Husni Mubarrok

Alhamdulillah, sudah 12 buku solo diterbitkan. Ia mulai tertarik di dunia literasi di akhir tahun 2016. Ketika guru dan siswa saling bercermin (Quanta) adalah k...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENCOBA MENGGAIRAHKAN DIRI, DITENGAH WABAH PANDEMI  Tantangan hari ke-89 (H-1 Menuju Emas)

MENCOBA MENGGAIRAHKAN DIRI, DITENGAH WABAH PANDEMI Tantangan hari ke-89 (H-1 Menuju Emas)

MENCOBA MENGGAIRAHKAN DIRI, DITENGAH WABAH PANDEMI

Tantangan hari ke-89 (H-1 Menuju Emas)

Husni Mubarrok

Sejak wabah pandemi Corona menggemparkan dunia, praktis mobilitas penduduk tak selancar yang dulu, kini lebih banyak berdiam diri di rumah, melakukan aktivitas dari rumah. Belajar di rumah, beribadah di rumah dan bekerja dari rumah. Termasuk pula apa yang terjadi dalam diri saya sebagai seorang guru. KBM secara fisik tidak diperkenankan, kehadiran guru di sekolahan hanya sebatas urusan guru piket belaka, itupun dijadwal dan tidak setiap hari. Praktis kalau boleh jujur, banyak waktu yang sebenarnya bisa kita gunakan untuk menulis ataupun membaca daripada saat normal sebelum wabah Covid-19 menerjang.

Kalau dalam keadaan normal saja, sebelum ada wabah mampu menulis setiap hari, maka semestinya di saat libur corona ini, dalam sehari mampu menulis berkali-kali. Jika dalam keadaan normal saja, mampu membaca setiap hari, maka selayaknya dalam kondisi liburan di rumah, seharusnya mampu membaca berkali-kali dalam sehari. Iya, itulah normalnya, itulah seharusnya, namun itu tidak terjadi dalam diri saya.

Longgarnya waktu di saat liburan Corona, tak mampu mendahsyatkan jiwa ini untuk terus dan lebih dahsyat dalam berkarya. Sepertinya biasa-biasa saja. Padahal, banyak rekan yang begitu digdaya. Lihatlah Bu Kanjeng, rekan di komunitas penulis yang sungguh super, hampir setiap hari luncurkan menu tulisan. Tulisannya keren, mengalir bak air jernih. Ada lagi Pak Emcho, sosok pembawa Virus literasi yang tak pernah lelah berhenti, lahirkan menu inspirasi setiap hari, tulisannya dahsyat, bernutrisi, mengguncangkan hati.

Aku sendiri tak mampu mengimbangi. Iya, tentu saja, aku yang berbeda kelas, yang masih ingusan belajar menulis. Yang masih butuh ratusan inspirasi, baru mampu meramu, lahirkan menu tulisan. Yang masih butuh, waktu berjam-jam tuk lahirkan postingan. Butuh energi yang super, tamparan yang keras tuk melangkah.

Tak mudah menumbuhkan mood menulis, kendatipun diserang bertubi-tubi dari segala sisi penjuru, tetap saja tak mampu mendahsyatkan diri. Memandirikan diri. Saat mau melangkah, mengoreskan pena, selalu saja ada kendala. Pikiran yang buntuh, kerap muncul, ide yang berhenti kerap tersaji apalagi demam bosan terkadang menyelimuti. Susah, sungguh mencekam. Saat dipaksa, sungguh tak nyaman. Tulisan yang tersaji kerap kali tak beraturan, kering tak bernutrisi. Ya, sudah dijalani saja, lanjutkan menulis semampunya saja.

Di Minggu ini, saya sedang mengawal, menjadi penyunting tulisan rekan guru di madrasah, tempat saya bekerja. Saja ditunjuk, sebab sudah punya karya, dipandang sudah cukup mumpuni dibanding yang lainnya, namun sejatinya dari hati yang paling dalam, kemampuanku tak lebih dari biasa saja. Hanya menang pengalaman dan sudah berkarya, selebihnya dari sisi keilmuan biasa-biasa saja. Tulisan rekan guru yang saya sunting sangat beragam, dari berbagai sudut pandang. Mereka bercerita tentang rona pendidikan, tentang karakter, strategi pembelajaran, ketangguhan guru di abad 21 hingga cerita tentang pengalaman mengajar.

