Zainaldi, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH KOTO TINGGI PANDAI SIKEK KECAMATAN X KOTO

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH KOTO TINGGI PANDAI SIKEK KECAMATAN X KOTO

Tantangan hari ke-12

#Gurusiana

Oleh: zainaldi

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN TARBIYAH ISLAMIYAH KOTO TINGGI PANDAI SIKEK KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR

Pada dasarnya masuk dan berkembangnya Islam membawa pengaruh besar terhadap semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam bidang pendidikan Islam membawa corak tersendiri yang sangat berarti dan memberikan sumbangan terhadap perkembangan sistem pendidikan pembelajaran masyarakat Indonesia dan semua aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Agama Islam menjadi dasar dalam pendidikan Islam yang bersifat menyeluruh dalam pandangannya terhadap agama, manusia, masyarakat, dan tata kehidupan. Pendidikan Islam berusaha membina individu sebagaimana membina masyarakat dan menghargainya sekaligus.

Perkembangan awal pendidikan dan pengajaran agama Islam di Sumatera Barat, dimulai dari surau-surau. Guru yang dikelilingi murid-murid yang duduk bersila memberi pelajaran antara lain membaca Al-qur’an, tata cara beribadat, Tauhid, atau keimanan, dan akhlak yang diberikan dengan cerita-cerita berisikan suri teladan. Hal ini banyak sekolah-sekolah yang beraliran Islamiyah mengubah pola cara belajarnya. Awalnya pondok pesantren tradisional menjadi pondok pesantren modern,demikian dipengaruhi oleh perkembangan kemajuan sistem pendidikan yang ada di Sumatera Barat dari surau menjadi Pondok Pesantren. Dari pondok pesantren menggunakan sistem Halaqah (pengajaran memfokuskan kepada guru di kelilingi murid) ke sistem qalafi (pengajaran yang di lakukan didalam kelas).

Minangkabau merupakan wilayah yang terkenal kuat keterkaitannya pada adat, disamping itu, Minangkabau adalah salah satu daerah yang mengalami proses Islamisasi sangat dalam. Akan tetapi Sulit dipastikan kapan sebenarnya Islam masuk ke daerah ini. Ada yang mengatakan abad ke-8, abad ke-12 dan bahkan ada juga yang memperkirakan abad ke-7 karena menurut al-manak tiongkok, sudah didapati suatu kelompok masyarakat Arab di Sumatera Barat pada tahun 674 M. Terlepas dari berbagai versi yang ada, Hamka mengatakan bahwa raja Islam pertama di Minangkabau (pagaruyung) adalah Raja Alam Arif sekitar tahun 1600 M. Oleh karena pusat kerajaan ini jauh dari daratan, diperkirakan bahwa dengan masuknya raja tersebut, berarti Islam telah menyebar di wilayah Minangkabau sekitar tahun 1600 M tersebut.

Sejak Islam masuk ke Minangkabau, telah terjadi beberapa kali pembaharuan. Pada awal abad ke-20 muncul gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau yang dipelopori oleh kaum muda. Gerakan itu bertujuan untuk mengubah tradisi, terutama gerakan tarekat. Kaum muda melakukan perubahan melalui pendidikan, dakwah, media cetak dan perdebatan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti Sumatera Thawalib yang lebih mengutamakan ilmu-ilmu untuk menggali dan memahami Islam dari sumbernya. Diilhami oleh perkembangan tersebut, timbullah niat Syekh Sulaiman Ar-Rasuly untuk menyatukan ulama-ulama kaum tua dalam sebuah wadah. Untuk itu, Syekh Sulaiman Ar-Rasuly, memprakarsai suatu pertemuan besar di Candung

