Dengan berat hati ku turuti keinginan sahabatku Iwan. Dia memaksaku mengantarkannya pulang ke rumah ibunya di kampung. Aku tak enak menolak. Jalan yang terjal di apit jurang dan hutan membuatku merinding sepanjang perjalanan. Tak banyak cerita yang kami obrolkan. Sahabatku itu lebih banyak diam dan seperti orang kelelahan.

Menjelang tengah malam ku lihat Iwan mulai mengantuk. Kepalanya oleng ke kiri dan ke kanan. Aku mengurungkan niatku untuk memintanya gantian menyetir. 

Tak lama berselang ku lihat matanya mulai terpejam. Bulu kudukku semakin merinding. Berulang kali ku panggil nama sahabatku itu, tapi tak kunjung bergeming. Aku baru teringat sesuatu. Ya...Iwan telah meninggal dunia sebulan yang lalu. Aku mencoba menghentikan laju mobilku, namun tubuhku lunglai tak berdaya. "Andi, bangun!" Panggilan keras menyadarkanku. Syukurlah hanya mimpi...