Husain Yatmono

Husain Yatmono fb:husain.yatmono email: [email protected] Blog: http://menulisdimedia.blogspot.com http://duniapendidikanchannel.blogspot.com ...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAGAIMANA MENGAWALI PUASA?

BAGAIMANA MENGAWALI PUASA?

Catatan:

Husain Yatmono

Kapan puasa Ramadhan mulai ya? Mungkin pertanyaan tersebut ada di benak anda. Bulan Ramadhan bulan yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat Islam. Bulan Ramadhan istimewa bagi umat Islam karena bulan maghfirah (bulan penuh dengan ampunan), dimana pintu surga dibuka selebar-lebarnya, dan pintu neraka ditutup, disediakan bagi orang-orang yang mau bertaubat. Namun, pada kesempatan kali ini, saya tidak akan menulis berkaitan dengan keistimewaan bulan Ramadhan. Tapi akan berbagi bagaimana kita mengawali dan mengakhiri puasa di bulan Ramadhan.

Sering kali kita menjumpai di Indonesia ada perbedaan dalam mengawali maupun mengakhiri bulan Ramadhan. Bagaimana ketentuan, kaum muslimin, mengawali dan mengakhiri bulan Ramadhan? Puasa Ramadhan merupakan amalan ibadah taufiqiyah (sudah ditentukan bagaimana pelaksanaannya). Salah satu hadis yang dijadikan rujukan untuk mengawali puasa adalah riwayat Imam al Hakim dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT menjadikan hilal sebagai tanda-tanda waktu, jika kalian melihat hilal (bulan sabit) maka berpuasalah dan jika kalian melihat hilal (bulan sabit) maka berbukalah, namun jika terhalang (ru’yat) maka genapkanlah bulan. Ketahuilah oleh kalian bahwa bulan itu tidak lebih dari tiga puluh hari.”

Berangkat dari hadist ini, ada dua metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan baru (hilal) di Indonesia. Dua metode itu disebut dengan hisab dan rukyat. Di Indonesia ormas Islam Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan/perkiraan) dalam menentukan awal bulan baru Qomariyah/Hijriyah. Sementara Nahdatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyatul hilal, melihat bulan baru (bulan sabit) secara langsung di lapangan. Dalam pelaksanaan rukyat hilal mereka juga menggunakan ilmu falakiyah dengan menghitung posisi bulan terhadap matahari (hisab).

Berdasarkan perhitungan (hisab), organisasi Islam Muhammadiyah sudah menetapkan akan mengawali puasa Ramadhan 1438 H ini sejak hari Sabtu tanggal 27 Mei 2017. Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan) dalam menentukan awal bulan Qomariyah (Hijriyah). Ada banyak metode hisab yang berkembang dalam kasanah Islam, yang masing-masing diikuti oleh umat Islam. Dengan bantuan teknologi, mereka bisa memprediksikan kapan bulan Qomariyah (Hijriyah) baru itu akan datang.

Sementara ormas Islam lainnya seperti: Nahdatul Ulama (NU), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan lain-lain masih menunggu hasil rukyatul hilal. Rukyatul hilal adalah proses melihat atau mengamati munculnya bulan baru, sebagai pertanda masuknya awal bulan baru Qomariyah (Hijriyah). Mereka berpendapat bahwa awal bulan baru (hilal) harus dilihat secara langsung pada saat akhir bulan Sya’ban, sehingga bisa dipastikan bahwa bulan baru (hilal) Ramadhan sudah masuk.

Sebenarnya antara metode hisab (perhitungan) dan rukyat (melihat bulan langsung) tidak ada perlu diperdebatkan karena saling melengkapi. Rukyatul hilal akan bisa berjalan berhasil karena didukung data-data dari perhitungan (hisab) tersebut. Dengan data-data hisab tersebut bisa diperkirakan posisi bulan dan matahari bisa berada dalam satu baris (konjungsi/ijtimak) itu kapan, jam berapa, menit berapa. Data-data hisab tersebut juga mensupport informasi tentang posisi bulan ada berapa derajat pada garis bujur dan lintang dengan ketinggian berapa derajat serta berlangsung berapa lama hilal (bulan baru) tersebut nampak.

