Tatapan Senja Lelaki Paruh Baya
Oleh Husnul Hafifah
Senja ini datang ditemani rintik hujan. Masih suasana lebaran hari ke-3, jika tak ada covid senja begini biasanya saya bersama keluarga atau rombongan dengan keluarga adik baru nyampe rumah setelah seharian dari acara halal bihal keluarga besar.
Entah mengapa rinai hujan senja ini, memunculkan bayang kepiluan, dari seseorang, pilu duka hati yang tersayat-sayat. Tapi ia tak ingin ada orang lain tahu apa yang sebenarnya. Penuh misteri dan itu ia simpan sendiri. Pahitnya hidup dikunyah dan ditelannya pun sendiri.
Covid 19 pada satu sisi membawa kesengsaraan, tapi tak sedikit juga membawa manfaat bagi yang siap dengan perubahan. seperti ramadan kali ini, dengan aturan WFH, TFH, LFH kita semua lebih banyak di rumah. Salah satu hikmah dari ini adalah interaksi anak dengan orang tua lebih banyak, lebih efektif, lebih dekat. Sehingga orang tua lebih banyak membimbing putera-puterinya. Hubungan anak dengan orang tua lebih erat dan kasih sayang semakin kuat. Anak paham dan sadar betapa besarnya kasih sayang orang tua yang dicurahkan pada anak anaknya.
Benarkah akan selalu demikian?
Mengapa Senja ini harus ada pilu yang menyayat? Terngiang muhasabah yang disampaikan ustad saat cermah Id di halaman rumah 3 hari lalu. Dalam ekspresi geram dan menitikkan air mata sang ustad menyampaikan kisah agar kita bermuhasabah.
Suatu hari, Rasulullah didatangi seorang pemuda kaya, bersama lelaki tua renta. Kepada Rasulullah, pemuda itu mengeluhkan kebiasaan lelaki tua renta itu.
"Ya rasulullah lelaki tua bangka ini suka mencuri uang saya, mencuri makanan dan minuman saya," Adu pemuda itu pada Rasullah.
Lelaki renta itu tertunduk malu di hadapan Rasululah. Rasulullah paham bagaimana adab berbicara dengan orang tua. Beliau tidak ingin menambah luka hati dengan mengintrogasinya. Rasulullah mendekat pada laki-laki renta itu, mendinginkan hatinya, sambil memegang tangan laki laki itu, beliau berkata, "wahai orang tua berbicaralah apa yang ingin engkau katakan."
Lelaki tua di hadapan Beliau itu pun lalu berbicara.
" Ya Rasulullah. Aku adalah ayah dari pemuda ini. Ketika aku kuat dan anakku lemah, tatkala aku kaya raya dan anakku miskin, aku tidak
membelanjakan uangku kecuali untuk memberi dia makan dan pakaian agar dia tidak kedinginan. Bahkan terkadang aku membiarkan diriku
kelaparan asalkan dia bisa makan," kata pria tua itu dengan menangis.
Jawaban itu membuat Rasulullah terdiam. Begitu pula dengan pemuda yang mengadukan ayahnya.
" Sekarang aku telah tua dan lemah, sementara anakku tumbuh kuat. Aku telah jatuh miskin sementara anakku menjadi kaya," ucap laki-laki tua itu terisak, bicaranya terhenti sejenak. Rasulullah kemudian memegang tangan pria itu. Lalu meminta pria tersebut melanjutkan perkataannya.
"Aku memang mengambil uangnya untuk sekedar membeli makanan agar aku kuat beribadah. Aku mengambil makanan dan minuman dari rumahnya untuk menganjal perutku yang lapar."
" Dahulu aku menyediakan makan untuknya tapi sekarang dia hanya menyiapkan makan untuk anaknya. Aku begitu menyayanginya. Aku tak
pernah seperti dia memperlakukan aku. Jika saja aku masih seperti dulu. Aku masih akan merelakan uangku untuk dia," kata laki-laki renta itu.
Seketika, air mata Rasulullah berlinang. Meluncur melewati pipi dan jatuh melalui janggutnya.
" Baiklah, habiskan seluruh uang anakmu sekehendak hatimu. Uang itu milikmu," kata Rasulullah.
Wahai anak muda : Anta wa maaluka liabiika
Mendengar ucapan Rasul, ayah dan anak itu menangis dan berpelukan. Keduanya saling memaafkan.
Kisah yang mengandung nilai pendidikan bagaimana anak selayaknya menunjukkan baktinya pada orang tua, dan bagaimana rumah (orangtua ) memberikan pendidikan yang baik kepada putra putrinya.
Senja ini rintih hujan belumlah reda. Laki laki paruh baya, masih menatap senja, menunggu hujan reda. Entah akan ke mana setelahnya. Istri dan buah hati yang begitu disayang serta dimanjanya ketika ia mampu, dan ketika ia jatuh miskin, mereka mengusirnya. Tak ada secuil kebaikkan membekas di hati mereka. Entah dosa apa yang telah dilakukannya hingga mengubur semua kebaikan di masa lalunya.
Ya Allah, Engkau Maha Teliti, semua takakan lepas dari pengawasanMu,
Ya Allah Ya Rabb Engkau Maharahman dan Maharahim, Engkaulah Pemilik Segala Ampunan.
Semoga Engkau mengampuni kesalahan dan kehilafan hamba-Mu dan Engkau memberikan hidayah untuk bertobat serta memperbaiki diri. Aamiin
Kota tape, 27052020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar