Ibrahim Guntur Nuary

Peraih Penghargaan Golden Generation 2017 dan Wisudawan Berprestasi 2018 yang diselenggarakan oleh IAIN Syekh Nurjati Cirebon, kolumnis diberbagai media massa, ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjaga Savira

Savira selalu melambaikan tangannya kepada Fahmi ketika bertemu digerbang kampus. Savira melambaikan tangan karena didepan gerbang kampus selalu ramai dan Fahmi yang menggunakan kaca mata selalu bingung pada keramain untuk mencari Savira. Fahmi pun selalu mengetahui bahwa setiap lambaian dekat gerbang kampus adalah Savira, segera Fahmi menuju kearah Savira menggunakan motor butut yang sering kali ditertawakan oleh teman-temannya, tapi Fahmi tidak menghiraukan hal tersebut, yang terpenting adalah Savira selalu nyaman dan menerima apa adanya Fahmi. “Nunggu lama yah?” tanya Fahmi sembari melihat jam tangannya. “Enggak juga, akunya aja yang kecepetan nunggu kamu” jawab Savira lembut. “Yuk naik aku anter pulang” ajak Fahmi mengedipkan mata kepada Savira. “Mulai dech mata sipit genitnya” Savira melihat sinis manja kepada Fahmi. Fahmi hanya tersenyum kepada Savira.

Fahmi mengantar Savira pulang ke rumah, rumah Savira memang tidak terletak jauh dari kampusnya. Selama perjalanan dari kaca spion, Fahmi selalu memandangi wajah anggun nan indah milik Savira. Savira yang terkenal dengan keanggunannya karena parasnya yang rupawan selalu mengundang mata lelaki yang melihatnya. Banyak sekali pria yang jatuh hati padanya dan bahkan ada yang hendak melamarnya hingga datang kerumah Savira untuk membujuk ibunda Savira, tapi ibunda Savira mengetahui bahwa Savira sudah berhubungan baik dengan Fahmi hingga pria yang melamar Savira selalu ditolak oleh ibunya dan juiga Savira. Walaupun terkadang ibunda Savira selalu khawatir dengan Fahmi, khawatir anaknya diapa-apakan oleh Fahmi, tapi Fahmi memang anak yang baik dan tidak akan mungkin melakukan hal yang aneh kepada Savira. Fahmi selalu mempunyai alasan bahwa cinta adalah menjaga bukan untuk merusak karena wanita itu bagaikan barang pecah belah, apabila sudah pecah maka tidak akan sempurna untuk diperbaiki lagi. Itulah yang menjadi patokan Fahmi untuk selalu melindungi Savira.

Sesampainya di rumah Savira, ibunda Savira sudah menunggu Savira di rumah dengan raut wajah yang sumringah karena menang undian rumah. Seperti biasa, Fahmi yang terkenal lembut dengan orang tua selalu salaman dengan ibunda Savira sebelum dirinya pamit pulang, tapi kali ini ibunda Savira mengajak Fahmi untuk makan siang bersama. “Nak, jangan pulang dulu, ayo kita makan siang bersama” ajak ibunda Savira sumringah. Mendengar hal tersebut, Savira dan Fahmi saling berpandangan aneh apa yang telah diucapkan oleh ibundanya, karena selama ini ibunda Savira tidak pernah mengajak makan Fahmi. Savira sangat senang mendengarnya, tidak menunggu lama, Savira langsung mengajak Fahmi masuk ke ruang makan yang sudah banyak hidangan menu makanan spesial yang dibuat oleh ibunda Savira. Ibunda Savira membuat makanan spesial kesukaan Savira dan Fahmi, mereka berdua kaget bukan kepalang karena ibunya Savira tidak pernah masak sebanyak dan isinya adalah makanan kesukaan Savira dan Fahmi. “Mah, emang ini sebenarnya ada apa, kok mamah masaknya banyak banget, makanan kesukaan kita berdua” tanya Savira penasaran pada ibunya. “Ada hal penting yang harus kalian tahu, mamah baru menang undian rumah dan rumahnya mamah berikan untukmu” ibunda Savira menunjuk Savira. Betapa kagetnya Savira mendengarkan ucapan ibunya.

