SALAH MENEMPATKAN RASA
Tantangan Menulis Gurusiana hari ke- 6
Pengalaman yang yang mengesankan yang terjadi beberapa tahun yang silam. Ketika putraku baru dilahirkan ke dunia ini. Kejadian itu dibayangi oleh peristiwa Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004. Tsunami yang meninggalkan trauma yang mendalam bagi kita semua.
Bumi yang damai, aman dan tentram porak poranda di terjang Tsunami. Ribuan nyawa melayang. Harta benda serta merta dihancurkan oleh yang maha kuasa. Di sana sini terdapat mayat yang bergelimpangan. Tak terlihat lagi keindahan di kota Serambi Mekah tersebut.
Si kecil terbangun dari tidur lelapnya. Buah hatiku yang kedua yang baru sebelas hari hadir ke dunia ini. Entah mengapa di tengah malam itu dia gelisah. Terus merengek dan merengek. Walaupun telah diberi asi tetapi masih saja dia rewel. Ku raba keningnya. Tak kurasakan tanda-tanda bahwa dia demam. Tapi mengapa dia masih rewel juga..? Apakah gerangan yang membuatnya gelisah..?
Azan menggema terdengar dari kejauhan. Aku merasa ada yang aneh dengan azan tersebut. Betapa tidak, di tengah malam berkumandang azan.
"Apakah gerangan yang terjadi…? Mungkinkah ada hubungannya dengan kegelisahan buah hatiku..?", Hatiku mulai bertanya-tanya.
Tiba-tiba terdengar berita yang membuat hatiku berdegup kencang. Berita yang kudengar dari dua musalla yang berbeda.
“Air naik…! Air naik…! Kepada semua warga agar belindung di tempat ketinggian…!”
“Air laut naik…! Tsunami….! Air sudah sampai di Parak Aji Garang…!”. Begitu yang disampaikannya berulang-ulang.
Sontak semua warga yang mendengar berita itu panik. Tak terkecuali diriku. Suasana yang tadinya tenang kini berubah mencekam. Ku bangunkan seisi rumah. Betapa tidak, tempat yang disebutkan itu berada dekat dengan daerah tempat tinggalku.
Dengan hati-hati ku bangunkan suamiku dari tidur lelapnya. Awalnya beliau tidak percaya apa yang ku katakan.
“Masak Iya Tsunami…, ndak mungkin lah..Tsunami itu terjadinya setelah gempa besar di laut”, kata suamiku.
Hati ini bertambah cemas manakala ada tetangga yang datang menjemput kami. Sambil berlari-lari mereka mengajak kami mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.
“Ayolah Uda, Uni…air sudah sampai di Parak Aji Garang…!” kata mereka.
Suamiku masih ragu akan hal ini. Namun keraguan itu akhirnya sirna seiring semakin banyaknya warga yang berlarian dengan wajah ketakutan. Bahkan sinyal Hand pone pun ikut mati saat itu. Apa lagi dari kejauhan terdengar seperti suara air bah. Air bah yang suatu waktu siap menerjang kami.
“Kita ke mesjid depan saja...!" kata suamiku
Tanpa pikir panjang akhirnya kami bergegas menuju mesjid yang dimaksud. Saking cemasnya tak sadar kalau diriku berjalan tanpa memakai alas kaki.
Kami naik ke lantai tiga mesjid, di mana sudah banyak warga berkumpul di situ. Ada yang menangis, ada juga yang diam seribu bahasa, ada juga yang berzikir menyebut asma Allah, bahkan ada juga di antara mereka berusaha naik ke atas atap bangunan mesjid tersebut.
Dalam diamku menyimpan rasa. Rasa yang bergejolak di dalam hatiku. Teringat kata-kata suamiku sebelum tiba di mesjid itu. Betul kata beliau, tsunami itu datang setelah adanya gempa besar yang terjadi di laut.
“Tapi mengapa begini jadinya? mengapa semua warga juga ikut ketakutan seperti ini?. dari mana sumber berita Tsunami ini...?”
”Ya Allah…lindungilah kami semua..” Terbayang olehku kejadian Tsunami yang terjadi di Aceh beberapa waktu yang lalu.
Pagi yang cerah, matahari telah menampakkan wajahnya ke bumi, namun apa yang dicemaskan oleh warga tidak terbukti adanya.
Beberapa orang petugas kelurahan datang mengunjungi kami ke mesjid. Mereka menjelaskan kepada kami, Tsunami yang kami cemaskan itu merupakan isu yang sengaja di sebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kami di minta untuk kembali ke rumah masing-masing. Rupanya isu Tsunami itu sudah membuat kekacauan di seluruh kota Padang pada malam itu.
Akhirnya aku sadar karena telah salah menempatkan rasa. Pemikiran menurut akal sehat akan hilang apabila kita terlalu mengedepankan perasaan yang belum tentu kebenarannya.
Husna Herawati, S.Pd (Guru MIN 3 Padang)
#Tantanganmenulisgurusianake-6-22Februari2020#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya juga ikutan lari waktu itu bu.. krn nakhodanya diluar kota, kita dibuat panik oleh warga.
ya bun...capur aduk perasaan waktu itu ketika di kasih tahu tsunami itu cuma isyu belaka...semoga org yg buat isyu tersebut diampuni dosanya oleh Allah aamiin..
Aamiin..
menarik sekali...lanjutkan pwrjuangan pena mu
Insya Allah bu as...ku tunggu bimbinganmu selanjutnya..hhhh
Ya rasa cemas yg berlebihan, membuat kita resah tak menentu yo ra
Batua ni..ndk tantu ka malu gai do...ado lo urg sampai ndk babaju gai lari dek garagara isyu ko ma ni..
Super perfect say...
mksh un say...tulisan uni jg perfect...
Insya Allah bu as.. Ku nanti bimbingan selanjutnya..
Saraso dihati mah...say.Next..
iyo ni...?
Yupppz..
Nice
Mksh say.. Ini tulisanku mana tulisanmu.. Hehehe..