Mereka berada di lingkungan pesantren, maka tentu saja, tulisan yang tersaji kental dengan nuansa religi. Ada hampir 40 artikel, insyaallah judul bukunya bercover “Gagasan Inspiratif Guru Pesantren (Menyoal Rona pendidikan Penuh Keteladanan).” Saat ini, baru proses editing, membaca satu persatu mengharuskan saya memiliki ketangguhan, ketelitihan dan kecermatan. Ini pertama kalinya, mereka menulis naskah buku. Tentu saja banyak tambal sulam. Meski demikian, beberapa naskah yang masuk sudah cukup woow. Tulisannya keren, mengalir seperti air.

Oleh bapak kepala Madrasah, saya dikasih deadline agar buku perdana karya guru ini bisa launching di bulan Juni. Iya, semoga saja dapat terwujud. Ada banyak waktu sih sebenarnya dan mestinya, sangat mudah untuk merealisasikannya. Liburan Corona, mestinya menjadi ladang, kesempatan yang cukup luas menyelesaikan proyek perdana dari buku antologi karya guru ini. Iya, semoga.

Awalnya, di saat pelatihan, saya meyakinkan mereka bahwa sesungguhnya mereka bisa. “Iya, bapak ibu semuanya pasti bisa kok! Menulis. Masak kalah dengan muridnya!” ucapku menyemangati mereka, sembari menunjukkan buku perdana karya murid-muridnya.

Iya, sebelumnya beberapa bulan yang lalu. Saya juga mengawal karya murid-murid Melalui kegiatan extra FLP (Forum Literasi Pelajar). Alhamdulillah, berkat ketekunan dan keuletan dari selurus siswa yang tergabung, akhirnya karya perdana buku antologi bisa tersaji. Bukunya bertutur tentang ketangguhan, tentang perjuangan dan cita-cita. Sebanyak 32 naskah tersaji, buku dengan judul “My School, My Adventure (Oase Kehidupan Siswa di Bangku Sekolah: tentang Ketangguhan, Perjuangan dan Cita-Cita)” ini sudah dilaunching di depan wali santri bersamaan dengan acara parenting dan penerimaan rapot semester gasal kemarin.

Berikut, saya sajikan kata pengantarku dari buku “My School, My Adventure” yang saya sunting agar kiranya menjadi pelecut bagi saya untuk segera merampungkan, menyunting naskah buku perdana dari karya teman-teman guru. Yuk, baca dan nikmati semoga terinspirasi!

MENJADI PELAJAR HEBAT, BERMARTABAT

Anakku yang kucinta. Sesungguhnya kalian adalah aset berharga. Mutiara indah bagi bangsa dan negara. Pengisi masa depan tanah air tercinta. Kalian adalah tunas-tunas bangsa, yang akan jadi pengukir masa depan negeri tercinta. Bangsa ini hebat, besar dan sungguh mempesona. Kehebatannya, sungguh tak terlepas dari peran serta generasi mudanya. Hari ini, kalian ukir cerita untuk sejarah masa depan bangsa nan ceria. Maka ukirlah cerita-cerita itu tentang keberhasilan, tentang prestasi. Pahatlah kisah-kisah menarik yang penuh inspirasi, cerita tentang motivasi, perjuangan dan ketangguhan dalam merengkuh prestasi.

Sungguh, Seorang pelajar itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam pandangan Islam, seperti yang tercantum di dalam Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 9. Allah SWT berfirman, "Katakanlah, "Adakah orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."

Dalam hadis Rasul SAW pernah bersabda, "Siapa yang keluar menuntut ilmu, maka ia di jalan Allah (fi sabilillah) sampai ia kembali (pulang)." (HR. Tirmidzi)

Pelajar itu harus hebat agar negeri semakin kuat. Pelajar itu harus tegar agar negeri semakin cetar. Wahai pelajar, jangan sering berpangku tangan. Wahai pelajar, jangan sering bermalas-malasan. Bertengkar dengan kawan sesama apalah guna, bertikai dengan teman sekelas apalah arti. Apalagi harus tawuran, bergaul bebas, terjerat narkoba dan berbagai tindakan kriminal, dan asusila. Masyaallah, Naudzubillah. Kalian itu hebat, istimewa, punya potensi untuk mengukir prestasi, maka tak selayaknya kalian nodai diri kalian dengan atribut yang tak berarti.

Disiplinlah dalam belajar, tekunlah dalam menuntut ilmu, sabar dan antusiaslah. Saat ini mungkin ada diantara kalian yang lelah sebab tugas-tugas dari bapak ibu gurumu yang makin tak terkira. Saat ini mungkin kalian tak ceria sebab merasa jadi pelajar yang tak berdaya, kerap gagal dan hampir berputus asa. Sering ikut lomba, namun kegagalan kerap mendera. Sering jadi delegasi, namun tropy tak selalu menyertai.

