Tiga Kali, Cukup!

Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahi kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)
Juli 2012. Saya kebagian tugas mengisi materi tentang Penilaian Bagi Anak RA (Raudlatul Athfal). Namun, takdir berkata lain. Di hari itu, saya harus beristirahat di rumah sakit. Tepat pukul 07.00 WIB, kecelakaan menimpa saya dan suami. Dua hari sebelum kejadian, sudah ada isyarah. Perasaan gelisah dan ingin selalu bersama keluarga, khususnya tidak ingin jauh dengan sang anak. Sebelum berangkat menuju ke kemenag, tak lupa saya berdo’a. Harapannya, kami diberi keselamatan berangkat dan pulangnya. Begitu juga anak-anak yang kami tinggalkan kepada kakek dan neneknya sehingga dapat berkumpul kembali sepulangnya. Terjadinya kecelakaan itu tunggal adanya. Suami mengendarai sepeda motornya dengan laju normal. Jalan raya pun lengang. Tak hentinya bibir iini membaca shalawat nabi. Tiba-tiba, bus menyalip dan berhenti di depan kami yang berjarak seratus meter. Seorang nenek turun dari bus tersebut dan hendak menyeberang. Nenek ragu untuk menyeberang. Maju, mundur, dan maju lagi sambil setengah berlari. Pastinya, suami yang sedang berkendara, juga ragu dalam mengatur kecepatannya.
Akhirnya, kecelakaan tersebut tidak dapat dihindari. Sepeda kami menabrak nenek yang hendak menyeberang, dan saya terpental jauh dan terpisah dengan suami. Setelah itu, saya pingsan. Berdasar cerita suami saat di tempat kejadian, semua orang beranggapan saya meninggal. Saya langsung dibawa ke IGD. Di ruang itu, sekitar lima jam lamanya. Keluarga bersikeras mendampingi saya, apalagi suami. Suami memaksa masuk ke ruang IGD, disusul ayah saya. Sejam lamanya di ruang tersebut, ayah saya mengambil tindakan untuk mengadzani di telinga anan saya dan mengiqomah di telinga kiri saya. Alhasil, saya sadar dari pingsan tersebut. Selama pingsan, saya merasa tidak pingsan. Saya merasa berada di dunia nyata, melakukan aktivitas seperti biasanya. Perbedaannya, alam yang saya tempati terang benderang dan lingkungannya bersih. Aktivitas keseharian seperti mengajar, bertemu dengan tetangga, dan bercengkrama dengan keluarga.
Saya pun merasa hari itu juga sedang mengisi workshop sebagaimana yang ditugaskan. Materi workshop segera diselesaikan, dikarenakan mendengar suara adzan sebagai tanda waktu shalat telah tiba. Saya mengambil wudhu’, kemudian bergegas menuju masjid. Herannya, di kanan dan kiri saya ada laki-laki memakai pakaian serba putih menemani menuju masjid. Dari arah belakang, seorang perempuan berlari mengejar. Perempuan tersebut memanggil dengan suara lantang, hendak mencegah saya untuk menuju masjid. Laki-laki yang berada di kanan dan kiri saya melarang dan menarik kedua tangan saya untuk tetap menuju masjid. Ditengah kegaduhan itulah, saya sadar dari pingsan. Kondisi nyata, ayah sedang iqamah di telinga kiri saya, dan ibu memanggil nama saya. Ketika mata terbuka, keluarga yang mengelilingi, mengumandangkan takbir. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Saya kaget, kenapa saya dikerumuni banyak orang? Pertanyaan itu menyelimuti pikiran saya. Saya berusaha bangun, tetapi tidak bisa. Baan terasa berat dan kepala tidak bisa diangkat. Ketika saya melirik ke bantal, ternyata berlumuran darah. Dokter yang mendampingi, langsung mengambil tindakan untuk menjahit kepala saya yang bocor. Lima belas menit lamanya, dokter selesai menjahit. “Ada delapan jahitan. Tolong dijaga dan dirawat kebersihannya”, ujar dokter kepada suami saya. Saya pun minta penjelasan dari suami, apa yang sedang terjadi. Suami menceritakannya sampai saya sadar dari pingsan. Seketika itu, tak hentinya saya beristighfar, sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah bahwa saya masih diberi hidup. Tiga kali kecelakaan yang menimpa saya. Cukup, satu kata yang saya munajatkan kepada Allah setiap saat dan setiap usai shalat. Cukup tiga kali kecelakaan menimpa saya. Dari kejadian tersebut, membuat saya lebih berhati-hati ketika berkendara dan selalu mengingatkan suami untuk selalu berdoa. Kapan pun, di mana pun, dan sedang apa pun, untuk selalu berdo’a dan membaca shalawat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar