Swinger Pembawa Petaka (Cerita Liburan Part 2)
Kisah ini adalah lanjutan kisah liburan yang saya upload sebelumnya...
Keluar dari wahana film 3D, kami langsung disambut dengan wahana swinger. Segerombolan anak muda di belakangku langsung berlarian ke arah situ. Entah apa yang ada di otakku, akupun jadi ikutan terpengaruh, berlari ke arah swinger.
"Yuk, kita naik itu. Gapapa sesekali jadi anak kecil," ajakku pada pasukan kecilku.
Kala itu, dalam benakku, swinger tak ubahnya seperti carousel, wahana kuda-kudaan yang berputar dan bergerak naik turun pelan-pelan. Konyolnya, Aa, kk dan ad tanpa membantah langsung ikut masuk arena. Pengaman besi terpasang, sabuk pengaman terkunci klik, aku masih santuy, belum curiga sama sekali. Aa dan kk ambil posisi di depan, aku dan ad di belakang.
Swinger mulai bergerak pelan, makin lama makin ke atas dan makin cepat. OMG, aku baru menyadari kalau ini tidak seperti carousel yang aku bayangkan. Aku sudah mulai ketakutan, tapi terlambat. Tak mungkin aku loncat turun. Bisa-bisa wassalam aku.
Para abege di sekitarku menjerit-jerit senang. Aku? Ohh, ngeri... Kupenjamkan mata sambil mulut komat-kamit beristighfar. Astaghfirullahaladziim... Astaghfirullahaladziim...
Aku benar-benar ketakutan, berasa seolah berada di ujung maut. Ya Allah, gimana kalau aku terlempar... Ya Allah, gimana keadaan Ferdiku, pasti dia juga ketakutan. Istighfar, rasa takut dan kawatir akan Ferdi datang silih berganti di otakku. Aku merasa swinger berputar makin cepat dan makin tinggi. Aku makin takut. Aku terus memejamkan mata sembari beristighfar. Tiba-tiba, aku merasa swinger bergerak menurun. Ada rasa sesak menekan di ulu hati. Mual. Ya Allah, kapan siksaan ini akan berakhir?
Gerakan swinger lebih melambat, makin melambat dan akhirnya benar-benar berhenti. Lima menit penuh siksaan sudah berlalu. Aku dengar suara pengunjung mulai keluar arena sambil tertawa-tawa senang. Puas sekali nampaknya mereka. Aku? Aku masih belum berani membuka mata. Ngejer.
Aku merasa Aa mendekat dan berusaha menyadarkanku. Dibimbingnya aku keluar arena. Sampai di luar, aku merasa kepalaku sakit sekali. Mataku berkunang-kunang. Aku langsung muntah dan menangis histeris.
"Aku kapok..aku kapok... Aku gak mau naik itu lagi" teriakku seperti bocah. Aku tak peduli beberapa pengunjung menatapku. Tubuhku lemas serasa ingin pingsan. Seorang ibu menawarkan antangin pada Aa. Aa terima sembari berterima kasih. Tak lama kemudian petugas medis datang.
Apa yang terjadi denganku kemudian? Bagaimana keadaan kk dan ad Ferdi? Nantikan kisahnya di episode 3.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makasih koreksinya...
Wah, makin seru nih Bund. Kata akupun seharusnya aku pun. Maaf Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik