Brum...brum...Motor baru itu melaju lagi di depan rumahku. Kali ini aku benar-benar emosi. Tetanggaku yang mengendarai motor itu memang sering mencari masalah denganku. Entah sudah berapa kali lidah tajam isterinya menyayat hati dan menumpahkan air mata isteriku. Tak terhitung banyaknya sindiran si suami menguras kesabaranku. Ditambah lagi sikap suka pamer pasutri itu acap kali menjadi kerikil dalam rumah tangga kami.

Kali ini takkan ku biarkan. Habis sudah kesabaranku. Aku tak ingin caranya pamer motor baru itu membuat isteriku merengek lagi dan berujung pertengkaran.

Aku berdiri di depan pintu pagarku yang terbuat dari kepingan bambu. Si tukang pamer itu masih hilir mudik tak karuan. Dia tersenyum ke arahku. Laju motornya yang terlalu ke pinggir nyaris menabrakku, kalau saja aku tak segera bergeser menghindar. Aku berteriak marah dan bertanya apa maunya. "Aku tak tahu cara ngeremnya, bang!" Jawabnya sambil menabrakkan motornya ke pagar milikku. Aku tak tahu harus bagaimana...