Ummi Royhana

Dia lahir di Jember, pada tanggal 27 Agustus 1982. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Apakah Literasi Kita Terancam di Era Deep Learning?

Ki Hajar Dewantara, dikenal sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia, memiliki pandangan bahwa pendidikan adala usaha untuk membentuk manusia yang merdeka dan berkarakter. Konsep pendidikannya didasarkan pada nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan Indonesia, dengan tujuan menciptakan individu yang berkarakter, berilmu, dan berdaya guna bagi masyarakat. Konsep tersebut masih relevan dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan saat ini. 

Dikutip dari minanews.net, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Abdul Mu’ti, menjelaskan pentingnya pendekatan deep learning dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Beliau juga menyatakan bahwa model deep learning dirancang untuk memberikan pengalaman belajar siswa yang mencakup mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Tiga pilar tersebut, saling keterkaitan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, relevan, dan berdampak pada siswa.

Mindful Learning, pembelajaran yang menekankan pentingnya perhatian penuh dan kesadaran dalam proses belajar. Mindfulness membantu siswa menjadi lebih fokus, tenang, dan terhubung dengan apa yang mereka pelajari. Elemen-elemen mindful learning meliputi; kesadaran penuh, pengembangan empati, dan refleksi. 

Meaningful Learning, Pembelajaran yang meaningful adalah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan peserta didik. Siswa diajak untuk memahami alasan mengapa mereka belajar sesuatu dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan di dunia nyata. Ciri-ciri meaningful learning meliputi; konteks yang relevan, belajar dengan tujuan, penerapan pengetahuan. 

Joyful Learning, Pembelajaran yang joyful menempatkan kebahagiaan dan kenyamanan sebagai elemen penting dalam proses belajar. Ketika siswa merasa senang, mereka lebih termotivasi dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Beberapa aspek yang mendukung joyful learning diantaranya; lingkungan belajar yang mendukung, aktivitas yang menyenangkan, apresiasi terhadap proses belajar. 

 Di era digital yang terus berkembang, pendidikan mengahadapi tantangan baru dalam meningkatkan literasi siswa. Literasi yang tak lagi terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, kini mencakup kemampuan berpikir kritis, memahami konteks, serta memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran. Salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk menggugah literasi siswa adalah penerapan deep learning dalam proses pembelajaran.

Adanya teknologi seperti AI yang mampu menjawab pertanyaan dan memberikan penjelasan secara instan, siswa dapat lebih mandiri dalam belajar. AI dapat memberikan akses ke berbagai sumber informasi, baik berupa teks, video, maupun grafik, yang memperkaya proses belajar. Hal ini tidak hanya meningkatkan literasi informasi saja, tetapi juga membiasakan siswa untuk mengakses sumber daya yang beragam dan belajar dari berbagai perspektif.

Literasi di era deep learning tidak akan hilang, tetapi akan berkembang. Tantangan utama adalah memastikan bahwa manusia tetap menjadi pengguna aktif teknologi, bukan hanya konsumen pasif yang menerima informasi tanpa berpikir. Jika kita bisa mengadaptasi sistem pendidikan dan kebiasaan belajar untuk mengakomodasi teknologi ini, deep learning bisa menjadi alat yang memperkuat, bukan mengancam literasi manusia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya, Bu Umi. Salam sukses selalu!

29 Jan
Balas



search

New Post