SENANDIKA
SENANDIKA
Pukul 04.15 WIB fikirku, Ketika mata ini tertuju kepada jam tua tergantung di dinding papan yang sudah mulai keropos dijadikan rayap sebagai tempat mencari rizki yang telah Allah SWT sediakan buat bangsanya. Bergegas aku bangkit dari tempat tidur yang sengaja di hamparkan dekat difan tempat tidur ayah, karena aku sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada ayah di tengah malam.
Segera aku ambil lampu senter memakai batere ABC untuk penerangan ke dapur, karena memang di kampung belum ada penerangan dari Pembangkit Listrik Negara (PLN), masyarakat di desa kami masih menggunakan alat penerangan tradisional yaitu lampu minyak, lampu yang di buat sendiri oleh masyarakat pada umumnya.
Sampai di dapur, aku hidupkan api di tungku perapian dengan menggunakan kayu bakar yang di siram dengan minyak tanah, lalu di hidupkan pakai korek api. Kemudian ambil periuk dan mengisinya air serta meletakkannya di atas tungku, yang berguna untuk me lap tubuh ayah dan juga untuk berudhuk, karena ayah akan melaksanakan shalat subuh, jika memakai air dingin, tubuh ayah tidak bisa menahan dingin, maklum tubuh ayah sudah kurus.
Sambil menunggu air mendidih, aku bersegera kesungai untuk berudhuk, karena aku juga harus melaksakan shalat subuh. Sepulang dari sungai (di kampung, masyarakat masih menggunakan batang sungai untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK), karena di kampung aliran batang sungai masih bersih, belum ada warga di kampung yang telah memiliki kamar mandi di rumah masing-masing) air yang aku letakkan di atas tungku sudah mendidih, dan segera dicampur dengan air dingin.
“Yah, ini airnya sudah panas, biar aku lap badan ayah dan sesudah itu ayah berudhu’”: Kataku
“iya Yung, kau sudah ambil air wudhu’? : Tanya Ayah
“Sudah yah, tadi sambal menunggu air ini panas, aku pergi ke sungai”: Jawabku.
Secara perlahan dan lemah lembut, aku me lap seluruh tubuh ayah, mulai ujung kaki sampai ujung rambut, tak terasa ada air mata hangat keluar dari rongga mata ini, air mata kesedihan melihat tubuh ayah yang kurus dan tidak bertenaga ini.
Hal ini ini mengingatkan aku kepada umak, dua tahun yang lalu, umak mengalami hal yang sama, tidak bisa apa-apa, akan tetapi penyakit yang umak idap adalah kalau di zaman sekarang, orang Kesehatan mengatakan liver. Sewaktu umak seperti ini aku tidak bisa ikut merawatnya karena waktu itu masih dalam keadaan sekolah di Sekolah Menengah Umum (SMU) kelas 3, jadi Ayah tidak membolehkan aku pulang.
Selesai memandikan dan mewudhu’ kan ayah, kami shalat subuh berjamaah, ayah memintaku menjadi imam shalat, dan dengan penuh haru aku turuti permintaannya, dalam shalat subuh itu sengaja aku bacakan ayat yang pendek-pendek agar ayah tidak terlalu letih nantinya.
Setelah shalat aku Kembali ke dapur untuk membuatkan dua gelas teh buat ayah dan aku tentunya, dan membawanya ke dekat difan tempat tidur ayah.
“Yung, apakah tidak lelah dan letih setelah enam hari kau membuat dan meladeni ayah seperti ini?”: Tanya Ayah Ketika aku duduk di dekatnya sambal menikmati segelas the.
“Tidak yah”: Jawabku lalu melanjutkan “kenapa letih dan Lelah yah, bukankah ini salah satu kewajiban seorang anak untuk melayani ayah dan ibunya, ini belum seberapa yah, ayah doakan saja aku tetap kuat dan sabar dalam melayani ayah dengan ikhlas tanpa ada perasaan berat sedikitpun”.
“Aamiin Ya Allah, Jadikanlah anak hamba ini menjadi anak yang shaleh, aamiiin”: Kata Ayah
“Aamiiin”: jawabku
“Yung, masih ingat kah perkataan ayah dahulu Ketika kau masih Sekolah Dasar (SD) sewaktu kita pergi mencari ikan di batang batahan?”: Tanya Ayah
Ya Batang Batahan adalah sungai yang berhulu ke gunung Kelabu di daerah Sumatera Utara, airnya sangat besar dan jernih, masyarakat di kampung apabila ingin mencari ikan akan datang ke batang air ini, batang air batahan ini banyak ikannya, seperti Urare, garing, baung, udang, ikan Panjang, sating dan lain-lain.
