Rosnani

Lahir:Dumai 20 Desember 1969 Pekerjaan:Guru SMPN 1 DUMAI Alamat:Jl Diponegoro...

Selengkapnya
Navigasi Web
APA SALAHKU KAU MADU AKU (Tantangan hari ke 102)

APA SALAHKU KAU MADU AKU (Tantangan hari ke 102)

HARI KE 102

PART 6

APA SALAHKU KAU MADU AKU

Dengan berjualan hari hari ku terisi dengan baik. Alhamdulillah daganganku habis terus. Langgananku semakin banyak. Di samping tetangga kiri dan kanan,rekan rekan kantor serta teman teman sekolah menjadi langganan ku. Benar kata ayah ku,aku sangat serasi dengan berdagang. Dengan hasil jualanku yang kian meningkat anak anakku dapat melanjutkan sampai kuliah. Aku tak perlu meminta minta dengan orang tua lagi. Benar kata orang tua tua,lebih baik memberikan cangkul kepada seseorang dari pada memberikan seperiuk nasi. Kini bukan hanya anak anakku saja yang dapat kuliah,tabungan ku pun mulai terisi dan merangkak naik.

Dengan kesibukan jualan aku benar benar telah melupakan luka hati ini. Tak aku hiraukan bisik bisik tetangga dengan status ku yang tak jelas ini. Dikatakan bersuami,tapi suami tak ada. Dikatakan janda,aku belum ditalak atau mengurus cerai. Banyak mereka mengusulkan supaya aku mengurus cerai,agar nanti mana tau ada jodoh yang sesuai dengan ku lagi. Aku hanya tersenyum kecut,dengan mengatakan biar sajalah seperti ini. Aku sudah nyaman begini. Ada waktu nya semua akan terjawab jua.

Saudara saudara ku mengusulkan untuk aku menuntut cerai. Aku katakan, aku tidak mau. Bukan mudah bagi pihak perempuan untuk menggugat cerai di pengadilan agama. Butuh waktu yang panjang dengan segala ribetnya adminstrasi. Ayahku juga mengatakan,tidak perlu menuntut cerai dan tidak perlu membujuk bujuk suami agar kembali pulang ke rumah. Dia pergi sendiri,biarkan dia datang sendiri. Nasehat ayahkku,aku pegang dengan sebaik baiknya. Memang benar kata ayahku,aku tak pernah mengusir nya dari rumah. Dia yang tidak mau pulang kembali.

Aku telah berjanji dengan anak anak,jika ayah mereka pada suatu saat pulang ke rumah,jangan di ributkan. Tetaplah seperti biasa seperti tidak ada kejadian. Toh seburuk apapun kelakuan papa kalian,dia tetaplah papa kalian juga. Untunglah ke dua anak anakku mereka anak yang patuh. Aku bahagia dan bangga punya mereka. Sebegitu tulusnya aku,namun suamiku tetap tidak juga mau pulang kembali ke rumah ini. Aku pasrah, yah terserah. Semua nya aku serahkan kepada Yang Maha Kuasa.

Tanpa terasa sudah lima tahun aku berdagang makanan ini. Anakku Nadia sudah tamat kuliah dan sudah dapat pekerjaan. Nadia juga sudah ada pendamping hidup. Mereka berdua sudah mengatakan akan lanjut ke jenjang pelaminan. Semula aku bingung dengan siapa aku harus berunding mengenai pernikahan anakku ini. Ayahku mengatakan coba Nadia menghubungi ayahnya. Aku memberitahu Nadia,supaya memberitahu papa tentang pernikahannya. Semula Nadia menolak,dia tidak mau ayahnya ikut campur dalam pernikannya. Opa nya menasehati Nadia. Opa nya mengatakan,yang akan menjadi wali adalah ayahnya,karena ayahnya masih hidup. Jika nanti ayahnya tidak bersedia, maka adiknya Revan yang akan jadi wali nya.

Telah dua kali Nadia datang ke rumah ayahnya,memberitahu dan mengajak ayahnya untuk ikut bersama berunding dalam pernikahannya. Suami ku semula mengatakan iya,dia nanti datang. Setelah di tunggu tunggu dan di hubungi tetap tak datang juga. Telepon terakhir isterinya yang mengangkat mengatakan suaminya tak bisa datang karena dalam keadaan sakit. Aku hanya terdiam,termenung sejenak. Aku tak paham,apa yang ada dalam pikiran suamiku saat ini.

Malam ini malam ijab kabul Nadia. Semua saudara mara sudah datang. Aku dan Revan yang paling sibuk mengenai semua urusan acara pernikahan. Tak ku hiraukan lagi, apakah suami ku mau datang atau tidak. Aku telah melaksanakan tugasku menjemputnya untuk hadir dalam pernikahan anak kandungnya ini. Kalau toh dia tak datang, acara pernikahan anakku tetap akan berlangsung. Jadilah malam itu Revan sebagai Wali kakaknya. Setelah selesai ijab kabul, tak tertahankan air mata ini meleleh tanpa ampun. Aku terisak, antara bahagia dan sedih. Revan memelukku untuk selalu bersabar.

Resepsi pernikahan Nadia berlangsung meriah. Tamu tamu datang dan memberi ucapan selamat kepada pengantin dan aku dapat menantu. Yang duduk mendampingi aku adalah Revan. Ayahku tersenyum bahagia dan selalu mengacungkan jempol seraya mulutnya mengatakan hebat. Aku tersenyum bahagia. Hilang semua lelah ini melihat kesuksesan acara pernikahan anakku Nadia. Walaupun hati ini penuh luka,namun aku masih mampu tersenyum. Kekuatan bathin yang lahir dari jiwa yang tak bersalah.

Setelah menikah,Nadia tetap tinggal serumah dengan aku. Revan masih kuliah. Nadia tidak sanggup meninggalkan aku sendirian di rumah. Untung menantu ku orangnya pengertian. Aku tidak tau apakah nasib anakku kelak sama dengan aku. Mudah mudahan doa ku kepada Allah,jangan sampai derita dan kehancuran hati ini di rasakan juga oleh anakku. Cukuplah aku saja yang merasakannya. Aku dulu yang sebelum nikah lama pacaran. Suami sangat sayang dan sabar. Dunia serasa indah. Kami seperti takkan pernah terpisahkan. Selalu lengket seperti permen karet. Ternyata waktu yang di berikan selama pacaran dan berumah tangga,tak mampu aku mengenal siapa diri suami ku yang sebenarnya.

Daganganku telah habis. Aku kemas semua peralatanku. Setelah semuanya beres aku duduk sambil mengamati sekelilingku. Aku tebarkan senyum kepada bunga bunga yang mekar di halaman rumah. Kemudian aku masuk dan ku hempaskan tubuhku di sofa. Aku pandang ke dinding. Terpampang foto pernikahan Nadia. Aku tersenyum, membayangkan kelak aku kan menerima cucu dan menjadi oma. Aku pindahkan pandangan ke sebelah kanan, terpampang foto pernikahan kami. Aku kembali terkenang masa masa indah pacaran. Masa masa indah membangun rumah tangga. Masa masa indah aku bekerja menjadi pegawai Bank. Ku tatap foto itu dan ku tarik nafas panjang. Aku bergumam “ sampai kini mas,aku tak tau,apa salahku kau madu aku”.

TAMAT

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post