Anakku yang kucinta. Masa depanmu adalah cerminmu saat ini. Jika saat ini, kalian ukir dengan guratan prestasi, motivasi yang tinggi, tekun dalam belajar, ulet dalam menabur benih-benih kebaikan, maka percayalah masa depan kalian akan dipenuhi dengan kecemerlangan, diwarnai kesuksesan serta beragam cerita indah tentang keberhasilan.

Anakku yang kucinta. Jadikanlah lelahmu jadi lillah agar keberkahan hidup makin terasa. Belajar itu yang utama, sebab itulah sejatinya pelajar. Belajarlah tentang segala hal, yang tidak hanya tentang pelajaran di buku-buku kalian di sekolah. Namun banyak hal yang bisa kita ambil sebagai bagian dari proses belajar. Iya, belajar dari pengalaman hidup yang sudah kita lalui agar diri makin kuat, berkembang dengan baik dan tak terjerumus pada kegagalan yang kedua kalinya. Cukuplah pengalaman sebagai ibrah istimewa yang penuh dengan untaian hikmah untuk ketangguhan diri kita dalam menapaki perjalanan hidup selanjutnya.

Jangan pesimis wahai anak-anakku, jikalau kalian dari keluarga yang pas-pasan atau bahkan dari keluarga yang miskin papa. Jangan merasa kerdil wahai anak-anakku, jikalau diri tak pernah juara lantas menganggap dirinya bodoh, tak berguna. Ingatlah, firman Tuhan berikut ini, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)

Anakku yang kucinta. Sadarlah, kesuksesan seseorang bukanlah sebab terlahir karena orangtuanya yang kaya, bukan pula sebab terlahir karena otaknya yang pintar atau bukan pula terlahir sebab wajahnya yang rupawan. Sadarlah, kesuksesan hidup itu dimulai dari kegigihan, langkah yang bertahap, perjuangan keras yang tak kenal lelah yang terkadang dipenuhi dengan beragam kegagalan, penderitaan dan berbagai macam rintangan.

Maka mulai saat ini, berhentilah mengeluh, mengadu dan berkeluh kesah. Kalian harus mulai percaya bahwa sesungguhnya kesuksesan itu milik kalian. Keberhasilan itu, milik kalian. Kalianlah yang seharusnya menikmati sebab kalian ada di samudera sekolah. Kalianlah yang dekat dengan ilmu, bergaul dengan guru dan senantiasa bergelut dengan buku-buku.

Ilmu adalah bekal hidup, selain iman dan takwa tentunya. Ilmu bagaikan pohon, sementara amal adalah buahnya. "Al-'Ilmu bila amalin kasysyajari bila tsamarin". Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah. Maka berilmu dan beramal adalah dua sisi yang saling melengkapi. Dengan ilmu, kalian akan tangguh, dan dengan amal kalian akan bernilai dan hidup penuh manfaat. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabsa, "Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya."

Pelajar yang hebat adalah pelajar yang berilmu, bermanfaat dan berakhlak mulia. Ia tekun dalam belajar, menginspirasi, dan kerap membantu kawan lainnya. Perilaku dan ucapannya juga hebat, santun dan menyejukkan. Mengormati guru adalah kuncinya, baginya guru harus dimulyakan dan tidak boleh diremehkan.

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

Ingatlah, Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar. Sedangkan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad. (Zakaria al-Anbari)

Adab merupakan budi pekerti yang halus atau akhlak yang baik, penting bagi seorang pelajar untuk belajar mengenai adab terlebih dahulu sebelum mereka mulai menuntut ilmu untuk belajar ilmu pengetahuan. Hal ini harus dilakukan agar kelak nanti aktivitas yang akan dilakukan (belajar) dapat bernilai positif bagi masa yang akan datang

Maka sungguh, jika ada pelajar yang tekun, berkarya dan berakhlak mulia, maka itulah sejatinya pelajar. Iya, pelajar yang selalu akan dinanti-nantikan kehadirannya, utamanya bagi bangsa dan negara.

Wassalam.

Tantangan hari ke-89

#Tantangan MediaGuru

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ya..pak semoga kita mampu mengairahkan diri..makasih pak terinspirasi dari tulisannya..

12 Apr
Balas

ya bu. alhamdulilah. sama-sama

12 Apr



search

New Post