“Ooh cerita tentang ikan yang besar itu yah”: Jawabku
“Bukan, tapi tentang sakit akhir yang ayah ceritakan dulu, Masih ingatkan yung?”: Tanya Ayah
“Iya masih ingat yah”: Jawabku.
“Ayah merasa sakit yang ayah rasakan sekarang ini adalah sakit akhir itu, sebab semua tanda-tanda yang pernah kakekmu kasih tahu kepada ayah sudah ada semua dalam sakit ini”: Kata ayah, sambil melanjutkan” Pesan ayah kepadamu kalau ayah sudah di panggil yang maha kuasa, jagalah shalatmu, lisanmu, tanganmu, farjimu dan jalin silaturrahmi serta hidup dengan kejujuran, dan yang paling penting tolong bacakan surat yasin atau surat al-ikhlas setiap malam senin dan jum’at buat ayah dan umakmu”.
Mendengar apa yang di bicarakan ayah, aku jadi teringat suatu Ketika ayah berkhutbah di masjid dengan tema shalat dan beberapa hal yang dapat menjaga kita nanti di hari kiamat.
Kala itu ayah berkata dengan lantang: Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) (HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Faedah dari Hadis
1. Perkara yang pertama kali akan dihisab pada hamba dari perkara ibadah pada hari kiamat adalah shalat.
2. Siapa yang mendirikan shalat, maka bagus amalnya. Siapa yang tidak bagus shalatnya, maka amalnya pasti rusak.
3. Allah sangat penyayang pada hamba di mana Allah menyempurnakan amalan wajib yang ia lakukan dengan amalan sunnah sebagai penutup kekurangannya.
4. Umumnya amalan wajib akan disempurnakan dengan amalan sunnah sampai bertambahlah kebaikan hingga mengalahkan kejelekan sampai masuk surga dengan rahmat Allah.’
5. Hendaklah setiap orang bisa memperbanyak dan menjaga amalan sunnah, bukan hanya mementingkan yang wajib saja.
“Kenapa diam yung?”: Tanya Ayah
“Tidak apa-apa yah, iya yah semoga sakit yang ayah alami sekarang bukan sakit akhir itu yah”: Kataku
Krinnnggg… kiriiinnngggg…. Kriiiing, bunyi HP dikantongku, dan dengan cepat aku lihat ada nama Santi.
“Sebentar yah aku terima telepon dulu”: Kataku sambil berjalan ke arah jendela.
“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh bang” Kata Santi dari seberang
“Waalaikumussalam wr.wb. Ti, apakabar apakah ada sehat-sehat saja?” Jawabku.
“Alhamdulillah anti sehat bang, bagaimana sakit ayah sekarang bang?: Tanya Santi
“Masih seperti biasa,”: Jawabku
“Bang, berarti besok hari minggu tidak bisa abang kepadang, anti ingin sekali abang ada dan ikut antar anti ke bandara”: kata Santi
“Yah maafkan abang ya ti, abang tidak mungkin meninggalkan ayah dalam keadaan kondisi sekarang, sekali lagi maafkan abang ya ti”: kataku
“Ya gimana lagi bang, padahal anti ingin sekali abang ada Ketika anti berangkat”: Kata Santi lagi
“Ya benar ti, tapi maaf sekali lagi ya, abang tidak bisa meninggalkan ayah dalam kondisi sekarang ini”: Jawabku
“Ya sudah”: Kata Santi tanpa membaca salam langsung mematikan telepon.
Selesai menerima telepon dari Santi, aku Kembali ke dekat ayah.
“Kenapa dengan si Santi yung?: tanya Ayah
“Dia mau berangkat minggu besok ke Brunai yah, menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)”: Jawabku
“Terus”: tanya Ayah
“Dia mengharapkan aku ada dan bisa mengantarnya ke bandara, tapi sudah aku katakan tidak bisa”: Jawab ku
“Ya kalau ingin berangkat kepadang besok, ya berangkat saja, ayah tidak apa-apa, kakak-kakakmu kan ada disini”: Kata ayah
“Tidak yah, biarlah dia berangkat saja yah, ayah jauh lebih penting”: kataku seraya pergi membuka pintu karena kakak Nisma datang mengantarkan makan pagi kami Bersama ayah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar