HABLUM MINALLAH WA HABLUM MINANNAS
Husni Mubarrok
Ada seorang suami yang tekun beribadah, shalat malamnya sungguh luar biasa, hampir tiap malam selalu tak lupa menunaikannya, sepanjang malam dihabiskannya dengan bermunajat kepada Allah. Shalat, dzikir dan berdo’a adalah aktivitas malam yang senantiasa menghiasi malam-malam harinya. Ia punya istri, namun istrinya tak pernah didatanginya. Ia biarkan sang istri sendiri dalam lamunan sunyi nan sepi di malam hari yang sunyi. Tak pernah dimanja dan dikasih, kebutuhan biologis sang istri terkadang dibiarkan begitu saja bahkan terabaikan. Baginya lebih nikmat bermunajat kepada Allah, menghabiskan malam-malam, bercengkraman dengan sang ilahi daripada harus bermanja dan bersenda gurau dengan sang istri.
Suami tadi lupa bahwa ia punya istri, ia lupa bahwa sang istri juga butuh dikasih, dimanja, disayang dan dipenuhi kebutuhan biologisnya. Suami tadi lupa bahwa ada hak istri untuk dipenuhi sebab kewajibannya. Hubungan ia dengan Tuhannya memang sangat bagus, ibadahnya top, shalatnya khusuk, namun sungguh sangat disayang, ia abaikan istrinya hingga sang istri tertekan sebab hasrat yang tak tersalurkan hingga membuatnya sengsara dan terluka.
Ada lagi contoh, seorang pria kaya raya, hartanya sungguh berlimpah, kedudukan dan jabatannya sungguh melejit bak roket. Hubungan ia dengan sesama manusia sangatlah indah. Ia suka membantu teman yang kesusahan, ia juga suka menolong kepada siapapun yang butuh pertolongan. Hartanya selalu dibagi-bagikan, ia tak sombong apalagi pelit. Ia memang banyak harta, sebab kerjanya yang sangat bagus, pekerja keras, tekun dan ulet.
Di pagi buta, Ia berangkat pagi untuk bekerja hingga terkadang sampai larut malam baru sampai di rumah sebab lembur di kantor tempat kerjanya. Ia memang sosok pekerja keras, tak pemalas, hingga waktunya sibuk digunakan untuk urusan kerja, kerja dan kantornya. Ibadahnya kepada Tuhan terkadang sering terabaikan, shalat lima waktu sering tak lengkap ia jalankan, membaca Alquran pun sering terlupakan.
Baginya hidup adalah bekerja, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya lalu digunakan untuk membantu sesama. Ia memang dermawan, disukai banyak teman sebab sikapnya yang selalu ringan tangan, namun sayang sungguh disayang, hubungan ia dengan Tuhannya tak semesra dan seerat dengan sesama, justru hubungan ia dengan Tuhannya sangat jarang dan rengang. Naudzubillah.
Sahabat yang kucinta. Kedua contoh di atas, adalah gambaran betapa seorang muslim dituntut untuk senantiasa menyeimbangkan antara urusan duniawi dan urusan ukhrowi. Keduanya harus sejalan dan beriringan, jangan sampai salah satunya terabaikan. Kita boleh beribadah dengan frekwensi super dahsyat kepada Tuhan, Sang Pencipta alam, namun jangan sampai melupakan kewajiban kita terhadap keluarga - anak dan istri. Pun sebaliknya, Kita boleh bekerja dengan gigih dan kerasnya untuk mengumpulkan harta demi membantu sesama, namun ingat jangan sampai melupakan kewajiban kita terhadap Tuhan, Sang Pencipta.
Jadilah pribadi muslim yang seutuhnya. Yang pandai bekerja, mengumpulkan harta demi berbagi antar sesama, namun pandai pula beribadah kepada sang pencipta dengan rajin dan giat beribadah. Kita memang harus bermunajat, bersujud dan bersimpuh di malam-malam hari kepada sang ilahi, namun jangan sampai melupakan istri dengan membiarkannya terluka dan senggara sebab tak pernah digauli.
Jadilah pribadi muslim yang “hablum minallah” nya bagus, dan “hablum minannas” nya juga bagus. Iya, seorang muslim yang hubungannya dengan Tuhan sangat dekat, namun hubungannya dengan sesama juga sangat erat. Ia memang rajin sholat malam, namun rajin pula berzakat, Ia memang gemar bershodaqoh, namun gemar pula menunaikan shalat. Ia memang rajin membaca Alquran, namun rajin pula menyambung tali silaturrahmi.
Urusan pada sesama ia tak ketinggalan. Ketika ada kerja bakti iapun ikut berpartisipasi, ketika ada bencana, ia ikut berempati dengan antusias saling berbagi, sikapnya yang santun pada sesama, tutur katanya yang sopan pada orang lain. Ia pandai menjaga perasaan dan ia pun baik pada sesama. Untuk urusan pada Tuhannya, ia pun demikian. Shalatnya khusuk, jauh dari sifat riya’, shodaqohnya rajin, jauh dari kata sombong, dan amalan ibadah lainnya pun juga keren. Subhanallah, semoga Tuhan senantiasa menuntun kita, menjadikan kita pribadi muslim yang baik, yang tidak hanya baik “hablum minallah” nya namun juga “hablum minannas” nya. Aamiin.
Dalam Alquran Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua-ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An Nisa :36)
#muhasabah diri
#catatan ramadhan hari ke-5
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih pak Husni, jadi pelajaran buat kita. Keseimbangan dalam menjalin hubungan vertikal dan horizontal ternyata harus seimbang. Salam kenal dari saya.
iya pak, terimakasih atas apresiasinya.