Pengorbanan swipi
Swipi adalah seekor kucing yang berbulu indah, tapi sayang ia memiliki kaki yang tak sempurna. Sejak kecil ia telah dibuang oleh pemiliknya di selokan pinggir jalan. Untunglah, ada seorang pejalan kaki yang menolong dan membawanya ke rumah untuk dirawat.
Hari demi hari, Swipi kian tumbuh besar dan bulunya kian indah. Namun karena kondisi kakinya, ia hanya bisa berjalan dalam jarak yang dekat, itupun sangat lamban. Karena itu, ia sering kali tidak sempat untuk buang kotoran di luar atau tempat yang telah disediakan.
Suatu hari, orang yang merawatnya itu merasa amat letih sepulang bekerja. Ia sangat marah dan merasa bosan untuk membersihkan dan membuang kotoran Swipi yang berserakan di tempat tidur.
“Aduh…kalau begini terus aku sudah lelah merawatmu, Swipi. Besok kau harus kubuang!” serunya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Swipi.
Mendengar itu Swipi menjadi amat sedih. Terpikir olehnya nasib yang akan ia jalani. Terbayang kembali akan dingin dan kotor selokan tempat ia dibuang dahulu. Ia hanya menangis dalam hati dan berdoa semoga Sang Tuan berubah pikiran.
Sang Tuan masih sangat marah. Ia tak memberikan Swipi makan malam seperti biasanya. Setelah makan malam, ia sibuk dengan komputernya, setelah itu langsung menuju tempat tidur dengan tanpa menyapa atau mengelus-elus Swipi seperti biasanya.
“Biarlah aku tidak makan malam ini. Semoga malam ini Sang Tuan belum membuangku. Aku ingin tidur bersamanya untuk yang terakhir kali.” Ucap Swipi dalam hati sambil merebahkan tubuhnya di bawah tempat tidur.
Malam ini Swipi tak berani tidur disamping Sang Tuan seperti biasa. Sikap sang tuan yang acuh tak acuh dan dingin kepadanya membuatnya tahu diri.
Menjelang tengah malam, Swipi mendengar desisan aneh di atas tempat tidur. Meski takut diusir, Swipi nekat melompat ke tempat tidur. Astaga, ternyata ada seekor ular kobra yang sedang meliukkan tubuh dekat Sang Tuan yang tertidur pulas. Tanpa pikir panjang ia segera menggigit ular itu dan berusaha menariknya ke bawah agar tidak menyakiti Sang Tuan yang amat disayanginya.
Swipi bergumul dengan ular kobra itu dalam waktu yang cukup lama. Semburan dan patokan Si Ular dihadapinya dengan gagah berani tanpa rasa takut. Swipi berjuang tanpa menghiraukan tubuhnya yang terluka. Ia tak ingin ada yang menyakiti Sang Tuan. Hingga akhirnya Si Ular mati. Tapi karena luka dan bisa ular, tubuh Swipi kian melemah.
Dengan sisa-sisa kekuatannya, Swipi melompat ke atas tempat tidur dan menyapa Sang Tuan untuk terakhir kalinya. Swipi merasa bahagia bisa berkorban untuk Sang Tuan tersayang. Itulah yang bisa dilakukannya untuk membalas budi Sang Tuan yang telah merawatnya selama ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih...
swipi, sedih semoga swipi damai disana, salam literasi