Rosnani

Lahir:Dumai 20 Desember 1969 Pekerjaan:Guru SMPN 1 DUMAI Alamat:Jl Diponegoro...

Selengkapnya
Navigasi Web
   APA SALAHKU KAU MADU AKU  (Tantangan hari ke 97)

APA SALAHKU KAU MADU AKU (Tantangan hari ke 97)

HARI KE 97

PART 4

APA SALAHKU KAU MADU AKU

Kata orang rezeki akan menghampiri kita menurut keinginan dan kemauan kita. Dalam retak tangan atau aura,ada yang seseorang dingin rezekinya dalam bertani, atau beternak dan juga berdagang. Termasuk aura dalam diriku,aku paling cocok adalah berdagang. Entah karena daya pikirku dalam mempromosikan kata kata yang mampu menarik pelanggan,atau karena memang ilmu berdagang atau kewirausahaan yang aku dapatkan dari kuliah aku terapkan secara maksimal. Bagi aku pelayanan kepada langganan adalah nomor satu. Dari segi kwalitas rasa yang aku tawarkan memang tak mengecewakan. Begitu juga dari segi harga,aku sudah memikirkan bahwa daganganku adalah untuk kalangan menengah ke bawah. Daganganku harganya terjangkau.

Berbagai orderan masuk. Aku semakin semangat. Walaupun aku sendiri yang mengerjakannya, dengan semangat tinggi dan senangnya luar biasa. Anakku yang tua ikut membantu jika dia tidak sedang bersekolah. Suami sengaja tidak aku libatkan,aku takut akan mengganggu kerjanya. Maka baik dari segi promosi maupun nama jualanku,suamiku tak ambil perduli. Walaupun kadang dia menikmati masakanku dan mengatakan enak,namun dia tidak tau apa nama keren makanan yang aku buat dan aku dagangkan. Jika sudah tutup permintaan,aku biasanya dengan si bungsu menghitung berapa penghasilan hari ini. Alhamdulillah,ternyata setiap hari aku untung. Keuntungan langsung aku masukkan ke dalam tabunganku. Saldo tabunganku mulai merangkak naik.

Kesibukan dan keasyikan dengan jualan,tak melupakan peranku sebagai istri dan ibu rumah tangga. Aku tetap melayani semua kebutuhan rumah tanggaku. Tak ada omelan dari suamiku karena dia tak dilayani makan minumnya secara baik. Semua terpenuhi dengan baik baik saja. Hanya aku kurang respek terhadap kegiatan kerja dan kegiatan suamiku di luar. Aku menyangka,sesuai dengan janjinya padaku,suami akan kembali mesra dan baik seperti semula.Aku tidak sadar,apakah suami pulang telat,atau terlambat pulang malam.Memang ada sekali sekala dia keluar atau tak pulang,dia mengatakan dia menggantikan kawan yang sakit. Aku percaya saja.Ternyata dalam kesibukan aku mencukupi nafkah keluarga,dia mengkhianati aku.

Hari ini semuanya tuhan menunjukkan kepadaku ketidak jujuran suamiku. Sekitar pukul sepuluh orderan makan dan minuman masuk dan aku keep. Aku minta dalam waktu setengah jam akan datang. Entah mengapa biasanya kalau daerahnya jauh,aku minta jasa grab atau anakku.Pada saat ini anakku sedang sekolah. Setelah siap semua pesanan,aku berkeinginan mengantarnya sendiri. Kata hatiku,sepulang dari sana,aku akan mampir di kantor tempat aku bekerja dulu,menghilangkan rasa kengen yang kian menggebu. Sekalian mempromosikan jualanku kepada teman teman kantor. Aku meluncur ke arah rumah yang di maksud. Berdasarkan petunjuk yang mengorder aku tak susah mencari rumahnya. Dari jarak 5 meter dari petunjuk rumah yang dimaksud,aku tertegun dan mendadak memberhentikan mobilku. Di depan rumah terpakir sebuah motor yang sangat aku kenal siapa pemiliknya. Aku amati...benar, berdasarkan platnya itu motor suamiku. Mengapa suamiku ada di rumah itu?. Bukankah dia tadi pagi permisi kerja?. Mau pergi kerja mencium pipiku kiri dan kanan. Ah..barangkali motorku di pinjam kawannya. Aku berusaha membuang pikiran buruk dan prasangka buruk.

