BELAJAR ITU BAGAIMANANYA

BUKAN DIMANANYA

Tantang hari ke-4

#Tantangan Gurusiana

Oleh zainaldi

Menghadapi tahun ajaran baru, orang tua sibuk memikirkan hendak kemana melanjutkan sekolah anaknya.

Banyak sekolah yang menawarkan konsep pendidikan dengan biaya yg wah.... Timbul perasaan dalam diri bagi mereka yang berekonomi mapan, atau yg tidak mau dikatakan tidak mampu, mereka cenderung mengejar sekolah yg favorit dengan ukuran tidak pasti. Mengeluarkan dana besar dan cost harian yg tinggi suatu kebanggaan. Disisi lain sebenarnya adalah sekolah atau madrasah yg tidak kalah kualitasnya dengan sekolah favorit tersebut, tapi karena gengsi mereka tetap pilih sekolah favorit tersebut.

Bagi yg ikut ikutan, atau gengsi sekolah murah, di penghujung belajar setingkat SLTA sering muncul ungkapan ke anaknya,, .."kamu walau lolos pun UN sekarang, kamu tak akan kuliah, karena uang ayah sudah habis, adikmu juga mau sekolah...".

Coba fikirkan, ijazah yg menentukan saat ini minimal S1, sementara banyak yg tidak sanggup meraihnya, ijazah SLTA digunakan cari kerjaan, paling untuk pekerjaan kasar,,, kasihan dana sudah dihamburkan untuk mendapatkan nya.

Wahai para orang tua, Jangan lirik sekolah nya, tapi bagaimana cara kita menyekolahkan anak anak kita.

Mereka butuh motivasi, dukungan moral dan perhatian, sekolah hebat tidak menjamin anak jadi hebat, sekolah mahal juga tidak menjamin anak jadi hebat. jangan jadikan sekolah atau pondok sebagai bengkel untuk perbaiki kerusakan anak kita.

Kita belajar dari beberapa petinggi negara ini yg anaknya tidak jadi sarjana, sebaliknya berapa banyak orang tua yang berasal dari keluarga miskin tapi anaknya berguna bagi negara bahkan anaknya bersanding dengan orang-orang ternama.

Koto tinggi 18-3-2020