Tantangan Gurusiana Menulis Hari ke-56 #Pentigraf (15)

Sore yang cerah , Marsa , wanita cantik, lembut dan penyabar duduk di beranda rumah.Tatapannya menerawang pada kisah indahnya bersama Dion. Dia mendampingi Dion lima tahun jalan , tetapi belum dikarunia buah hati. Padahal ibu mertuanya sudah ingin menimang seorang cucu yang dirindukannya. Dion sendiri tidak banyak menuntut dan Marsa pada taraf berserah diri pada Allah swt ,karena ikhtiar maksimal sudah dilakukan. Ibu mertuanya yang semula tidak begitu setuju memiliki menantu Marsa semakin tidak menyukai Marsa.

Dion sudah berusaha menolak dan memberi alasan pada ibunya tentang tawaran untuk berpoligami. Namun Ibunya terus ngotot pada pilihannya pada gadis yang akan dipertemukannya esok hari. Dion pun tak banyak berbuat banyak dengan kemauan Ibunya. Marsa pun sama, hanya airmatanya kadang tak dapat dibendung. Dia tidak dapat membayangkan kalau Dion menerima tawaran gadis cantik yang akan jadi madunya.

Semalam Marsa tak dapat tidur nyenyak berbeda dengan Dion yang terlihat lelap. Dia pun seperti biasa dengan aktifitas paginya. Kesibukan orang rumah semakin terlihat apalagi Ibu mertuanya terlihat semangat menyambut calon istri keduanya Dion. “ Keputusan saya tetap memilih Marsa, tak ada poligami, Bu, maafkan Dion, “ suara Dion tenang dan tak melepas pegangan tangan Marsa. Mendengar jawaban Dion, ibunya dan gadis itu tertunduk dalam diam. Keteguhan dan kesetiaan Dion menggagalkan rencana poligami yang direncanakan Ibunya.

Sumber Gambar: Ilustrasi Poligami , Foto: Indrs Fuzi/ kumparan.com