Saat menjadi anak-anak, sering gonta ganti cita-cita. Ingin jadi inilah dan itulah. Namanya juga anak-anak. Ketika beranjak remaja, cita-cita yang dilukis di angan-angan pun berubah. Ikutan teman ke sana dan ke sini. Saat kuliah biar ada teman. Ketika kuliah lulus, rizki pun berbeda. Terkadang si bejo menghampiri. Bila si bejo yang menghampiri, tanpa tetek bengek pun, jadilah. Namun bila tak ada bejo yang datang, jadilah pengangguran di rumah. Dari dua kejadian yang berbeda itulah, maka perlu adanya the power of dipekso. Menjadi orang tua memang harus peka terhadap anaknya.

Anak zaman now bila tidak dipekso, dia akan nyaman dengan gatgetnya. Bermain game, chating yang tak menghasilkan, atau nonton youtube. Hal ini akan menjadi bumerang. Bila orang tua peka terhadap hal tersebut, maka ia akan mengarahkan, mendidik, bahkan melatihnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Chating, bisa diarahkan ke sesuatu yang sifatnya online. Bisnis online, menulis online, belajar online, dan masih banyak yang lainnya. 

Nah, bagaimana bila orang tuanya tidak paham akan tersebut? Paling tidak, orang tua mendampingi si anak saat ia duduk sendiri yang ditemani oleh gatgetnya. Mengintip apa yang dilakukannya. Jadi orang tua kepo, begitu bahasa gaulnya. Jadi, orang tua tahu apa yang dia tonton. Jangan-jangan, yang ditonton layarnya merah dan putih. Wah, ikutan aja nonton. Nonton video perjuangan menuju Indonesia merdeka. Mantab, tuh. Jadi bisa tahu perjalanan kemerdekaan bangsa ini.

Jangan lupa, menemani si anak saat duduk ya. Mengajaknya ngobrol, sehingga semakin dekat kontak batinnya. 

#SalamLiterasi