Husni Mubarrok

Alhamdulillah, sudah 12 buku solo diterbitkan. Ia mulai tertarik di dunia literasi di akhir tahun 2016. Ketika guru dan siswa saling bercermin (Quanta) adalah k...

Selengkapnya
Navigasi Web
TUHAN, MAAFKANLAH 'Aku Tertipu oleh Hartaku'  Tantangan hari ke-78

TUHAN, MAAFKANLAH 'Aku Tertipu oleh Hartaku' Tantangan hari ke-78

TUHAN, MAAFKANLAH "Aku Tertipu oleh Hartaku"

Tantangan hari ke-78

Husni Mubarrok

Tak terasa umurku sudah semakin bertambah, pekerjaanku sudah semakin baik. Aku yang dulu hanya sebagai karyawan rendahan dengan gaji tak seberapa, kini sudah duduk di posisi strategis dengan gaji yang lebih mentereng. Dulu, aku hanya tinggal dirumah sempit, tanpa ubin dan hanya berdinding kayu, saat hujan tiba seringkali rumah yang kutempati bocor. Di malam hari, tak pernah bisa tidur dengan nyenyak karena nyamuk masih berlalu lalang di rumahku. Aku sadar, memang rumahku jauh dari kata layak, udara yang pengap karena ventilasi yang masih kurang ditambah perabotan rumah yang masih berantakan karena sempitnya rumah yang kutempati.

Iya, itu dulu, saat aku masih menjadi karyawan rendahan dengan gaji pas-pasan. Kini hidupku sudah berubah. Aku sekarang sudah kaya, penghasilanku sudah berlipat-lipat. Lihatlah rumahku, sangat indah dan luas, bak istana milik kerajaan. Dulu, aku tidak punya kendaraan, bahkan hanya sepeda ongkel saja aku tak sanggup membelinya. Namun kini lihatlah, mobilku saja sudah dua, belum sepeda motor apalagi hanya untuk membeli sepeda ongkel. Wah!, itu sangatlah mudah bagiku.

Kehidupanku, kini memang sudah berubah. Yang tadinya miskin papa kini sudah kaya raya. Yang tadinya hanya karyawan rendahan, kini sudah menjadi karyawan elit dengan posisi mejelit bak raja. Iya, itulah kehidupanku sekarang, kehidupan Si Entong, sang pemilik cerita diatas.

Kini, Si Entong tinggal di rumah mewah dengan segala fasilitas yang serba wah!. Namun sayang, sungguh disayang. Perubahan ekonomi yang dialami Si Entong ternyata membawa efek perubahan pada sisi perilaku dan watak kepribadiannya yang kurang baik. Bukannya, malah bersyukur dan rajin beribadah, malah sebaliknya ia terlihat angkuh dan jarang beribadah.

Dulu, saat hidupnya susah, ia rajin beribadah. Sholat 5 waktunya sangat rajin, bahkan sering berjama'ah. Aktivitas membaca Al-Qur'an selalu dilakukan seusai sholat Maghrib. Terkadang sholat Tahajud pun ia lakukan meski tidak setiap hari. Telihat jelas ibadahnya cukup baik. Tak hanya itu, watak dan sikapnya juga santun, sangat sederhana dan mudah bergaul dengan sesama. Namun kini, setelah kehidupan ekonominya meningkat, bak roket, sifat dan kepribadiannya juga ikut-ikutan berubah, apalagi ibadahnya.

Yang dulunya rajin beribadah, sekarang malas beribadah. Aktivitas sholat wajib 5 waktu seringkali terlambat. Sholat Subuh tidak lagi tepat waktu, karena masih terlelap tidur akibat badan capek pulang kerja larut malam karena ada lemburan. Saat waktu sholat Dhuhur tiba, ia masih sibuk bekerja karena sedang konsentrasi meeting dengan klien kerja tercintanya. Saat panggilan adzan Asyar berkumandang, ia masih sibuk terjun di lapangan karena harus mengontrol dan mengawasi puluhan karyawan yang dipimpinnya. Pun saat datang waktu Isya' yang kerap terlewatkan akibat mengerjakan setumpuk target laporan kantor yang harus diselesaikannya di rumah. Mungkin hanya waktu Magrib saja, yang sesekali masih istikamah dikerjakan.

Kecintaan ia terhadap pekerjaan dan segala kemewahan yang telah diraihnya telah memperdaya dirinya. Ia tidak lagi santun dalam berucap, namun seringkali ucapannya yang angkuh serta menyakitkan meluncur deras dari mulutnya. Bagaimana tidak? saat ada pengemis datang ke rumahnya dengan maksud meminta, Ia katakan padanya,"Hai, kamu pengemis. Bisanya suka meminta-minta saja, sana pergi. Enak saja, mau meminta hartaku yang telah susah payah aku dapatkan." Diusirlah pengemis itu dengan suara keras dan teriakan kasar yang menyakitkan.

Sekarang Si Entong, jarang bergaul dengan lingkungan sekitar. Padahal, dulu ketika masih miskin. Dia lah yang paling aktif dalam kegiatan di tempat tinggalnya. Kesibukan dan kecintaannya pada pekerjaan itulah yang membuatnya lupa pada sanak saudaranya. Terlebih pada tetangga kanan kirinya. Kini, kehidupannya terlihat sangat individualis, jarang bergaul apalagi bermasyarakat. Hari-hari dilaluinya dengan sibuk mencari harta dan menumpuk-numpuknya. Ia lupa bahwa harta yang telah dikumpulkannya itu, telah melalaikannya dan telah membutakannya tentang kehidupan akhirat.

Ketahuilah, memang dengan harta kita bisa berinfak, dengan harta kita bisa berhaji dan menunaikan umroh, dengan harta pula kita bisa bersodaqoh dan karena harta pula kita bisa membantu sesama dalam arti materi.

Allah Swt telah berfirman "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. At Taubah: 41).

Namun ingat, dengan harta seseorang bisa dibutakan dan dengan harta pula seseorang bisa disesatkan. Masih ingatkah dengan kisah Qorun? Sang pemilik harta dengan kekayaan berlimpah, namun karena miskin iman ia tertipu dan disesatkan oleh hartanya sendiri. Naudzubillah.

Allah Swt., telah berfirman,"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. Al Anfaal: 28). Dalam ayat yang lainnya, Allah berfirman,"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. Al Munaafiqun: 9).

Kaya harta memang dianjurkan, karena miskin harta bisa menyusahkan. Namun ada hal yang utama dan istimewa dalam hidup ini, yakni kaya imam. Miskin harta masih bisa di toleransi, namun miskin iman, itu bertanda bahaya dan jangan sampai terjadi. Karena itu bisa menghancurkan, tidak hanya kehidupan dunia, namun juga kehidupan abadi yang kekal di akhirat nanti.

Tantangan hari ke-78

#Tantangan MediaGuru

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post