murid-murid menyelesaikan permasalahannya.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya tentu akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Karena dalam pengambilan keputusan itu selain melakukan 9 langkah pengujian keputusan tentunya juga memerlukan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), karena aspek-aspek itulah yang menjadi tolak ukur dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berdasarkan sosial emosional yang ada pada diri guru saat itu. Jika emosinya tidak baik maka akan berimbas pada keputusan yang akan diambil. Atau lingkungan sosialnya yang buruk itu juga akan mempengaruhi hasil keputusan yang diambil. Disinilah perlunya berkesadaran penuh (mainfulness) agar kita lebih memahami dan melihat pada apa yang sesungguhnya terjadi dengan penuh kesadaran dan kejujuran pada diri sendiri, sehingga dapat memudahkan guru dalam mengambil keputusan dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Ketika kita dihadapkan pada masalah moral atau etika, maka akan ada nilai-nilai kebajikan universal yang mendasari dan bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika maupun bujukan moral. Dan dalam mengambil suatu keputusan selain melakukan 9 langkah pengujian keputusan itu, juga sangat dipengaruhi pada nilai-nilai kebajikan yang dianut seorang guru. Salah satu pengujian keputusan benar atau salah, untuk melihat nilai suatu keputusan itu benar atau salah maka ada yang namanya uji publikasi. Menurut hemat saya, uji publikasi inilah yang dapat dijadikan patokan seorang guru dalam pengambilan suatu keputusan. Jika keputusan guru itu dipublikasikan, dibaca dan dilihat oleh banyak orang, apakah guru itu akan merasa nyaman atau tidak. Jika tidak, maka tentunya keputusan yang diambil belum tepat karena keputusan yang di ambil tidak berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi, apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Selanjutnya ketika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan, guru mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, mampu mengelola aspek social emosional sehingga dapat berkolaborasi dengan baik dalam pengambilan suatu keputusan dan keputusan itu tidak menimbulkan masalah baru serta dapat diterima dan dilaksanakan oleh warga di lingkungannya dengan baik. Sehingga terciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk warga sekolah terutama murid-muridnya.

Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dilingkungan saya yaitu ketika dilema etika itu bertentangan dengan peraturan, walaupun ada suatu keberanian dalam memegang kebenaran yang saya yakini, namun ada nilai-nilai kesetiaan yang sering melemahkan keyakinan, dan juga karena lingkungan yang kurang mendukung sebab perbedaan nilai-nilai yang diyakini oleh setiap warga di lingkungan sekitar. Dan tentunya ini merupakan masalah perubahan paradigma dan budaya yang ada pada lingkungan sekitar. Selain itu juga karena sistem yang memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah/ kurang tepat. Guru mengetahui keputusan itu salah, namun tidak ada pilihan selain mengikuti sistem yang ada. Bagitu juga dengan keputusan yang dibuat tanpa sepenuhnya melibatkan semua guru sehingga muncul banyak kendala dalam proses pelaksanaan keputusan yang diambil.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif dan nyaman. Dan akan berimbas pada pengajaran merdeka belajar, dimana murid-murid akan memilah dan memilih bakat potensi yang ada dalam diri mereka untuk mereka kembangkan. Pengambilan keputusan yang tepat juga akan berimbas pada terbentuknya karakteristik positif murid-murid, sehingga akan terbentuk Profil Pelajar Pancasila dan juga akam mempengaruhi kehidupan masa depannya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Keputusan itu ibarat pisau yang dipegang oleh guru. Jika pisau itu digunakan dengan benar, maka akan terasa manfaat dari pisau itu. Jika salah menggunakannya, maka akan melukai diri sendiri (guru) dan orang lain (murid). Misalnya ada seorang murid yang menyontek agar mendapatkan nilai yang bagus dan supaya bisa lulus sehingga bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang diinginkannya. Guru yang mengetahui perbuatan muridnya, menanyakan kepada murid itu. Murid itu mengakuinya dan memohon untuk diberikan nilai yang bagus agar dia bisa lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi yang dicita-citakannya. Maka keputusan guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi masa depan murid itu.Apakah pisau itu digunakan dengan benar atau tidak. Jika keputusan yang diambil adalah membiarkan murid itu menyontek dan memberikan nilai yang bagus sehingga dia dapat melanjutkan ke perguruan tinggi impiannya, maka artinya guru telah menusukkan pisaunya kepada murid. Guru tersebut memberikan contoh yang tidak baik kepada muridnya. Tertanam dalam benak murid itu, bahwa menyontek itu sah-sah saja jika untuk mengejar impian. Tertanam ketidakjujuran dalam pribadi anak. Kelak di perguruan tinggipun dia akan melakukan hal yang sama, bisa jadi dia melakukan plagiatisme skripsi atau tesis demi mengejar impiannya, namun dengan cara yang tidak dibenarkan. Bisa jadi kelak jika dia sudah menjadi orang yang diimpikannya, seandainya menjadi seorang pemimpin, maka dia menjadi pemimpin yang suka berbuat curang, jika dia menjadi seorang dokter, maka dia akan menjadi dokter malpraktek, dan sebagainya. Semua itu terjadi bermula dari keputusan keliru yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Dan dosanya pun akan mengalir terus kepada sang guru yang keliru dalam mengambil sebuah keputusan. Begitupun sebaliknya, jika guru mampu menggunakan pisaunya dengan baik, guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu mengambil keputusan sesuai etika yang baik secara universal, maka bisa jadi murid itu memang gagal dalam menempuh ujian dan mungkin harus mengulang setahun lagi, tapi semua itu akan menjadi pelajaran berharga karena dia memahami bahwa kejujuran itu adalah suatu hal yang harus dijunjung tinggi. Bisa jadi suatu ketika dia menjadi seorang pemimpin suatu lembaga atau perusahaan, diapun akan berhati-hati dalam bertindak dan memegang kejujuran. Dia menjadi sosok yang berjiwa pemberani, bertanggung jawab, dan menjunjung kebenaran dan kejujuran, semua itu karena keputusan tepat yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran.

Begitulah mengapa suatu keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi masa depan murid-muridnya, karena guru selalu ditiru dan digugu oleh murid-murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir:

1. Guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu menuntun murid-murid dengan memberikan teladan yang baik melalui pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab, yang berpihak pada murid dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.

2. Untuk mengambil keputusan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid hendaknya guru memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, juga mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

3. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang baik dan bertanggung jawab maka keterampilan coaching akan membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan pemantik untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post