KUTIPAN TULISAN SEORANG IKHWAN
KUTIPAN TULISAN SEORANG IKHWAN
tantangan hari ke 41
#Gurusiana
Oleh: zainaldi
Ramadhan telah kita lalui dua malam sholat tarawih dan satu kali jumat. Pelaksanaan sholat tarawih ditiadakan begitu juga dangan sholat jumat. Kerinduan dan meriahan malam bulan ramadhan dan sholat jumat menjadi kerinduan bagi orang-orang yang beriman. Ramdahan kali ini tidak seperti radhan pada tahun-tahun sebelumnya. Ramadahan kali ini penuh dangan kesunyian. Tidak ada lagai terdengar lantunan ayat, dan tausiah ceramah dari para mubalig ataupu suara petasan di malam hari. Bahkan kita telah mengetahui bersama, dimana-mana sholat Jum’at dan sholat berjamaah di beberapa negara dihentikan sementara. Berharap dengan begitu virus tak semakin liar persebarannya. Umat muslim kini menghadapi hari-hari tanpa shalat berjamaah.
“Shollu fii buyutikum.” Begitu lantunan adzan yang bergema di banyak negeri ini. Kesedihan melanda kalbu orang beriman, baik mereka yang memang rajin shalat berjamaah, maupun yang masih terantuk di pintu niat. Yang rajin shalat berjamaah gundah karena corona merenggut kesyahduan beribadah mereka. Tanpa berjamaah, seperti ada yang hilang dalam kenikmatan ibadah mereka.
Sungguh beruntung mereka yang disesak rindu untuk berjamaah. Baginya telah tercatat pahala apa-apa yang telah dirutinkannya. Yang karena sebab pandemi corona ini. Mereka yang belum terbiasa berjamaah juga bersedih, betapa selama ini kelalaian begitu mendominasi jiwa. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa ada setumpuk niat baik yang belum dilakukan. Shalat berjamaah di masjid salah satunya.
Tetapi perasaan sedih itu tidak selayaknya mengendalikan logika. Supaya dengan begitu akal sehat kita tidak terkecoh oleh bujuk nafsu. Sehingga tidak ada lagi yang berujar “Kematian itu pasti dan saya tidak takut corona. Lebih baik mati di dalam masjid, itu lebih mulia. Jadi buat apa takut ke masjid?” Pernyataan seperti ini juga tidak pada tempatnya.
Pertama, karena corona tidak menyebabkan mati mendadak layaknya peluru yang meluncur ke tubuh kita. Tertular di masjid bukan jaminan ajalnya juga dijemput di masjid. Bisa jadi Malaikat Izrail menemuinya di tempat lain.
Kedua, dan ini yang paling penting, ulama telah memberi fatwa untuk menghentikan sementara shalat Jum’at dan shalat berjamaah di masjid. Itulah yang semestinya menjadi rujukan kita. Biar bagaimanapun ulama adalah pewaris para nabi. Padanya terjamin satu pahala meski pendapatnya keliru. Dan baginya dua pahala atas kebenaran ijtihadnya.
Puluhan tahun mereka wakafkan hidupnya untuk menekuni ilmu agama. Siang dan malam mereka baktikan diri untuk Rabb-nya. Jika kepada mereka saja kita masih ragu, lalu kepada siapa lagi kita mesti menyimpan kepercayaan?
Semoga Allah lindungi kita dari virus ini.Amin...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pak. Salam kenal, salam literasi
Ya pak begitu rindunya
Terima kasih pak kasbi