husnul hafifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Senyum Yang Hilang

Senyum Yang Hilang

Nice. Aku baik- baik saja! Itu jawabanku, pada tanyamu.

" Apa kabar?" lagi apa?" Sehatkah?".

Maaf aku baru bisa menjawab. Ada hal yang sebabkanku slow respon, atau serasa enggan tuk sekedar berbasa- basi menyapamu lewat wag. Mau tahu kenapa? Di samping rutinitas kerja WFH dan WFO . Salah satu sebab adalah sakitnya nenek yang sudah hampir 2 bulan, bagaimanapun turut menggundahkan dan menyibukkan pikiranku.

Oh iya, libur kemarin aku sengaja, menjenguk nenek siang hari, ingin merasakan kebersamaan dengan nenek yang lagi sakit. Lantaran kepeleset di pintu dan duduk terjengkang , tulang gelang panggul ( pelvic girdle) sebelah kanan nenek harus dioperasi.

Perawatan pascaoperasi kata dokter yang menangani butuh waktu 3 bulan.

Benar- benar ujian terberat bagi nenek yang sudah renta mendapat sakit seperti ini. Berbaring, miring kanan, miring kiri, kata nenek sakit sekali.

Pascaoperasi belum genap sebulan, nenek menjalani perawatan di rumah. Sakit perut yang teramat dahsyat dan tak kuasa menahan kesakitan, Nenek dirujuk kembali ke rumah sakit. Diagnosa dokter inveksi saluran kencing . Nenek pun opname lagi 5 hari.

Kasihan sekali! Meleset dari prasangkaan manusia. Baik nenek atau siapa pun menduga jika melalui tindakan operasi ( patah tulang, retak ) segera teratasi. Nyatanya prediksi itu salah besar. Nenek tetap saja dengan rintihan, dan erangan seperti awal. Sakitnya bertambah tambah. faktor usia bisa jadi banyak mempengaruhi, yah, nenek sudah 88 tahun usiannya, organ- organ tubuhnya sudah banyak yang aus.

"Ayo sini semua foto, buat kenang- kenangan, tahun depan belum karuan bisa ketemu lagi seperti ini!", perintah nenek pada semua yang hadir, usai salat Id Fitrih 1442 H di teras depan rumahnya .

Salat Id kala pandemi, saat salat Id harus di rumah- rumah sendiri. Aku bersama suami serta kedua anakku lebih memilih salat di rumah nenek, bersama kerabat dekat yang kala itu sekitar 30 orang. Nenek terlihat sumringah dengan senyum mengembang dalam jepretan kamera android. Kami bergantian dan mengantre untuk mengabadikan foto bersama nenek.

Dari generasi 1 ( ibuku) bersama saudara- saudaranya yang hadir. Terus masing- masing keluarga generasi 1 ( anak, cucu dan menantu). Para cucu dan menantu putra, para cucu dan menantu putri. Mengenang itu bahagia dan sungguh penuh kesan. Walau kondisi lebaran saat itu bisa dikatakan sepi. Covid membatasi kebersamaan momen Idul Fitrih di rumah nenek. Namun senyuman nenek mengembang ceria sekali.

"Ya Allah ampuni saya, saya mohon ampun ya rabb!" teriakan nenek lantang mengaduh kesakitan, bubarkan lamunanku. Aku terpaku tidak tahu mau berbuat apa. Dalam kesakitannya antara sadar dan tidak sadar, nenek menumpahkan segala emosinya. Mulai menyesalkan kenapa kok ujian sakitnya diberikan saat usia renta, mengapa tidak kala muda. Protesnya tentang kesalahan apa sehingga Allah menghukumnya dengan ujian sakit yang menurutnya dahsyat luar biasa.

Semalaman hingga siang nenek belum tidur. Yang nemani nenek bergantian _ dirundingkan sendiri antarsaudara. Ibuku yang paling betah tidak tidur menjaga nenek. Kata nenek, mereka enak tidur gantian, sementara nenek tidak ada yang menggantikan, terjaga terus sampai siang hari. Ngantuk berat tapi sakit yang dirasakan tubuhnya tidak bisa menidurkan dirinya barang sesaat juga.

"Saya ini sakit manja, mau apa- apa tidak bisa. Kalo anak-anak sakit minta digendong. Saya tidak mInta gendong, anak-anak membenci saya. Saya terlalu banyak permintan, belum selasai satunya sudah merintah lainnya". Begitu curhatan nenek saat rada tenang sedikit.

