Ichsan Hidajat

Write. Just write....

Selengkapnya
Navigasi Web
Melupakan Ayah

Melupakan Ayah

#Tantangan Menulis 30 Hari

#tantangangurusiana

Hari Ke-4

.

.

.

Tiap hari ayah menikamkan sejarah di dadanya

meludahkan darah, tubuh anak-anak sebagai kanvas

desis mantra, muntah rupa-rupa luka

wangi dupa dan tembakau bau napasnya

...

Ayah menancapkan riwayat layaknya pemahat

menggoreskan sawah gerimis, tebu berbaris-baris,

bilur telapak kaki menginjak matahari,

jasmani hangus, sungai keringat, rongsok pundak,

bertaruh tiap jejak

rayakan malam bangkrut di meja judi,

kartu-kartu kalah, hidup-hidup yang payah

...

Ayah mencorengi dahi dan kedua pipi anaknya

seakan totem

menumpahkan sihir

Lalu anak-anak mengonggok jasad mereka

di sudut kamar, dirubung debu dan serangga

...

Terlupakan

.

.

.

@05-02-2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Diksinya, dalam.

05 Feb
Balas

Puisi harus merevolusi bahasa, ia menampilkan diri dalam bentuk yang belum pernah ada. Mudahmudahan memberikan makna bagi kehidupan.

05 Feb

Sudah saya follow, follow back ya, salam kenal, salam literasi

05 Feb
Balas

Salam kenal, Pak Radi.

05 Feb

Wih..keren banget tulisannya

05 Feb
Balas

Terima kasih, bu Rika

05 Feb

Mantap tulisannya!

05 Feb
Balas

Terima kasih, Bu Nurli. Atau bu Yanti?

05 Feb



search

New Post