Eko Imam Suryanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PRINSIP DAN KAIDAH DALAM MENULIS

PRINSIP DAN KAIDAH DALAM MENULIS

Keterampilan menulis merupakansatu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.

Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk sederhana.

Selanjutnya menurutRivers dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan.Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.

Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah:

(1) menyalin naskah dalam bahasa,

(2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca,

(3) melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil,

(4) menulis terpimpin, dan

(5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.

Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut:

(1) menyalin,

(2) menyadur,

(3) mem-buat ikhtisar,

(4) menulis laporan,

(5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara,

(6) membuat catatan,

(7) menulis notulen,

(8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan,

(9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram),

(10) menulis poster dan iklan,

(11) menulis berita,

(12) melanjutkan tulisan,

(13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan ,

(14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek,

(15) menulis kuitansi,

(16) menulis riwayat hidup,

(17) menulis lamaran kerja,

(18) menulis memorandum,

(19) menulis proposal/usul penelitian,

(20) menulis rancangan kegiatan,

(21) menulis pidato/sambutan,

(22) menulis naskah,

(23) menyusun formulir,

(24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan

(25) menulis karya ilmiah.

Aspek Menulis Karangan

Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu

(1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna,

(2) menggunakan kata dengan bentuk yang tepat,

(3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat,

(4) merangkaikan kata dalam frasa secara tepat,

(5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat,

(6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik,

(7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik,

(8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi,

(9) membuat surat (macam-macam surat),

(10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa),

(11) membuat laporan (penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan),

(12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung),

(13) mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).

1)Jenis-jenis Mengarang

Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah (1) mengarang surat, (2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan, (5) menulis berita aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang naskah drama.

(1)Mengarang Surat

Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orangyang diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.

Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu.. sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.

(2)Mengarang Cerita Non Fiksi

Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.

(3)Mengarang Cerita Fiksi

Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialahmengarang cerita berdasarkan atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan yang produktif,(2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan bakat mengarang.

(4)Mengarang Lukisan Keadaan

Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra telitimelalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah kepadagaya bahasa puisi atau prosa liris.

(5)Menulis Berita Aktual

Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulisberita yang telah lazim dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi berita aktual ialahsuatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.

Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan (2) mengembangkan bakat kewartawanan.

(6)Mengarang Puisi

Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaanyang kuat, yang pada umumnya yang terdapat pada diri masing-masing, (2)memberika latihan mengungkapkan perasan dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, (3) mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.

(7)Mengarang Esai

Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada suatu saat menarik perhatian orang.

(8)Mengarang Naskah Pidato

Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan. Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.

Demikian prinsip dan kaidah dasar dalam penulisa. Semoga bermanfaat.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menu-lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti

Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana Indonesia.

Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit

Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

#WongNdeso

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

03 Dec
Balas

Makasih apresiasinya.

05 Dec

Keren Pak guru..Jadi belajar kembali awak..Salam literasi

05 Dec
Balas

Salam Literasi. Makasih Apresiasinya

05 Dec



search

New Post