Fahmi yang berada disamping Savira seakan-akan layu dan tidak berdaya. Dirinya berasal dari keluarga yang biasa saja. Mendengarkan hal tersebut Fahmi merasa senang dan sedih. Senang karena rumah Savira akan menjadi rumahnya juga, sedih karena Savira takut tergoda oleh cinta yang baru karena Savira sudah memiliki rumah dan artinya siap untuk dinikahkan. Tidak berhenti disitu ibunda Savira langsung menyarahkan anaknya kepada Fahmi untuk dijaga. Sontak saja Savira dan Fahmi kaget untuk kesekian kalinya, walaupun mereka hanya teman biasa tapi mereka saling menyayangi satu sama lain. ibunda Savira merestui hubungan mereka hingga menikah nantinya, lagipula Savira memang sangat mencintai Fahmi dan tidak ada lelaki lain yang dapat menggantikannya. Hal tersebut membuat Fahmi lega dan tidak was-was lagi kepada Savira dan ibundanya.

Ibunda Savira langsung menyuruh Savira untuk mengemasi barang-barang miliknya untuk pindah kerumah baru Savira. Hal ini dilakukan agar Savira terbiasa nantinya untuk menjadi istri Fahmi dan mengurus rumah. Fahmi yang sangat menyayangi Savira membantu Savira beres-beres rumah baru Savira hingga selesai. Savira selalu mengajak main Fahmi kerumah barunya setelah pualng kuliah hingga sore. Fahmi menyadari bahwa dirinya belum halal dengan Savira, hingga Fahmi selalu mengajak ngobrol Savira diteras rumahnya khawatir terjadi yang tidak diinginkan. Savira juga menyadari juga bahwa dirinya juga belum halal dan hal tersebut tidak menjadi masalah ketika harus berbicara diteras. Tak jarang Savira mengajak nginap Fahmi karena takut tinggal sendirian dirumahnya. Fahmi selalu menolak ajakan Savira walaupun nantinya Fahmi tidur di ruang tamu dan Savira dikamar. Fahmi taku khilaf dan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Suatu ketika rumah Savira ada yang mengintai, maling mulai marak dekat rumah barunya. Hingga Fahmi khawatir dengan Savira dan memutuskan untuk menginap dirumah Savira. Fahmi memilih untuk tidur diteras rumah dan tidak tidur diruang tamu, khawatir terjadi yang tidak diinginkan. Niat Fahmi selalu terjaga yaitu untuk menjaga Savira sebelum halal. Savira menyediakan kasur gulung, bantal, serta selimut untuk Fahmi agar tidak kedinginan. Savira selalu membujuk Fahmi untuk tidur diruang tamu tapi Fahmi selalu menolak, hal tersebut supaya Savira aman. Fahmi tidak menjadi masalah untuk tidur diteras rumah Savira. Sayangnya Fahmi kepada Savira memang sangat besar sekali, sehingga apapun dilakukan Fahmi agar Savira selalu merasa nyaman kepada dirinya. Fahmi selalu terjaga untuk menjaga Savira dari orang yang ingin menjahati Savira. Hingga tengah malam Fahmi tidak kunjung tidur karena khawatir ada maling yang masuk kerumah Savira.

Savira memandangi Fahmi dari jendela kamarnya dan berbisik dalam hati bahwa calon imamnya sangat luar biasa. Fahmi selalu menjaga Savira dan sering kali tidur dirumah Savira untuk menjaga Savira. Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi Fahmi, yang terpenting adalah kenyamanan Savira. Hingga mereka lulus kuliah dan tiga tahun kemudian mereka melangsungkan pernikahan. Savira sangat bangga kepada Fahmi yang selama ini menjaganya hingga halal. Fahmi tidak pernah menyentuh Savira dan tidak pernah melakukan hal negatif kepada Savira, melainkan Fahmi selalu mendukung Savira apabila sedang sedih dan putus asa. Hingga Savira sangat menyayangi dan percaya penuh kepada Fahmi. Sikap Fahmi setelah menikah tidak berbeda kepada Savira, malahan Fahmi semakin sayang kepada Savira. Fahmi selalu memberikan yang terbaik kepada Savira dan Savira pun demikian. Hingga mereka mempunyai dua anak yang menggemaskan mirip Fahmi dan Savira. Hidup mereka sangat bahagia bagaikan Romeo dan Juliet yang saling memadukan kasih hingga anak mereka melahirkan anak lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post