Aku bersiap siap mengarahkan mobilku untuk parkir di depan rumah tersebut. Sekali lagi aku terdiam kaku. Suamiku dengan baju kaos oblong keluar ke arah teras dengan menggendong bayi sekitar empat bulan. Astagfirullah..aku terkejut luar biasa,dengan segera aku pacu mobil menjauhi rumah tersebut. Aku tak konsentrasi lagi menyetir mobil, Lututku menggiggil. Aku tepikan mobil,ku tarik nafas dalam. Aku buka HP,pesanan aku cansel. Aku sandarkan kepalaku di bangku mobil. Hatiku tak tentu arah. Langit serasa runtuh. Aku menangis diam diam dalam mobil. Aku sejadi jadinya menangis. Puas menangis,aku usap mataku,terus mengarah pulang. Niatku untuk ke kantor ingin bertemu kawan lama aku batalkan.

Sore sekitar jam 5.30 wib,suamiku pulang dengan motornya. Dia masuk ke rumah dengan bersiul siual. Ah...gembiranya dia. Disapanya aku dengan manja. Aku hanya tersenyum terpaksa. Merasa layananku agak dingin,dia bertanya apakah aku sakit. Aku mengatakan tidak. Malam itu tetap seperti biasa. Setelah keluargaku makan malam,mereka berakitivitas seperti biasa. Anak anakku masuk ke kamar dan mengerjakan kerja sekolahnya. Suamiku sudah berada di depan televisi. Setelah dapur aku kemas,aku mendekati suamiku. “Mas..besok kalau nggak salah masuk sore yaa?”. “Iyaa”. “Oh bisa nyantai dikitlah mas”. “Iya, tapi ada dari kantor minta tolong carikan material”. “O o o o ya lah” kataku datar.Hatiku mulai curiga.

Pagi itu sekitar jam sembilan suamiku permisi mengatakan mau membeli material pesanan kantor. Aku mengangguk dan mengatakan berhati hati di jalan. Suami meluncur dengan mobil perlahan lahan hilang dari halaman rumah. Sekitar satu jam setelah itu,aku keluarkan motorku,aku arahkan ke rumah isteri muda suamiku. Ternyata dari kejauhan aku melihat mobilku parkir di depan rumah tersebut. Hatiku menggigil. Aku mengarah pulang. Hatiku betul betul hancur. Ternyata suamiku selama ini berdusta. Adanya keanehan dari kelakuannya beberapa tahun yang lalu,adalah efek dari dia sudah tidak setia lagi.

Aku malas untuk pulang. Untuk meyejukkan hatiku,aku singgah di warung sate yang dulu selalu menjadi langgananku. Aku masuk,rupanya Syafri masuk. Sewaktu melihatku,Syafri seperti mau mengelak tak jadi masuk warung. Aku kejar dan aku tarik tangan Syafri. Aku mohon,aku ingin bicara dengannya sebentar. Syafri duduk berhadapan denganku. Aku membuka bicara dengan kata yang terbata bata. “Syafri...sejujurnya aku bicara,suamiku di kantor bagaimana?”. Syafri pertamanya diam saja. “Tolonglah Syafri, katakan semuanya.biar menjadi titik terang bagi aku, bagaimana keadaan suamiku di kantor”. “Mohon maaf Santi...apa selama ini suamimu tidak pernah mengatakan bahwa dia sudah lama tidak bekerja di perusahaan?”.”Suamimu dipecat Santi..karena tidak disiplin dalam bekerja. Bagai di sambar petir kepalaku mendengar pernyataan Syafri. “Jadi..selama ini dia bekerja dimana? Dengan siapa?. Toh dia tetap memnberikan gajinya denganku walaupun tidak pernah naik”. “Setahu aku sekarang dia bekerja di bengkel bapak Aruman,maaf Santi hanya itu yang aku tau. Kerja bengkel?. Pantas selama ini jika mobilku rusak dan suamiku membawa ke bengkel,suami tidak pernah meminta uang biaya perbaikan. Ahhh hatiku benar benar sakit.

Dua bulan lamanya pengkhiatan suamiku aku simpan sendiri. Aku tidak mau anak anak tau. Aku takut mereka terganggu dalam belajar. Kepada suamiku aku tetap seperi biasa. Aku sudah punya rencana,biarlah semuanya nampak dengan mata kepalaku sendiri,baru aku menentukan sikap. Ada terniat mau mengadu dengan keluargaku,tapi aku urungkan niatku,biarlah untuk sementara ini aku saja yang tau dulu. “Mas..sekarang perusahaan makin maju ya? Mas sering lembur belakangan ini”. “Iyaa..tenaga ahli kurang, jadi terpaksa kami yang senior turun tangan”. “Oh mantap tu ya mas?”. “Mudah mudahan pendapatan kita bertambah. Kalau pendapatan kita sudah bertambah,aku malas lagi jualan mas”. “Lho kenapa?..lanjut aja,kan sayang,dagangan laris begitu kok langsung berhenti”. “Uang lemburku tak seberapa itu,untuk beli rokok dan minum dengan kawan main domino aja nggak cukup”. “Lanjutlah terus jualannya”. Aku tersenyum kecut,diam tanpa bicara.

