Adab Makan Islami
Pernahkah anda pergi ke suatu acara dengan hidangan a la prasmanan? Saya yakin, hampir semua pembaca akan menjawab pernah. Ya, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai macam acara semacam itu. Di pesta perkawinan, khitan, ulang tahun atau bahkan rapat/ diklat yang digelar di hotel. Lalu, pernahkah di antara anda mengamati, bagaimana perilaku orang (lebih spesifik orang Indonesia) di pesta perkawinan misalnya, terhadap sajian hidangan prasmanan? Mungkin jarang ada orang memperhatikan itu. Saya masuk ke dalam kelompok yang jarang itu.
Siang ini saya menghadiri pesta mantu seorang pejabat di Bojonegoro. Karena yang punya hajat pejabat, undangan pun berjubel hingga kami harus antri untuk sekedar mengisi buku tamu dan memberi ucapan selamat kepada mempelai dan shohibul hajat. Untungnya, gedung tempat pesta itu cukup luas. Jadi, meski tamu sangat banyak, kami tidak harus umpel-umpelan. Makanan yang disajikan? Masya Allah...banyak dan enak. Nasi goreng, asem-asem, sate kambing, bakso, capcay bahkan es krim pun dari merek terkenal.
Seperti tamu lain, sayapun antri mengambil beberapa menu (dengan porsi kecil). Setelah saya rasa cukup, saya mencari tempat duduk untuk menikmati makanan saya. Banyak sekali tempat duduk kosong tersedia. Namun aneh, para tamu lebih memilih berdiri di dekat meja sajian menu. Untuk apa? Mungkin untuk mempermudah jika mereka ingin nambah. Masya Allah, padahal dari cara berdandan saya bisa pastikan kalau mayoritas dari mereka adalah muslim. Lalu mengapa mereka seperti tidak mengindahkan (atau mungkin tidak paham) ajaran rasulullah "janganlah engkau minum (mestinya juga makan) sambil berdiri"? Hanya karena ingin praktis lalu kita dibenarkan berperilaku seperti itu? Sedih.
Pengamatan saya berikutnya adalah pada para tamu yang duduk di dekat saya. Dengan tanpa dosa mereka penuhi piring dengan berbagai jenis makanan. Udang goreng, ayam, nasi, asem-asem, sate memenuhi piring. Orang jawa menyebutnya "srokoh". Lalu, dengan seenaknya mereka hanya makan setengahnya dan membuang sisanya begitu saja. Lagi-lagi, mereka tidak mengindahkan ajaran islam untuk tidak berlebihan dalam urusan makan. "Mumpung gratis" mungkin itu yang ada dalam benak mereka. Tapi, apakah hanya karena alasan itu kita dibenarkan melakukannya? Tidakkah mereka sadar, masih banyak saudara kita nun jauh di sana yang menderita kelaparan? Sungguh ironis.
Di suatu kesempatan saya pernah berkunjung ke Singapura. Kita pasti tahu kalau mayoritas penduduk Singapura adalah non muslim. Namun, di resto hotel RELC tempat saya menginap terpampang jelas tulisan "LOVE FOOD HATE WASTE, 5 dollar is rechargable for every 100g of wasted food" Wiw, denda 5 dolar, man! Untuk makanan yang nyata-nyata sudah kita bayar, bagaimana bisa? Iseng saya pernah nanya ke waiter "Why is it so?" Dijawab, anda mungkin mampu membayar, tapi sumber daya alam itu adalah milik bersama, jadi jangan disia-siakan. Be responsible.
Helloww.... Kalau mereka saja bisa seperti itu, kenapa kita yang muslim, yang jelas-jelas diberi ajaran yang baik tentang adab makan, tidak bisa berlaku demikian? It's all about character and mindset. Yup, nampaknya harus ada yang bisa mengubah karakter dan pola pikir masyarakat kita. Itu semua tidak bisa terjadi begitu saja. Harus ada peranan aktif dari berbagai komponen untuk mengajarkan karakter dan pola pikir yang benar sejak dini: di lingkungan keluarga, masyarakat dan juga sekolah.
Jadi, tunggu apalagi...ayo kita ramai-ramai mengampanyekan adab makan islami: makan sambil duduk dan (mengambil) makan secukupnya. Jangan sia-sia sumber daya alam yang ada sekarang karena anak cucu kita masih membutuhkannya puluhan tahun ke depan.
Masih mau makan di pesta sambil berdiri? Masih mau serakah mengambil makanan untuk kemudian dibuang percuma? Come on... Be wise, be responsible.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus. Kalo boleh saya tambahkan tentang barokahnya makan yaitu ada 4 kriteria makan yang barokah 1. Makanannya halal, 2. Sebelum makan baca Bismillah, 3. Tangannya banyak (artinya makan bersama atau tunggalan), 4. Setelah makan baca Alhamdulillah.