husnul hafifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Dipaksa untuk Terbiasa

Sedikit sakit di organ perut ini, membuat rasa tidak enak pada organ lainnya. Kompak, semua ikut merasakan. Bermula kemarin siang menjelang sore rasa perut bagian kanan atas terasa melilit dan panas. Rasa ini sebenarnya sudah tak asing lagi. Maag. Dulu kerap membersamai. Saya sudah lupa kapan ini terakhir kali menjangkiti. Dari lamanya hingga lupa mengingat nama obat yang biasa dikonsumsi kala sakit itu dirasa mengganggu sekali.

Inilah bukti yang harus disyukuri dalam hidup ini masih lebih banyak nikmat sehat yang Dia beri. Sebagai rasa syukur, saya tidak terburu untuk datang ke dokter ataupun sekedar membeli obat sakit maag ke apotek. Biarkan dulu saya merasa-rasakan sakit ini, mensyukuri nikmat sakit, semoga keikhlasannya bisa menggugurkan dosa yang ada.

Sakit sedikit ini memang membuat enggan beraktivitas. Badan seperti lemas ingin rebahan saja. Sambil rebahan saya membaca wa dari berbagai chat yang ada. Bosan membaca menonton youtube. Dari youtube kembali ke wa.

Ada rasa bangga saat membuka wag Ikatan Guru Madrsah Penggerak Literasi (IGMPL). Memang sih ikatan ini belum resmi belum ada badan hukum yang memayungi. Usianya baru 2 dua bulan. Anggota grup terkini baru 21 orang. Rupanya ada beberapa peserta yang leave, tidak sabar bertahan.

Sesuai visi dan misinya , salah satu persyaratan anggota adalah memosting tulisan minimal 1 minggu sekali sesuai jadwal. Prokontra dengan kebijakan penjadwalan pasti ada di antara para anggota. Inilah pembelajaran menulis awalnya dimulai dengan pemaksaan. Peserta dipaksa untuk menulis, setelah dipaksa, lalu terpaksa menulis memenuhi komitmennya. Sering melakukan walau terpaksa, lalu menjadi bisa, lama -ama akhirnya terbiasa.

Memang sih yang tidak terbiasa menulis _bukan karena tak bisa menulis, jadwal ini bisa jadi momok tersendiri, bahkan mungkin juga stres dengan target posting tulisan. Menulis itu sebenarnya hanya butuh pembiasaan. Seperti yang sering dikatakan banyak motivator penulis. Menulis itu awali dengan menulis apa saja, apa yang Anda bisa dan dikuasai. Tak perlu ilmiah, yang alamiah saja. Kesampingkan rasa takut ataupun malu. Tulis saja apa yang ada di kepala. Menulis ya menulis saja, alirkan apa yang ada di kepala.

Sesuai nama grup penggerak literasi, maka konsekwensinya, peserta harus bisa menggerakkan diri sendiri sebelum menggerakkan orang lain. Menggerakkan diri terbiasa menulis dan membaca. Syukur jika bisa menghasilkan karya buku.

Seperti pagi ini, hampir pukul enam pagi grup masih sepi, tak seperti hari hari biasanya. Pagi ini saya awali dengan posting tulisan ( belajar opini) berjudul Protokol kesehatan dan Protokol keabadian. Posting tulisan untuk meramaikan grup saja, jadwal menulis saya hari Rabu. Disusul berikutnya postingan puisi dari Bu Diana yang tanpa judul, mengundang banyak komentar hingga akhirnya menemukan judul yang pas sumbangan peserta lainnya.

Bersaing dengan Bu Diana, Bu Ekalia melalui blognya juga memosting puisi berjudul Cinta Tak Beradab membaca judulnya membuat saya merinding. Lukisan cinta takpatut anak manusia yang belum cukup umur, mengedepankan nafsu menanggalkan etika dan norma agama. Miris sekali ! Semoga saja generasi muda penerus bangsa diselamatkan dari kehancuran moral dan akhlag.

Unicorn Milik Kitakah? Judul tulisan dari blog Harian Ajeng menarik juga untuk dibaca. Kata unicorn sontak mengingatkan saya pada jaman debat capres yang cukup menegangkan dan pelik kala itu. Tulisan di Harian Ajeng inipun tak kalah peliknya. Entahlah mungkin karena saya bukan orang politik dan juga bukan pebisnis, mencerna kalimatnya sulit sekali. Tapi endingnya saya juga bisa tertawa mengingat penulisnya juga mengajak pembaca tertawa. Setelah itu saya tidak ingat apa -apa. Tulisan Pak Aji Prasetyo ini rupanya berhasil melelapkan saya.

Saat saya buka kembali wa ternyata sudah pukul 13.00, sudah 2 jam saya berselancar di alam mimpi. Sudah banyak postingan kawan kawan yang saya lewati. Saya janji akan membaca nya nanti. Saat ini saya harus bangkit dari kasur walau rasa melilit masih tetap berkelit. Jika tidak dipaksa bergerak dan bangkit akan lanjut tidur, badan kian subur, nauzubillah jika kelak dapat siksa kubur gara-gara abai salat duhur.

Salam litersi

Bondowoso, 04092020

Penulis : Husnul Hafifah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu. Semangat berliterasi, sukses selalu.

05 Sep
Balas

Mantap bunda, salam literasi

08 Sep
Balas

Sukses selalu Ibu

05 Sep
Balas



search

New Post