Aku memanggilnya ibu Eli. Nama lengkapnya Elizabeth Tina Ngasu. Aku mengenalnya di kegiatan Bimtek Sagusabu yang digelar P4TK IPA). Dia seorang guru senior yang mengajar Biologi di SMA Negeri 1 Rangke Rembong, NTT. Aku sebut senior karena dia akan memasuki masa pensiun lima tahun lagi. Namun bukan hanya itu, dia juga memiliki pengalaman mengajar yang luar biasa. Dia orang yang ramah dan baik hati. Pertama kali bertemu, aku merasakan energi positif terpancar dari dirinya.

Banyak hal positif bisa aku petik darinya. Di usianya yang menjelang senja, dia masih aktif mengembangkan diri, terutama dalam hal yang berhubungan dengan profesinya. Dia membuat modul pelajaran biologi untuk siswa siswinya, digandakan dengan cara difoto copy, hingga 1000 eksemplar. Luar biasa! Hal postif lainnya yang bisa aku serap darinya adalah rasa syukur. Yupp, setiap berinteraksi dengannya, entah berapa kali aku harus mendengar kalimat syukur terucap dari bibirnya. Aku bersyukur bisa hadir dalam acara yang keren ini, aku bersyukur bisa mendapat ilmu dari para nara sumber, syukur ya kita bisa satu bungalow dengan nara sumber sehingga kita bisa bertanya banyak hal dan seabrek rasa syukur lainnya.

Hal mengagumkan yang bisa aku temukan darinya adalah kreatifitasnya. Suatu pagi, ketika kami sarapan bersama, dia sempat berbagi tentang pengalamannya mengajar. Menurutnya, dia suka mengajar ilmu biologi dengan metode mendongeng. Ya, mendongeng yang layaknya dilakukan seorang ibu kepada anak-anaknya menjelang tidur. Ceritanya tentang bagaimana HCl menjadi satpam, kemudian memanggil pepsinogen agar memberikan pepsin untuk mengubah protein menjadi protease dan pepton cukup membuatku terpukau. Ternyata, pelajaran biologi bisa sangat menyenangkan jika dikemas dengan gaya bercerita seperti itu. Aku jadi berandai-andai. Andai bu Eli adalah guru biologi puluhan tahun silam. Ah, sudahlah...

Tunggu dulu.... masih ada satu hal lagi yang membuatku semakin menyukainya. Aku suka prinsip hidupnya: siapa yang menabur, dia akan menuai. Dengan prinsip ini, dia mengajarkan pada anak-anaknya untuk selalu berbuat baik. Dia larang anak-anaknya untuk menceritakan keburukan orang lain. Baginya, dalam hidup ini dia hanya ingin menebar kebaikan agar dia bisa panen hasil yang baik pula. Amazing! Kalau sudah begini, mungkin lebih pantas aku yang berucap, “Aku bersyukur bisa bertemu dengan ibu Eli. Seorang guru yang sarat pengalaman dan sangat menginspirasi.”

Cimahi, 30 Agustus 2017

10.45 WIB