Husna Herawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEPINYA HATI SEORANG IBU (Mengapa Lama Sekali Kamu Tinggalkan Ibu Nak.?)

SEPINYA HATI SEORANG IBU (Mengapa Lama Sekali Kamu Tinggalkan Ibu Nak.?)

Tantangan Menulis Gurusiana hari ke- 22

Telepon di sudut ruang tamu berdering nyaring. Ada perasaan lain ketika ayahku mengangkatnya. Dari seberang sana terdengar kabar dari Doni bahwa dia bertemu dengan Pak Ngah. Bagaikan petir di siang bolong, begitu terkejutnya ayahku mendengar berita tersebut.

Rasa tidak percaya…terasa dalam mimpi bahwa beliau akan berjumpa kembali dengan uda kandung beliau. Dengan berlinang air mata ayahku menjawab telepon dari Pak Ngah, beliau menceritakan semua keadaan Uwak selama ini pada Pak Ngah.

“Pulanglah uda…Apakah Uda tidak rindu pada ibu kita…? beliau terlalu menderita selama ini…” pinta ayahku.

“Bu…Uda sudah ketemu Bu...beliau bertemu dengan ayah Doni di Bengkulu…” kata ayahku pada Uwak.

Tak satu pun kalimat yang keluar dari mulut Uwak selain dari derasnya air mata yang mengalir dari sudut mata beliau. Begitu lama beliau terdiam…

“Apa sebenarnya yang terfikirkan oleh Uwak..? Senang…ataukah marah kepada Pak Ngah..? Mungkinkah masih ada rasa trauma di hati beliau…?” bathinku.

Singkat cerita…

Dengan ditemani Doni akhirnya Pak Ngah jadi juga kembali ke kampung. Kampung halaman yang sudah lama dia tinggalkan. Tanah kelahiran yang dulu seakan-akan sudah terkubur dalam hatinya.

“Selamat datang kota Bukittinggi…! Selamat datang kampung halamanku…!” kata Pak Ngah setengah berteriak.

Doni mengantar Pak Ngah hanya sampai terminal saja. Mereka sampai pada dini hari sebelum azan Subuh dikumandangkan. Dengan berbekal denah yang diberikan Doni, akhirnya Pak Ngah berjalan sendiri menuju rumah Uwak.

Dengan langkah yang gontai Pak Ngah menyusuri jalanan sepi ditengah kegelapan dan dinginnya udara pagi. Jam tangan sudah menunjukkan jam setengah lima. Itu artinya sebentar lagi azan Subuh akan berkumandang. Beliau memperhatikan keadaan di sepanjang jalan. Di kiri kanan jalan sudah banyak berdiri bangunan-bangunan baru.

Pak Ngah terus menyusuri jalan, berharap menemukan sebuah rumah yang sudah 32 tahun beliau tinggalkan. Tapi harapan tinggal harapan, rumah yang dicari tak kunjung beliau temukan. Beliau terus berjalan dan terus berjalan.

“Siapa kamu…! Maling ya…! teriak segerobolan ibu-ibu tua memakai mukena yang hendak pergi ke surau.

“Bukan Mak…! Saya bukan maling…!” Saya Nasrul anak Uwak Ijah (sebutan orang di kampungku kepada Uwak)” Jawab Pak Ngah dengan pasti.

“Mana mungkin…! Nasrul anak Uwak Ijah sudah meninggal…pasti kamu maling ya…!” teriak ibu-ibu itu tak percaya.

“Saya memang Nasrul Mak…saya belum meninggal…coba saja amak-amak perhatikan wajah saya...apakah amak-amak lupa dengan saya…?” jawab Pak Ngah meyakinkan mereka.

Mendengar hal tersebut, ibu- ibu itu mulai ragu, karena yang berada di hadapan mereka memang mirip sekali dengan ayahku.

Astagfirullah…kamu Nasrul…! Teriak seorang ibu kepada Pak Ngah. Mengapa kamu tak pulang-pulang Nak...” katanya lagi sambil terisak.

“Ya Allah…Rumah ibumu ndak di sini nak…rumah ibumu di ujung jalan sana yang sudah kamu lewati…mari kami antar kamu ke sana…” kata ibu yang lainnya.

Dengan rasa yang mengharu biru mereka mengantar Pak Ngah sampai depan rumah Uwak.

“Wak-wak…! Nasrul datang wak…Nasrul kembali..” teriak mereka.

Mendengar teriakan itu ayahku dan Uwak berlari keluar hingga teras rumah. Ketika melihat Pak Ngah, Uwak tak bergeming sama sekali. Beliau diam seribu bahasa. Tidak ada tangis, tidak ada tawa dan tidak tersirat sedikit pun kebahagiaan di mata beliau. Entah apa yang ada dipikiran beliau. Mungkinkah beliau syok dengan semua ini?.

“Bu…Uda sudah datang mengapa Ibu diam saja…? Anak yang sering Ibu tangisi dulu sudah datang sebagai obat pelepas rindu…Ayolah Bu…” kata ayahku dengan lembut.

Tanpa diduga sama sekali Uwak menjawab dengan lantang. Jawaban yang membuat semua orang yang berada di situ menangis.

“Dia bukan anakku….anakku gagah, tampan waktu berangkat dulu…yang ini sudah tua…bukan dia anakku…” jelas sekali terlihat kekecewaan di wajah Uwak.

Mendengar semua itu sontak Pak Ngah berlari, bersujud di kaki Uwak. Beliau menangis sejadi-jadinya.

“Ampun Bu…! ampun…! maafkan aku…! maafkan aku Bu…!” kata Pak Ngah sambil memeluk Uwak.

Pak Ngah mencium kaki dan memeluk Uwak berulang kali. Sambil menangis beliau terus minta maaf dan minta ampun pada Uwak.

“Mengapa lama sekali kamu tinggalkan ibu Nak…Tak sayang lagikah engkau pada Ibu…mengapa engkau siksa Ibu seperti ini Nak…” Kata Uwak meratap.

“Ampuni aku Ibu…maafkan aku Ibu…” hanya itu yang dapat dijawab oleh Pak Ngah saat itu.

Rumah Uwak yang selama ini selalu kelihatan sepi, kini selalu ramai dikunjungi tetangga dan para kerabat Uwak. Banyak di antara mereka yang rindu dengan Pak Ngah atau yang hanya sekedar penasaran melihat pak Ngah. Kini Uwak sudah tidak kesepian lagi. Tidak ada lagi yang membuat hati beliau sedih.

Husna Herawati, S.Pd (Guru MIN 3 Padang)

#Tantanganmenulisgurusianake-22-09Maret2020#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah era, kisah selanjutnya apo ra? Baa keadaan pak ngah tu kini?

09 Mar
Balas

Buat sementara samapi di sini dulu un...sekarang Uwak sudah wafat di susul oleh Pak Ngah beberapa tahun sesudahnya

10 Mar

Buu.. ngiris bawangnya jauhin dikit... Pedis nih mataaa hihi...

09 Mar
Balas

Bawang bawang kampung asli bu.. Hihihi

09 Mar
Balas

Seandainya aku ada sisana ketika itu, pasti air mataku no 1 lebih banyak ngalir... jadi baper aku bacanya buk, sedih.....

10 Mar
Balas

Kan ku sediakan ember untuk menampungnya buk...

10 Mar



search

New Post