Jejak Literasi Bersama Suhu
Oleh: Ummi Royhana
MTs. Irsyadun Nasyi’in, Jember, Jawa Timur
Menurut kata mutiara Arab, sebaik-baiknya teman duduk setiap waktu adalah buku. Hal ini membuktikan bahwa begitu pentingnya literasi di segala sendi kehidupan ini. Banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari tentang literasi. Literasi baca tulis, digital, numerasi, finansial, sains, dan budaya. Berbagai macam litersi tersebut tanpa kita sadari sudah mendarah daging di diri kita. Namun, untuk mengeksplor membutuhkan keberanian dan keoptimisan. Hal tersebut diperlukan adanya motivasi dan pembiasaan.
Salah satunya adalah Kegiatan Pelatihan SaguSabu KPPL Kab. Jember , yang diselenggarakan oleh KPPL Kab Jember di masa pandemi tahun 2020. Kegiatan pelatihan menulis dibuka oleh CEO Media Guru Indonesia, Bapak Mohammad Ihsan. Harapan dari kegiatan ini, guru di lingkungan kementerian agama Kab. Jember dapat menghasilkan karya satu guru satu buku.
Keynote speaker pada kegiatan pelatihan tersebut adalah kepala Kemenag Kab. Jember, Bapak Muhammad, S.Sos., M.Pd.I. Beliau berharap penuh, guru di lingkungan Kemenag Jember dapat menghasilkan karya buku sebagai literasi di lingkungan sekolah, keluarga, maupun Kemenag Jember. Niat menjadi dasar utama untuk bisa.
Menulis, menulis, menulis. Begitulah ilmu dan motivasi yang diberikan oleh nara sumber dari Media Guru Indonesia. Kegiatan pelatihan ini, memang bukan kali pertama bagi saya. Tujuan ikut kegiatan SaguSabu MGI ini, dilandasi karena trisno jalaran soko kulino. Kulino menulis dan perlu diasah terus menerus. Bila tidak diasah, motivasi menulis akan menurun lagi. Kita belajar dari buaian sampai liang lahad. Begitu hadits mengatakannya. Iya, kan? Saya masih belum bisa nulis seperti para penulis hebat lainnya. Buktinya, tulisan saya masih belum renyah dan gurih. Saya masih belum bisa menghasilkan karya yang cetar membahana. Jangan salah meletakkan niat dalam hati saat awal mengikuti kegiatan apapun. Bila niat awal sudah ditata karena menuntut ilmu, maka hati akan tentram. Otak pun akan berpikir positif. Saling melengkapi satu dengan lainnya. Saling berbagi. Menambah komunitas dan persaudaraan. Wawasan kita pun akan bertambah, karena kita dari berbagai kalangan dan latar belakang keilmuan yang berbeda. Kalau dari awal niatnya sudah karena sesuatu, pastinya hanya cukup satu kali mengikuti kegiatan. Setelah itu tidak mengikuti kegiatan yang serupa. Mendapat sertifikat sudah cukup.
Bila ingin mahir menulis, sukalah membaca dan menulis, menulis, dan menulis. Apa saja yang bisa kita tulis, menulislah. Sempatkan meski lima menit saja setiap harinya. Bila dalam setiap hari bisa menulis sampai minimal 300 kata, maka dalam sebulan sudah mencapai berapa kata? Tentunya banyak, bukan? Bisa jadi satu buku. Bila menulis 40 puisi, bisa menjadi satu buku. 10 cerpen, bisa jadi satu buku. Memoar, hanya butuh 50 halaman saja. Ringan dan mudah, bukan?
Menulis itu bukan karena bakat dan tidaknya seseorang. Menulis itu tergantung pada niat, keinginan, dan keterampilan. Bila ingin gurih dan enak dibaca tulisannya, memang perlu pembiasaan, diasah dan dilatih terus menerus. Banyak lho, macam bentuk tulisan yang dapat dilakukan. Tinggal kitanya cenderung menjadi penulis apa. Macam-macam tulisan menjadi karya. Diantaranya, pengayaan, memoar, puisi, pantun, kumpulan status fb, kumpulan resep makanan, fotograph, novel, cerpen, KTI ubah jadi buku, dan masih banyak lagi yang lain.
Gabung di berbagai komunitas literasi bersama suhu yang ulet dan sabar, menjadikan diri kita berani untuk bereksplorasi. Apalagi bergabung dengan penulis dari berbagai daerah di nusantara, yang berupa antologi. Lebih mudah dan cepat menjadi sebuah karya. Hal tersebut juga dapat membuka jendela dunia kepada kita, serta dapat menambah wawasan. Tanpa malu untuk belajar dan bertanya kepada siapapun, menjadikan diri kita lebih literat.
Nah, masih ragu? Jangan ragu. Ikuti terus kegiatan pelatihan menulis dimanapun dan siapapun yang menyelenggarakannya. Kalau perlu, boomingkan literasi ini. Bukan hanya tunjuk hidung dan perintah pada sekitar kita, apalagi peserta didik kita untuk berliterasi. Sedangkan kita sendiri tidak berproses dan menghasilkan, apa kata mereka? Bila kita mengajak orang lain, maka kita sendiri sudah melakoninya terlebih dahulu. Bersyukur bila telah menghasilkan karya. Meskipun karya tersebut tidak apik untuk dilihat dan dibaca orang lain. Kita bangga dan senang dengan hasil karya sendiri, daripada tidak sama sekali.
Berkat tergabung di berbagai komunitas literasi dan suhu yang keren, sampai saat ini telah menghasilkan tulisan di 20 buku antologi dan 4 buku solo. Karya tersebut dilakoninya dalam kurun waktu satu tahun,
Semangat literasi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Salam Literasi, Bapak.Salam kenal.
Ulasan yang menarik bu...salam kenal