Ichsan Hidajat

Write. Just write....

Selengkapnya
Navigasi Web
KAKAK, MULAILAH LANGKAHMU DI GARIS FINIS
sumber: http://daendelssabono.blogspot.com

KAKAK, MULAILAH LANGKAHMU DI GARIS FINIS

#Tantangan Menulis 30 Hari

#tantangangurusiana

Hari Ke-10

Kakak, obrolan kita sore ini santai tapi agak serius.

Begini, Ayah mau tanya. Kakak sudah tahu mau jadi apa kalau sudah lulus kuliah? Sudah tahu? Jangan ketawa. Basi ya, pertanyaannya? Pokoknya pikirkan sebentar saja. Menurut Kakak, apa Kakak sekarang sudah menjadi yang Kakak impikan? Apakah Kakak sudah melakukan apa yang selama ini Kakak ingin lakukan? Jawab jujur saja.

Kuliah kamu nggak salah jurusan, kan? Lalu rintisan bisnis bareng teman-teman kuliah itu mau diseriusi? Ayah liat hobi Kakak juga sudah “menghasilkan”. Iya, hasil – sedikit tapi bisa buat jajan, kan? Sudah nyaman dengan semua kerjaan itu?

Iya, itu semua baru rintisan. Baru enam bulan bisnis. Tapi bukan sekedar main-main, cuma mengisi waktu atau asal-asalan, kan? Kuliahmu juga sudah empat semester, lho.

Dengar, ya. Kakak harus tahu, ada orang-orang yang ketika sudah seumur Ayah tiba-tiba menyadari kalau mereka meraih kesuksesan yang kosong. Tidak bermakna. Meraih suatu pencapaian yang sepertinya luar biasa tetapi tidak memberi makna bagi hidupnya. Pengorbanannya lebih besar dari pada yang mereka peroleh. Merasa salah jalan, tidak nyaman dengan kedudukan dan prestasi saat ini. Perumpamaannya kira-kira begini, kalau kamu menyandarkan tangga sukses pada sebuah dinding yang salah, maka langkah pendakian kamu akan membawa kamu nyasar. Tersesat. Berada di sebuah ketinggian tapi pemandangan yang kamu nikmati bukanlah yang kamu idamkan.

Jadi manajer, padahal cita-citanya ingin jadi pelukis. Pegawai Negeri tetapi lebih nyaman jadi pedagang. Akuntan di perusahaan besar tetapi lebih berhasrat menjadi chef restoran. Banyak orang yang bekerja sekuat tenaga, tetapi tidak memiliki kejelasan akan visinya. Nah, orang seperti ini, pencapaian mereka tidak akan sepadan.

Ada juga orang-orang yang sejak awal tidak tahu harus memilih jalan hidup, pekerjaan, karir seperti apa. Yang terjadi, terjadilah. Tidak punya visi sama sekali. Wah, ayo jangan membicarakan orang seperti ini.

Masih bisa mengikuti maksud pembicaraan kita?

Ayo, Kak. Ayah mengajak kamu berimajinasi. Maksudnya bayangkan saja di pikiran Kakak apa keinginan terbesar Kakak, harapan dan cita-cita Kakak. Gambarkan sejelas mungkin. Sehidup mungkin. Dengan garis. Dengan lengkung. Dengan nuansa warna. Juga beri musik.

Terbayang?

Kalau Kakak tidak bisa menggambarkan siapa sebenarnya Kakak dan apa yang Kakak inginkan dalam hidup, coba minta bantuan orang lain atau keadaan tertentu untuk merumuskan jati diri Kakak dan kehidupan Kakak. Tanya pendapat orang lain tentang kemampuan, potensi dan keunggulan yang Kakak punya. Hubungkan lagi keunikan yang ada pada diri Kakak dan tidak dipunyai orang lain. Juga temukan batasan personal, moral dan etika yang sesuai hati nurani Kakak. Batasan yang bisa mengekspresikan dengan nyaman diri Kakak yang sesungguhnya.

Satu lagi yang penting, mulailah hari Kakak dengan membayangkan garis finis. Bagian akhir dari setiap usaha dan kerjaan. Seperti pelari yang sudah tahu di mana garis finis, dia akan mengikuti jalur yang tepat sejak mengambil awalan lari di garis start. Kamu juga bisa begitu. Mulailah setiap hari, tugas, kegiatan, proyek, hobi, bisnis kecil-kecilan dengan visi yang jelas. Kamu harus tahu arah dan tujuan yang kamu idamkan. Itu yang Ayah maksud dengan garis finis.

Bukan untuk mengalahkan orang lain. Lebih untuk memenangkan diri Kakak sendiri.

Seperti penulis cerita pendek. Atau novel. Seperti Andrea Hirata. Atau Dee Lestari. Sebelum menuliskan judul, sang penulis sudah harus tahu bagaimana ending cerita yang akan dia tulis. Sebelum dia mulai menulis. Plotnya harus menuju ke ending yang sudah ditetapkan. Konflik, leliku cerita dan resolusi harus mendukung akhir yang diinginkan. Kalaupun ada sempalan di tengah-tengah cerita, sang tokoh harus kembali ke gagasan utama.

Apa lagi harapannya, kalau bukan happy ending.

Nah, Kakak sudah mengerti?

Sekarang, kasih tahu Ayah, mau jadi apa Kakak sebenarnya? Hm, Kakak butuh beberapa hari untuk berpikir. Boleh.

Ayo, minum dulu. Kopinya sudah mulai dingin tuh.

Santai saja.

@11022020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post