Husni Mubarrok

Alhamdulillah, sudah 12 buku solo diterbitkan. Ia mulai tertarik di dunia literasi di akhir tahun 2016. Ketika guru dan siswa saling bercermin (Quanta) adalah k...

Selengkapnya
Navigasi Web
Magic-nya THE POWER OF KEPEKSO

Magic-nya THE POWER OF KEPEKSO

“Magic”-nya THE POWER OF KEPEKSO

Husni Mubarrok, S.AP., S.Pd., M.AP

(Guru MTs YKUI Maskumambang Gresik)

“Bisa karena terbiasa, terbiasa karena dipaksa,” adalah ungkapan yang acap kali terlontar dalam rangka menggelorakan aktivitas agar naik level menjadi sebuah kebiasaan. Sesuatu yang tidak umum dilakukan, akan menjadi berat untuk diterapkan. Maka diperlukan tekanan yang besar agar bisa ditunaikan, yang terkadang memerlukan pemaksaan.

Memaksa seseorang untuk beraktivitas terkadang malah menimbulkan pertentangan, terlebih aktivitas itu bukan murni kehendak dari hati yang paling dalam. Imbasnya, akan muncul ketidakihlasan dari apa yang dilakukan.

Memaksa tak selamanya berkonotasi negatif. Memang betul adanya, dengan memaksa sedikit banyak akan mengurangi derajat keikhlasan. Namun, percayalah, ada ruang-ruang di mana, pemaksaan itu menjadi sangat diperlukan, bahkan menjadi sebuah keniscayaan.

“The Power of Kepekso” adalah slogan, yang menggambarkan sebuah perjuangan, bahwa keterpaksaan bisa melahirkan energi kekuatan yang super dahsyat. Keterpaksaan mampu mendorong seseorang akhirnya berani bertindak, melangkah dari yang awalnya hanya duduk manis berpangku tangan. Seseorang yang tidak berani melangkah, barangkali disebabkan oleh rendahnya dorongan yang tidak cukup kuat untuk memaksanya melangkah. Maka, berbahagialah, jika sebab keterpaksaan membuat kita berani melangkah, yang pada akhirnya tercapai cita-cita.

Sama halnya dengan aktivitas menulisku. Banyak warna-warni yang membuat diriku terpaksa menulis, tidak hanya menulis tetapi istikamah rutin menulis. Adalah CEO MediaGuru yang telah memaksa puluhan bahkan ratusan gurusiana untuk menulis konsisten setiap harinya. Iya, “The Power Of Kepekso” telah menjelma menjadi energi dahsyat nan positif yang mampu menggerakkan jari jemari tangan menari-nari, mengukir jejak sejarah. Lewat tutur pena, konsisten menulis selama 90 hari. Ratusan guru penulis menginspirasi, berbagi kebaikan, ide, cerita dan semangat tentang apa yang mereka miliki, mereka pikir dan mereka rasa. Semua tersaji, menyatu, membahana di padang yang luas milik Gurusiana.

Derai air mata tumpah, tatkala Gurusiana tak mampu menjaga konsistensi menulis. Dipastikan mereka akan kembali di langkah awal. Gugur, memulai lagi perjuangan meski gerbong tujuan tinggal selangkah. Duh, kasihan! Banyak yang tumbang, tak sanggup menapaki terjalnya jalan. Hanya mereka yang konsisten meski dibalut dengan bumbu keterpaksaan yang akhirnya memenangkan pertandingan.

Teringat dulu, aku hampir saja gagal. Terjun bebas kembali dari awal. Saat itu jam menunjukkan pukul 23.15. Namun tulisanku belum lahir sedikitpun. Sejak pagi memang aktivitasku padat, tak cukup punya waktu untuk menulis. Seabrek tugas sekolah menumpuk, belum lagi sejak pukul 19.00 listrik padam di lingkunganku. Tentu saja, tak ada sinyal jika harus mengirim tulisan. Duh, kepala pening, pusing tujuh keliling!

Sepertinya hari ini tidak akan bisa setor tulisan. Sementara waktu terus berjalan. Sebentar lagi di ujung tanduk. Menuju pukul 00.00, sebagai batas akhir setor tulisan di setiap harinya.

Di saat itulah, hasratku terpompa. Motivasi untuk segara menulis semakin membuncah. Sungguh! Tanpa pikir panjang, kubuka laptop, kupaksa menulis tentang cerita siswaku. Kebetulan, tadi siang ia baru saja menorehkan prestasi, sebuah prestasi di event olimpiade yang syarat ngengsi.

Langsung saja kutulis tentang sosok anak berprestasi ini. Tentang lomba yang baru saja diikuti dan semuanya yang bisa kutulis.

Tak terasa tulisan sudah banyak. Memang, tulisan model reportase adalah kesukaanku. Tak sulit merangkai kata. Mudah saja mengalir. Terlebih di saat yang genting, kepepet seperti ini. Setelah cukup banyak, langsung saja kukirim. Alhamdulillah bersamaan pula dengan listrik yang menyala beberapa menit sebelumnya. Lega rasanya. Plong!. Hari ini aku tak jadi gagal melanjutkan tantangan. Semuanya sukses di moment yang hampir sekian menit berakhir.

Nah, saat ini, game Tantangan Menulis 90 hari di Gurusiana telah berhasil kuselesaikan. Perjuangannya panjang, yang lelah menegangkan. Ada suka dan duka, tanggis dan tawa, lelah dan lillah. Semuanya tersaji, menyatu menjadi bumbu tersendiri selama turnamen. Banyak pesan moral yang bisa diambil pelajaran dari gemerlapnya game tantangan ini.

Pertama, Keterpaksaan terkadang diperlukan agar terlahir tindakan

Banyak mereka yang akhirnya menulis, sebab dipaksa menulis. Mereka berani menulis, sebab difasilitasi, diberikan ruang dan tempat. Penyelenggaraan event tantangan menulis ini adalah ide brilian, menggelorakan literasi meski dengan paksaan. Namun hasilnya woow luar biasa. Sungguh, memaksa guru yang awalnya tidak bisa menulis akhirnya bisa menulis. Memaksa guru yang awalnya, takut menulis, akhirnya berani menulis. Yang awalnya belum terbiasa, pada akhirnya menjadi hal yang biasa. Iya menulis setiap hari tentang apa yang mereka rasa, mereka pikir dan mereka punya.

Kedua, Konsistensi diperlukan agar finis sampai tujuan

Dalam mencapai tujuan, tentu saja prosesnya panjang. Ada banyak tahapan. Tangga-tangga yang harus dilewati. Semuanya saling terkait, harus dituntaskan satu-persatu. Oleh karenanya diperlukan konsistensi, sekali waktu lenggah, maka bersiap-siaplah merana. Istikamah diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Sama halnya dengan tantangan menulis ini. Jika ingin piagam perak, maka lewati dulu terjalnya piagam biru. Jika ingin merengkuh manisnya piagam emas, maka sukseskan dulu rintangan piagam perak. Sekali terjatuh, penyesalan pastinya datang terengkuh.

Ketiga, Bisa seringkali lahir dari sebuah kebiasaan

Membiasakan hal yang tidak biasa adalah sebuah tantangan. Tak mudah melakukannya. Sungguh, diperlukan perjuangan keras yang terkadang terbalut derita. Namun percayalah, berangkat dari kebiasaan akhirnya menjadi mudah. Tanpa kebiasaan, kita tidak akan bisa. Maka lakukanlah, teruslah bergerak. Ayo menulis meski tertatih-tatih, rutinkan menulis saban hari, meski sedikit yang terpenting punya arti. Biarlah sedikit, yang terpenting saban hari. Karena dari yang sedikit, lama-kelamaan bisa menjadi bukit. Percayalah!

Keempat, Teruslah belajar dan bersunggung-sungguhlah

Sukses merengkuh piagam emas tidaklah mudah. Di situ ada banyak tantangan. Terkadang gairah menulis menurun, ada rasa bosan atau tumpulnya ide. Jika tak punya gairah, maka tentu tantangan ini bisa berhenti di tengah jalan. Jika tak punya kesungguhan, maka berat rasanya melanjutkan perjalanan. Oleh karenanya, jangan pernah berhenti belajar. Jangan pernah berasa bosan. Tetap bersungguh-sunggulah atas apa yang kita cita-citakan. Yakin, insyaallah tantangan ini bisa diselesaikan. Anda tidak percaya, silahkan dibuktikan karena aku telah membuktikan!

Selamat, Anda layak jadi bintang!

Husni Mubarrok, penulis asal Gresik yang juga seorang guru ini, telah berkarya lebih dari 29 buku, (solo & antologi). Semangatnya untuk saling berbagi, berkarya dan saling menginspirasi telah mengantarkannya menjadi guru penulis syarat prestasi. Baginya menulis adalah jalan jihan, jalan menapaki amal jariyah, dan jalan meraih sukses dunia akhirat. Penulis bisa dihubungi di 085816538665, Fb Husni Mubarok atau email [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post