Guru Vs Covid 19
Pandemi covid 19 yang berlangsung selama kurun waktu 6 bulan ini telah menyisakan banyak sekali catatan yang memilukan maupun yang menyenangkan. Betapa tidak hantaman gelombang besar covid 19 telah meluluh lantahkan sendi-sendi kehidupan. Bidang kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan terhempas dasyatnya tsunami covid 19. Tidak patut menyalahkan siapa yang salah dalam hal ini, karena hampir semua negara di belahan dunia merasakan tsunami covid 19 ini termasuk negara yang kita cintai Indonesia.
Adalah alam yang mengajarkan pada kita, bahwa musibah ataupun perisitiwa yang terjadi di muka bumi ini selalu menorehkan sisi negatif dan positif karena begitulah Sang Khalik menciptakan suatu peristiwa atau kejadian. Kesiapsiagaan atau tanggap bencana dalam menghadapi suatu musibah menjadi fokus utama dalam meminimalisir korban atau kerugian yang diderita. Ingatan kita tidak pernah terlupa dengan tsunami Aceh yang menelan ribuan korban dan kerugian triliunan rupiah akibat kurangnya kesiapan kita dalam menghadapi gejala alam. Ratusan orang juga pernah menjadi korban ganasnya virus flu burung, kolera, dan terakhir sampai sekarang masih berlangsung adalah covid 19.
Memasuki era transformasi digital memang sudah selayaknya semua komponen kehidupan memulai dengan adaptasi gaya baru dalam kehidupan, termasuk di dalamnya komponen pendidikan kita. Betapa tidak saat pandemi berlangsung awal Februari 2020 tiba-tiba kita dihadapkan pada suatu kenyataan 'pahit' bahwa sistem pengajaran yang selama ini dilaksanakan secara tatap muka langsung beralih menjadi pembelajaran virtual atau daring melalui jaringan internet. Semua dilakukan sebagai upaya dalam mengurangi luasnya penyebaran covid 19 ini.
Sistem pembelajaran daring menyadarkan kita semua, terutama guru atau pendidik untuk mau tidak mau, suka tidak suka harus belajar dan mempelajari seperangkat pembelajaran daring melalui beberapa aplikasi pembelajaran. Masalah berikutnya muncul pada ketersediaan perangkat pembelajaran daringnya baik laptop, tablet, handphone, dan jaringan internetnya. Kompleksitas masalah tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi guru-guru yang kreatif dan tidak mudah menyerah dengan keadaan, tapi menjadi bumerang bagi guru-guru yang apatis dengan perubahan dan dalam comfort zone.
Menjadi tugas rumah bersama bahwa ada beberapa komponen penting yang harus kita rawat bersama dalam menjaga setiap perubahan atau kejadian yang ada di sekitar kita antara lain :
1. Sikap preventif adalah sikap bijak dalam menghadapi setiap kejadian atau perubahan yang ada, sehingga akan mengurangi efek negatif atau kerugian akibat perubahan tersebut.
2. Sikap terbuka dalam menghadapi perubahan yang ada termasuk perubahan dalam hal kemajuan ilmu dan teknologi.
3. Sikap pandai membaca peluang dalam setiap moment atau perubahan sehingga tidak selalu berfikir pesimistis tapi selalu berpikir positif. Karena dibalik sebuah peristiwa pasti ada dampak baik dan buruknya.
Guru-guru yang hebat lahir dari sebuah terpaan hujan dan badai yang hebat, karena dari situlah keuletan, kreatifitas, dan inovasi muncul menjadi sebuah mukzijat yang sangat berharga bagi dunia pendidikan kita.. amiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Trima kasih bu evi, Bu erida dan bu cicik
Mantap ulasanya pak semoga pendemi ini cpt cpt berakhir salam sehat sukses sll pak
Kerenn ulasannya Pak sukses selalu
Amin. Ulasan yang super sekali. Salam sukses,Pak