Tantangan Gurusiana Menulis Hari ke-59 # Pentigraf

Teriknya mentari menerpa tubuh Dali di antara bising knalpot jalanan. Delapan bulan sudah Dio menjadi pengamen jalanan . Hal itu, karena ibunya yang menjadi TKW tanpa kabar dan menghentikan kiriman uangnya. Dia menjadi yatim sejak usia dini dan tinggal dengan Pamannya.

Dio terpaksa putus sekolah , dan tinggal di rumah singgah, karena perundungan anak tiri pamannya. Kehidupan keras jalanan tak melupakan ketaatannya pada Allah swt.

Dali sesekali memainkan ukulele-nya sambil mengenang kebersamaan dengan ibunya. Dia merindukan kehangatan dan kelembutan ibunya. Selalu terngiang pesan ibunya bahwa kejujuran dan ketaatan pada Allah swt adalah kunci hidupnya. Kenangan manis itu berganti dengan rasa cemas yang mendera Dali. Hari ini, Dali tak boleh mengamen oleh pengasuh rumah singgah, karena akan ada keluarga yang menjemputnya. Dia yakin Pamannya akan menjemputnya.

Akhirnya tamu itu datang juga ke rumah singgah. Dio sendiri tidak mengenalinya , tetapi pengasuh rumah singgah terlihat memeriksa berkas yang disodorkan tamunya. Laki-laki perlente itu berbicara dengan seseorang dan menyodorkan HP-nya ke Dali

“ Dali ikutlah sama Pengacara Ibu ya , kamu sekolah lagi,” Ibunya Dali merajuk lewat video call. Ibunya Dali di Malaysia tersangkut hukum membela diri dari majikannya ,karena kasus pelecehan seksual. Laki-laki perlente itu, mengajak Dali menjemput Ibunya di Bandara. Dali kembali dalam kehangatan ibunya yang kini bekerja di kantor pengacaranya.

Sumber Gambar: https://www.picuki.com/tag/savekpkindonesia