Dengan data-data tersebut, saat kita melakukan pengamatan bulan baru (hilal), maka kita bisa mengarahkan pandangan kita kearah yang tepat, tidak salah arah. Misalnya secara hisab posisi bulan baru (hilal) ada disisi kiri beberapa derajat, tetapi kita melihatnya disisi sebelah kanan, maka tidak akan kelihatan. Meskipun dibantu dengan teropong canggih sekalipun, karena salah arah dalam melihat maka tidak akan kelihatan bulan baru (hilal). Jadi disinilah pentingnya perhitungan (hisab) tersebut. Ilmu falakiyah (astronomi) sudah lama dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam dan sampai kini masih eksis.

Lalu mengapa bisa muncul perbedaan dalam mengawali atau mengakhir puasa? Perbedaan itu bisa muncul karena, saat melakukan pengamatan bulan baru (hilal/bulan sabit) secara langsung terhalang oleh awan. Kondisi cuaca sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan rukyat (melihat bulan baru). Secara perhitungan (hisab) sudah muncul bulan baru (hilal) tersebut, namun fakta di lapangan saat diuji coba melihat hilal ternyata kondisi cuaca sangat tidak memungkinkan. Dari sinilah munculnya perbedaan tersebut karena dari wilayah Indonesia mana pun tidak ditemukan informasi melihat hilal (bulan sabit), maka digenapkan menjadi 30 hari.

Sebenarnya, jika negara Indonesia tidak bisa melihat hilal baru (bula sabit), mereka bisa mendapatkan atau mencari informasi tentang awal bulan baru (hilal) dari negeri-negeri Islam lainnya, yang posisinya lebih barat dari Indonesia. Perlu diketahui, perbedaan waktu antara Indonesia dan Saudi Arabia atau negara yang posisinya sebelah barat Indoneisa tidak sampai 1 hari (24 jam). Perbedaan waktu tersebut sekitar 5 sampai 7 jam. Semakin ke barat, maka posisi hilal semakin tinggi, sehingga bisa dilihat di negara yang posisinya ada di sebelah barat Indonesia.

Jadi dengan informasi hilal dari negeri Islam yang berada di sebelah barat Indonesia, kita masih bisa berpuasa dalam hari yang sama. Inilah yang disebut dengan istilah rukyatul hilal global. Namun ada juga yang tidak mau menerima hasil rukyat dari negara lain, karena perbedaan wilayah atau negara.

Saya pribadi selalu mengikuti rukyatul hilal, kebetulan tempat rukyatul hilal dekat dengan rumah, sehingga saat akhir bulan Sya’ban selalu menyempatkan diri untuk mengikuti proses rukyatul hilal ini. Karena ini merupakan amal fardu kifayah dalam mengawali puasa Ramadhan yang setiap individu muslim harus mencari atau mendapatkan informasi kapan awal puasa Ramadhan dimulai. Jika proses rukyatul hilal tersebut tidak berhasil melihat hilal (bulan sabit), maka saya menanti atau mencari informasi dari negara-negara di bagian barat wilayah Indonesia. Saya menunggu hingga pukul 02.00 sd 03.00 dini hari, jika saat itu ada informasi rukyatul hilal yang valid, maka saya berpuasa. Namun jika tidak maka saya mengenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari dan akan mulai puasa Ramadhan pada hari besuknya.

Oya, menentukan awal bulan Ramadhan berbeda dengan menentukan waktu sholat. Dalam menentukan bulan Ramadhan (Qomariyah/hijriyah) itu berdasarkan pada peredaran Bulan. Sementara perhitungan waktu sholat itu berdasarkan pada peredaran matahari (samsiyah), dan menghasilkan penanggalan masehi.

Selamat menyambut ibadah puasa Ramadhan 1438 H, semoga kita semua bisa bersua dengan bulan yang istimewa ini. Semoga kita bisa beribadah puasa penuh di bulan Ramadhan dan menjadi orang-orang yang bertakwa sebagaimana tujuan dari puasa Ramadhan, hingga kita bersua dengan Idul Fitri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Semoga kita bisa beribadah puasa penuh di bulan Ramadhan dan menjadi orang-orang yang bertakwa sebagaimana tujuan dari puasa Ramadhan." Aamiin

25 May
Balas



search

New Post