Bukittinggi pada tanggal 5 Mei 1928.Pertemuan itu dihadiri oleh sejumlah kaum tua, diantaranya Syekh Abbas al-Qadhi, Syekh Muhammad Djamil Djaho, Syekh Wahid ash-Shahily dan ulama kaum tua lainnya. Dalam pertemuan itu disepakati untuk mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang disingkat dengan MTI. Pada tahun 1930, mengingat pertumbuhan dan perkembangan madrasah-madrasah Tarbiayah Islamiyah, timbullah keinginan Syekh Sulaiman Ar-Rasuly untuk menyatukan ulama-ulama kaum tua, terutama para pengelola madrasah dalam suatu wadah organisasi. Untuk itu, ia mengumpulkan kembali ulama-ulama kaum tua di Candung Bukittinggi pada tanggal 20 Mei 1930. Pada tahun 1935 diadakan rapat lengkap di Candung Bukittinggi yang menunjuk H. Siradjudin Abbas sebagai ketua Pengurus Besar PTI. Pada masa kepengurusan ini, berhasil disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan disahkan oleh konfrensi tanggal 11-16 Februari 1938 di Bukittinggi, dan disepakati

juga singkatan Persatuan Tarbiyah Islamiyah berubah menjadi PERTI.6 Pondok pesantren ini didirikan oleh Persatuan Tarbiyah Islamiyah Koto Tinggi Pandai Sikek (Perti) yang diketuai oleh H. Ibrahim dan juga di bantu oleh para rekan beliau yang membantu mengkonsep sistem pesantren yaitu H. Ilyas dan H. Syafii. Pada awalnya Perti ini didirikan dengan tujuan untuk menambah minat belajar anak nagari supaya memiliki tempat penyaluran nilai-nilai agama yang lebih kuat. Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah ini berdiri pada tanggal 1 April 1942. Dalam aktivitas tersebut yang dilakukan para santri yang berada di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Koto Tinggi Pandai Sikek yang terletak di Jorong Koto Tinggi. Pondok Pesantren ini merupakan pondok pesantren tertua di Kenagarian Pandai Sikek dari beberapa pondok pesantren yang ada. Pondok Pesantren ini selain memiliki pengajaran ilmu agama, pesantren ini juga mengajarkan ilmu-ilmu lainnya. Seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Matematika dan Bahasa Arab.

Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Koto Tinggi dari awal berdiri memakai sistem pendidikan pondok pesantrenQalafi, yaitu suatu bentuk pembelajaran yang dilakukan didalam kelas dengan didampingi oleh guru didepan kelas, yang masing-masing pelajaran yang berbeda didampingi oleh guru yang berbeda yang ahli didalam bidang studi pelajarannya masing-masing. Sehingga banyak cerita-cerita yang simpang siur di tengah masyarakat. Namun inilah kelebihan dari seorang guru, yang dapat mengetahui dan mendengar mana ucapan yang salah dan memperbaikinya, dan semua murid berhak untuk bertanya kepada guru.

Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Koto Tinggi yang pertama dipegang oleh H.Ibrahim yang memimpin pada tahun 1942-1960. Pada masa kepemimpinannya sistem 6 Alaidin Koto, Sejarah Perjuangan Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Pentas Nasional, (Jakarta: Tarbiyah Press, 2006) hal. 128- 135. Wawancara dengan Drs. Damsir Manaf Dt.Maharajo Nan Salareh (48 tahun) kepala sekolah tanggal 2 januari 2014 di Pondok Pesantren pengajarannya adalah sistem pondok. H. Ibrahim memiliki kepribadian yang baik dan menyenangkan dan juga semua santri senang dengan beliau. Setelah berakhirnya kepemimpinan H. Ibrahim, kemudian digantikan oleh AD. Labai Bandaro (1960-1990). Pada saat kepemimpinannya AD. Labai Bandaro ada sedikit perubahan kemajuan dibandingkan masa kepemimpinan H. Ibrahim diantaranya semua pembelajaran yang diterapkan didalam pondok pesantren menambahkan

semua sistem pembelajaran kepada kurikulum pondok dan kurikulum Depag (Departemen Agama). Hal ini terbukti banyaknya pembangunan dan penambahan 2 lokal pada tahun 1988 dan pada tahun 1990 penambahan lagi 3 lokal dengan murid sebanyak 48 orang. Kemudian pemimpinnya berakhir dia di gantikan oleh Ummy Rosda yang memimpin dari tahun 1990-1999. Pada tahun 1992 mulai dilakukan pendidikan program khusus yang pada Semester I memiliki 14 orang siswa dan semester II siswa bertambah 2 orang menjadi 16 orang. Program khusus ini dilakukan untuk menambah pendalaman tentang pendidikan agama lebih dalam lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post