Hari ini kata suami ku dia masuk pagi. Setelah sarapan dan permisi dengan aku,dia meluncur dengan motornya. Suami aku memang senang pakai motor kerja. Alasan dia dengan pakai motor,jam usai kantor langsung meluncur. Kalau pakai mobil,dia malas terjebak macet. Aku sudah bertekad akan membuka kedoknya hari ini. Aku mantapkan hatiku untuk datang ke rumah istri baru suamiku. Apapun yang terjadi,semuanya harus jelas dan di selesaikan. Aku arahkan mobilku dan sampai ke depan halaman rumah tersebut. Tak jauh dari rumah yang sederhana itu,ada sebuah bengkel yang di dalamnya pekerjanya ada sekitar enam orang. Bengkel yang cukup luas. Aku buka kaca mata hitamku,aku ketuk pintu rumah. Seorang wanita muda putih ramping membuka pintu dan bertanya. Aku mengatakan mau bertemu suaminya prihal pinjaman Bank yang dia masukkan kemaren. Mendengar pegawai bank dia persilahkan aku masuk. Aku dipersilahkan duduk dan menunggu sebentar. Katanya suaminya ada sedang tiduran di kamar.

Lima menit aku menunggu,suamiku keluar dari kamar dan menjumpai aku sedang duduk menunggunya. Kami berpandanag mata. Suamiku tak mampu lagi mengelak. Aku mendekatinya. Tanpa aku minta,air mata ini bercucuran . Suamiku terpaku seperti orang bodoh.”Mas..aku mau tanya..apa salahku mas??”.” Apa salahku mas.kau khianati aku”. “Kau bohongi aku selama ini”. “Apa salahku mas?. Jawablah mas”. Suamiku hanya diam saja. Melihat keadaan kami,istri muda suamiku jadi bingung. Dia kedalam sebentar dan keluar menggendong anaknya yang sedang menangis. “Aku tidak menyangka mas, kebaikan aku selama ini,kau salah gunakan”. “Aku rela berhenti bekerja mas,demi menuruti kemauanmu, agar aku menjadi isteri sejati”. Aku menangis tak tertahan. Tak lama datang seorang yang sudah tua ke tengah kami. Aku pikir itu pemilik bengkel yang bernama Aruman. Barangkali dia datang mendengar suara tangisku

“Aku juga tak menyangka mas..kau di pecat dari kerja”. “Tak ada kau beritahu aku”. “Sandiwaramu sungguh hebat mas”. “Untung dalam aku berjualan,tuhan menunjukkan dustamu”. “Aku sudah dua bulan tau,kamu beristri lagi dan sudah punya anak di sini”. “Maafkan aku Santi”. “Aku dijebak”. “Dijebak??”. Isteri muda suamiku angkat bicara. “Jangan berbohong mas, kita sebelum nikah,pacaran hampir dua tahun”. “Mas jangan memojokkan aku”. Astaghfirullah..dua tahun mereka pacaran. Berarti sewaktu aku sedang menjadi kepala cabang dulu. Pantas dia uring uringan dan kasar dengan kami. Rupanya untuk menutupi pengkhiatan cintanya kepadaku.

Merasa air mataku sudah tak mengalir lagi, Aku seka kedua mataku. Sembari mengatakan aku benar benar kecewa,aku tinggalkan suamiku yang tertunduk lesu. Aku ambil tas di atas meja,dan berlalu tanpa kata. Suamiku mengejar dan memanggil namaku. Ku buka pintu mobil dan ku banting keras menutupnya. Suami memohon maaf , di ketuk ketuknya kaca mobil. Tak aku perdulikan. Dengan hati yang hancur dan luka,aku kembali ke rumah.

BERSAMBUNG

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

keren kkk.. lanjut

15 Jul
Balas

asiaaaaap adek kk sayang, tetap semangat

15 Jul

Hebaat..kereen..

15 Jul
Balas

terima kasih koment nya,salam literasi

15 Jul

Mantap nih cerita makin penasan aja. sukses selalu

14 Jul
Balas

ya laily ulfa..geram dengan suaminya..hi hi makasihn komnet nya

14 Jul



search

New Post