Tong Kosong Nyaring Bunyinya Tantangan hari ke-12
Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Tantangan hari ke-12
Husni Mubarrok
Pernahkan kalian mendapati seorang teman yang suka bicara, meski awalnya ia tidak terlibat dan tidak diundang untuk ikut ngobrong dan bicara pada forum yang sedang kita bahas. Namun tetap saja ia selalu ikut campur dan selalu berkomentar padahal tak sekalipun kita mengajaknya bicara. Sebagai temannya mungkin kita masih toleran dan masih berjiwa besar, membiarkan teman kita untuk ikut terlibat dalam pembicaraan yang sedang kita bahas, maklum lah kita harus toleran dan menjaga hubungan baik dengan teman-teman kita.
Satu dua kesempatan mungkin tidak masalah, namun kalau terus-menerus ia selalu berkomentar dan sering ikut campur persoalan kita, maka tentu kita akan risih padanya. Sekarang coba kita bertanya pada diri kita masing-masing!. Jujur, Apakah benar kita lebih suka pada teman yang banyak omong?, apakah benar kita lebih suka pada teman yang sok pintar, sok tahu atau sok pemberi solusi pada setiap persoalan yang sedang kita hadapi. Saya masih berkeyakinan, meski pendapat ini tak selamanya diamini oleh orang lain. Bahwa sesungguhnya kita lebih suka pada teman yang tak terlalu ikut campur pada persoalan kita, kita lebih suka pada teman yang dalam berbicara sesuai dengan takaran yang sedang dibutuhkan. Dalam berbicara tak perlulah berlebih-lebihan apalagi di dalamnya terkandung muatan kesombongan, cukup bicara seadanya dan seperlunya. Bicaralah saat pendapat kita dibutuhkan, karena itu lebih elegan, sampaikan sumbang saranmu saat engkau dipersilahkan karena itu lebih sopan.
Ingatlah tak selamanya, banyak bicara itu menandakan keluasan ilmu dan tak selamanya diam dan sedikit bicara itu bertanda kedangkalan ilmu. Kepandaian dan kedalaman ilmu tak identik dengan banyaknya omong dan banyaknya berargumentasi dalam setiap perdebatan atau pun forum-forum musyawarah lainnya.
Seseorang yang banyak omong, biasanya identik dengan sifat keegoan dan bahkan mungkin dicampuri kesombongan. Mereka beranggapan bahwa dengan banyak bicara dan selalu memenangkan perdebatan, maka mereka layak disebut sebagai pribadi pandai dan pribadi cerdas. Dan parahnya lagi terkadang dalam perdebatan itu, muncul omongan-omongan yang kurang pantas, kurang beretika, saling menghasut dan saling menyakitkan antar satu dengan lainnya.
Sahabat ABM yang tercinta, bukankah dalam ajaran Islam sudah diatur, bagaimana seharusnya kita berbicara, bagaimana seharusnya kita berargumentasi. Masih ingatkah dengan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata baik atau hendaklah ia diam” (HR Bukhari Muslim).
Oleh karenanya seseorang yang banyak omong, bukan berarti ia banyak ilmu. Justru dengan semakin banyaknya ilmu yang telah dimilikinya, maka ia semakin tahu bahwa ada larangan-larangan dan etika-etika yang harus diperhatikan saat berucap, ada aturan-aturan yang akan menuntun ia saat berbicara. Sehingga apa yang disampaikan selalu pada porsinya, tepat sasaran, menenangkan, mendamaikan, menyejukkan dan pastinya ia adalah seseorang yang dalam ilmunya. Bukan seseorang yang tong kosong nyaring bunyinya. Waspadalah wahai sahabat!
Tantangan hari ke-12
Tantangan MediaGuru
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lebih baik banyak diam ya pak...sebab diam itu emas dan emas itu mahal..itu kata orang yang bijak
betul sekali. barakallah bu