Ibnu Rusdi Handono

Lahir di desa Pajaran, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, pada tanggal 25 Juli 1969. Lulus SDN Genengwaru Rembang th 1981, SMPN 1 Gondang Wetan P...

Selengkapnya
Navigasi Web

UTOPIA

Karakter Para Pejuang Yang Diabaikan

Besi dan Api

Ketika kita melakukan berbagai aktivitas, beberapa alat kerja sangatlah membantu pencapaian tujuan. Pisau, sabit, cangkul, garpu, sekop dan bajak itu contoh alat-alat yang akrab dengan petani untuk mengelola pertanian atau perkebunan. Palu, godam, obeng, tang, tatah, pasrah, gergaji dan bor berperan banyak dalam kriya para tukang kayu. Semua alat itu memiliki fungsi dan terbuat dari unsur besi dan ditempa dulu dengan api. Liat-ulet besi , bara api, dan energi kreasi menempa dalam sinergi mengahasilkan media dalam mewujudkan mimpi.

“Masa remaja ibarat lempengan besi yang sedang membara, saat yang mudah untuk ditempa menjadi apa saja. Termasuk saat yang paling tepat untuk ditempa menjadi para pejuang militan, bahkan calon pemimpin bangsa. Remaja adalah anak-anak usia sekolah. Sekolah-sekolah (madrasah) adalah tempat ideal untuk menempa mereka membangun mimpi masa depan. Sayang, keadaan sekolah-sekolah kita saat ini tidak cukup kondusif untuk menyemai calon-calon pemimpin bangsa. Anak-anak sekolah kita tidak mampu membangun mimpi besar karena imajinasi dan cita-cita utopis mereka tidak berkembang seperti yang seharusnya terjadi pada anak usia remaja yang bakal menjadi pemimpin masa depan.” Muhadjir Effendy, mantan ketua Keluarga Besar PII Jawa Timur (Opini, Jawa Pos edisi Jum’at 4 Mei 2012). Selanjutnya, “Akibatnya, naluri militansi, fanatisme, dan romantisme perjuangan mereka lampiaskan lewat tawuran, geng motor, vandalis, bahkan tindakan kriminal.” Opini kritis beraroma pesimis seorang Muhajir sang pemikir.

Muhadjir rupanya berazam atau setidaknya punya mimpi besar. Dalam romantisme perjuangan, militansi fanatis, dan idealis utopis para pelajar masa lalu ketika pemerintah kala itu membuka ruang bagi mereka (remaja pelajar) untuk berekspresi dan mengaktualisasikan ‘ghirah jihad’ mendobrak sengkarut jaman untuk tatanan masa depan yang lebih menjanjikan. Ia menyikapi kebijakan pemerintah dalam era hingar bingar kekinian, dalam hal ini menteri pendidikan dan kebudayaan kala itu, yang mengusung misi mempersiapkan generasi emas Indonesia dengan ‘membekali keterampilan perakitan (terap tehnologi) dan pruduksi’. Ia menyatakan, hal terpenting adalah pemerintah sebaiknya membuat terobosan dengan kebijakan yang mendorong dan memfasilitasi kembalinya organisasi-organisasi siswa ekstrasekolah (OSES) untuk berkiprah di sekolah-sekolah, seperti OSIS. OSES,menurut Muhadjir, adalah wahana potensial untuk menyemai calon pemimpin bangsa di masa depan.

Belajar dari pemikiran Muhadjir, kita (para praktisi pendidikan) agaknya perlu ‘menyelam lebih dalam’ untuk menggalih menemukan visi besar bagi Indonesia . Generasi emas perlu utopia. Generasi emas masa depan harus idealis-utopis, mamiliki energi-ledak api dan liat-ulet besi. Pemimpin masa depan harus memiliki militansi fanatik dalam mengusung visi besar, laksana Zulkarnaen yang mensinergikan bijih besi dan api untuk membendung gempur kemungkaran.

Militan-Fanatik, Idealis-Utopia, dan Jihad

Selanjutnya, perlu untuk menjelaskan ‘lima kata’ tersebut diatas agar tidak timbul salah konsepsi diantara pembaca. Militan, fanatik, idealis, utopia, dan jihad, lima kata serapan dari bahasa asing yang jarang dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Bahkan, kata-kata itu sudah mengalami pergeseran makna yang mengesankan ‘rasa negatif’ dan cenderung memicu phobia (rasa takut, anti). Militan bermakna sifat gigih tahan terpaan dan berani tak kenal takut, identik dengan karakter para pejuang cita-cita yang berani mati. Para rezim (penguasa) menyematkan kata militan kepada para kelompok oposisi atau para pemberontak yang anti kemapanan. Fanatik bermakna sifat teguh pendirian dalam menjalankan nilai kebenaran dan berani mempertahankan ideologi (keyakinan, iman). Fanatisme adalah keniscayaan dalam kaitannya dengan suatu ideologi, hal ini sering memicu konflik antar golongan jika fanatisme mengabaikan toleransi. Idealis dan utopia adalah identik dengan sifat menginginkan suatu idaman, teladan, atau cita-cita. Jihad bermakna berusaha sungguh-sungguh untuk mewujudkan suatu cita-cita atau suatu kondisi ideal bermartabat yang menjanjikan keadilan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran. Jihad, militan, fanatik, idealis, dan utopia adalah kata-kata yang erat dengan perjuangan, kegigihan, keluhuran, keteladanan,kepahlawanan dan idaman (cita-cita).

Muhadjir Effendy sekarang menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Tongkat komando kementerian pendidikan dan kebudayaan berada di tangannya. Seluruh insan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tentunya sedang menunggu kebijakan-kebijakan idealis-utopis dan tentunya aplikatif yang menjadi terobosan baru dalam membantu pemerintah mewujudkan cicta-cita bangsa. Aamiin.

Rembang, Juni 2017

Ibnu Rusdi Handono, S.Pd.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post