Aku tidak membalas sepatah kata pun kecuali menyimak apa yang diungkap nenek. Aku membiarkan nenek puas dengan keluh kesahnya. Mengambilkan air minum jika memintanya. menyelimutinya jika mengatakan dingin , membuka selimutnya jika bilang panas, memperbaiki posisi bantalnya saat dirasa tidak nyaman. Aku tahu apa yang dilontarkan nenek di luar kesadarannya. Aku tahu putra putri nenek _11 orang_ semua berebut menunjukkan bakti untuknya

Nenek yang sabar ya? Aku mencoba mengisi sesaat kesenyapannya. "Bagaimana aku bisa sabar dengan yang seperti ini?"

"Istigfar saja Nek! "

Nenek pun membaca berbagai doa yang dihafalnya. Doa tolak balak, doa dijauhkan dari petaka, bencana dan ganguan makhluk lainya. Alhamdulillahnya kala memasuki waktu salat nenek ingat dan masih mendirikan salat. Katanya untuk dihaturkan -Nya jika saatnya tiba,

walau hanya dengan berbaring dan bersuci dengan tayamum saja.

Membersamai nenek siang itu membuatku sadar. Sakit itu adalah ujian kesabaran. menguji yang sakit dan yang merawatnya. Apakah bisa bersabar dan ikhlas menerimanya? Sakitnya orang tua merupakan ladang pahala bagi para anak untuk menunjukkan bakti pada orang tua.

Ketika anak kecil sakit orang tua merasa tak tega melihat penderitaannya. Lantas orang tua berdoa:

" Ya Allah cukupkan penderitaan anak hamba, kasihani dia, gantikan sakitnya pada hamba."

Orang tua rela menanggung sakitnya anak dipindah saja pada dirinya. Sebaliknya ketika anak sudah dewasa, adakah anak yang rela berkorban dan meminta sakitnya orangtua dipindah pada dirinya?

Siang itu , satu jam bersama nenek, aku benar- benar merasakan kehilangan senyumnya. Nenek benar- benar tak berdaya.

Nyanyian " Pajer laggu" yang biasa Nenek nyanyikan saat membuka jendela, dan membangunkanku hampir setengah abad lalu mengiang di telinga.

Ya rabb, hamba memohon kepada- Mu takdirkan yang terbaik untuk nenek, Semoga Engkau karuniakan pada nenek akhir yang husnul khatimah. Aamiin.

# Rumah, 22092020

Penulis : Husnul Hafifah, S.Pd.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Senyum yang hilang bisa ditemukan dengan canda ceria dari orang orang yang menyayangi nenek.

23 Sep
Balas

Makasih bunda...

23 Sep

mantap bu Pembina..izin follow ya

16 Nov
Balas

Luar biasa Bu...follw balik ya

24 Sep
Balas

Mantap semoga sehat selalu buat Ibu Husnul Hafifah

06 Mar
Balas

Ketika anak kecil sakit orang tua merasa tak tega melihat penderitaannya. Lantas orang tua berdoa:" Ya Allah cukupkan penderitaan anak hamba, kasihani dia, gantikan sakitnya pada hamba." Keren Bun sukses selalu ya Bun

23 Sep
Balas

Aamiin terima kasih bunda

23 Sep

Sudah saya folow.

23 Sep
Balas

Ok trims

23 Sep

Aamiin....

26 Sep
Balas

Sedih, Bunda. Semoga nenek diberikan kesabaran dan sehat kembali. Sukses Ibu. Salam literasi.

23 Sep
Balas

Aamiin, terima kasih ats doanya.

23 Sep

Semoga nenek dan keluarga di beri kesabaran, semoga menjadi ladang ibadah buat anak-anak yang sabar merawatnya.

23 Sep
Balas

Semoga nenek dan keluarga di beri kesabaran, semoga menjadi ladang ibadah buat anak-anak yang sabar merawatnya.

23 Sep
Balas

Aamiin, terima kasih doanya.

23 Sep

Semoga nenek dan keluarga di beri kesabaran, semoga menjadi ladang ibadah buat anak-anak yang sabar merawatnya.

23 Sep
Balas

Aamiin yra

05 Mar
Balas

Amin. Kenangan indah yaa, bu. Saya juga seneng bermanja dengan nenek... Salam sukses,Bu

23 Sep
Balas

Ibu bunda...terima kasih, salam sukses pula

23 Sep

Senyum yang hilang.goresan yang sangat indah. Salam kenal Bu.Follow back ya bu

24 Sep
Balas

Syafakallah nenek. Sukses berkah bunda

06 Mar
Balas

Semoga nenek lekas sembuh ya Bund. Tetap semangt.

07 Jan
Balas



search

New Post