Saat seseorang sedang menunaikan sesuatu, maka perlu adanya ikhtiyar dan doa. Dua upaya tersebut tidak akan menghianati hasil. Seperti halnya yang dilakukan oleh siswa MTs. Irsyadun Nasyi'in. Dia yang sekarang duduk di bangku kelas 9 telah melukiskan sejarahnya di kertas putih. Kertas putih yang belum  tergores tinta sama sekali. Dia memulai menuliskannya sejak dia duduk di bangku kelas 8. Pandemik telah membawanya ke arah tersebut. 

Tentu saat akan memulainya banyak ketakutan yang dia rasakan. Takut kertasnputih itu kotor. Takut kalau tintanya tidak sesuai dengan harapan. Takut..., takut..., dan takut. Nah, kalau takut sudah menguasai diri, maka dia akan kesulitan keluar dari perangkap. Perlu motivator dan inspirator yang membuatnya lebih percaya diri untuk melangkah. 

Dengan adanya motivator dan inspirator tersebut, maka seseorang tergugah ingin keluar dari belenggu. Dia ingin secara leluasa untuk memulai dan mengerjakannya. Akhirnya, step by step dia mau mencoba menyusun. Menyusun kata demi kata menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat akhirnya menjadi naskah buku solo. Selain itu, dia mencoba untuk mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan oleh MGI. Alhamdulillah, kali kedua dia menang di lomba. Bukan hanya itu, disediakan beasiswa untuk mengikuti pelatihan dan bimbingan menulis. Lumayan..., hemat di kantong, ilmu pun didapat.

Dia punya nama, M. Syafiq Wildan Madani. Dia penulis buku solo yang berjudul Pelangi di Pesantrenku. Penasaran dengan bukunya? Dapat menghubungi di nomor orang tuanya. Dikarenakan kesehariannya, dia berada di dalam pesantren. Jadi, dapat dihubungi melalui nomor HP ibu gurunya. Di nomor 085336180394. 

Gercep, ya. 🙏