Istri yang kerja bebannya lebih beratkah?
Pertanyaan ini menyentuh isu yang kompleks, yaitu tentang beban kerja istri (atau perempuan pada umumnya) dalam rumah tangga dan kehidupan profesional. Alasan kenapa beban istri sering kali terasa (atau secara nyata) lebih berat dibandingkan suami bisa dijelaskan dari berbagai perspektif — sosial, budaya, ekonomi, dan psikologis. Berikut beberapa alasan utamanya:
1. Beban Ganda: Kerja dan Urus RumahBanyak istri bekerja di luar rumah, sama seperti suami, tetapi juga diharapkan mengurus rumah tangga seperti memasak, bersih-bersih, mengurus anak, dan merawat orang tua. Ini disebut beban ganda:
Suami sering kali dianggap sudah cukup berkontribusi hanya dengan bekerja. Istri justru dianggap “kurang berbakti” jika hanya bekerja tanpa tetap mengurus rumah dan anak-anak. 2. Norma Sosial dan Budaya PatriarkalDalam banyak budaya (termasuk di Indonesia), perempuan secara tradisional dipandang sebagai “penjaga rumah tangga”.
Harapan sosial ini menekan perempuan untuk menjadi istri yang ideal, bahkan saat mereka juga bekerja penuh waktu. Jika rumah berantakan atau anak-anak kurang terurus, masyarakat lebih cepat menyalahkan istri dibanding suami. 3. Kurangnya Dukungan atau Pembagian Tugas yang AdilBanyak pasangan yang belum membagi tugas rumah tangga secara setara.
Suami mungkin merasa bahwa pekerjaan rumah adalah "bantuan", bukan tanggung jawab bersama. Ini membuat istri harus memikul lebih banyak tanggung jawab secara fisik dan mental. 4. Tekanan Emosional dan Mental LoadSelain kerja fisik, istri sering memikul “beban mental” yang lebih besar:
Mengingat jadwal vaksin anak Mengatur keuangan rumah tangga Membeli kebutuhan rumah Merencanakan kegiatan keluargaIni semua tidak selalu terlihat, tapi melelahkan secara psikologis.
5. Kurangnya PengakuanSering kali pekerjaan rumah tangga dianggap “tidak bernilai” atau “tidak bekerja” jika tidak menghasilkan uang.
Padahal pekerjaan domestik adalah fondasi agar rumah tangga berfungsi. Ini menyebabkan kerja istri tidak dihargai sebagaimana mestinya. Apakah Ini Bisa Diubah?Bisa, tapi butuh:
Komunikasi yang jujur dan terbuka antara suami-istri soal pembagian kerja. Kesadaran kolektif bahwa rumah tangga adalah tanggung jawab bersama. Perubahan budaya dan kebijakan, seperti cuti ayah, jam kerja fleksibel, dan dukungan bagi ibu bekerjaKonten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar