Ichsan Hidajat

Write. Just write....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mencuri Buku Itu Baik

Mencuri Buku Itu Baik

Bayangkan seorang remaja berseragam putih abu-abu berdiri tegang di sela-sela deretan rak buku. Sesekali ia menengok ke kiri dan ke kanan. Tangannya berusaha menyelipkan buku “Blues untuk Bonnie” ke balik bajunya. Anak itu berjalan mengendap di belakang antrean meninggalkan perpustakaan. Dia bersikap setenang mungkin demi menghindari kecurigaan pustakawan dan pengunjung lain. Sebuah petualangan seru, bukan?

Ketika hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA) rilisan OECD 2015 menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia tak suka membaca, pencurian buku menjadi aksi yang hebat dan luar biasa. Dari standar skor internasional tingkat literasi 500, Indonesia masih berada pada 10 besar peringkat terbawah, ke-62 dari 72 negara dengan skor 395. UNESCO menyebutkan bahwa dari 1000 orang, hanya 1 orang Indonesia dengan minat baca tinggi.

Orang Indonesia tidak suka membaca. Tidak semua orang kerasan membaca. Beri seseorang buku dan mintalah dia membacanya. Apakah dia akan bertahan membaca dalam, katakanlah, sepuluh menit? Tidak banyak orang bisa bertahan. Matanya akan terasa pedih, kepala mulai berpusing dan mual pun menyerang.

Saat ini membeli buku menjadi suatu tren belanja anak muda. Mengoleksi buku dan memajangnya di ruang tamu dianggap keren. Saya kira, kebiasaan membeli banyak buku bukan hal yang cukup baik. Cenderung konsumtif dan sekedar menegaskan status sosial. Kamu membeli buku yang sedang hype dan memasang foto diri bersama sampul buku pada media sosial. Kamu membaca sinopsis pada sampul belakang sedangkan naskah lengkapnya tidak kamu baca. Bukunya tidak kamu sentuh, tetap bersegel plastik - bertengger di rak depan. Seakan perpustakaan.

Saat ini tidak semua orang punya akses ke toko buku dan membeli buku. Kalau bukan perihal harga buku, penyebabnya adalah akses ke rumah baca dan perpustakaan. Harga buku melambung-lambung seperti balon gas dan orang cuma bisa membayar satu sambil nelangsa memandangi lima buku lainnya. Dulu mudah sekali menemukan buku bagus atau langka di gelaran kaki lima, kini bahkan satpol PP pun tidak begitu suka dengan penjual buku bekas. Perpustakaan, tak semua daerah memiliki fasilitas penting tersebut.

Ini dia solusinya: mencuri buku. Serius, ini adalah saran paling cool untuk para siswa di sekolah. Diam-diam mengambil buku di perpustakaan sekolah atau kampus, lalu berlagak lalai mengembalikannya. Berharaplah pustakawan sekolah lebih sibuk dengan pekerjaan administrasi lainnya dan melupakan catatan pengembalian buku. Risiko terburuknya adalah membayar denda keterlambatan pengembalian buku Sangat setimpal dengan kesenangan yang kita dapatkan. Blues untuk Bonnie-nya Rendra bisa bertahan di rumah saya selama enam bulan dengan cara seperti itu. Menjelang pembagian rapor barulah saya kembalikan buku itu setelah kena tegur wali kelas.

Atau pinjamlah buku dari seorang teman dan berpura-puralah lupa mengembalikannya. Lalu dengan konyol seorang teman menuliskan pepatah di dinding kamarnya:: Sebodoh-bodohnya orang adalah yang meminjam buku tapi buku tersebut kemudian dikembalikan.

Fenomena pencurian buku, pada satu sisi, menunjukkan betapa sang pelaku sangat berhasrat untuk membaca sebuah buku. Mempertaruhkan risiko tertangkap, diganjar sanksi disiplin dan rasa malu demi kenikmatan membaca sebuah buku. Jadi, di tengah kenyataan parahnya tingkat literasi dan kegemaran membaca orang Indonesia, mencuri buku itu baik.

Meski, tetap saja, tidak boleh.

Sumber ilustrasi: http://primaananta.blogspot.com/2015/04/hikayat-pencuri-buku.html

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya pernah menemukan, skripsi dan tesis di perpustakaan salah satu perguruan tinggi di Bandung, yang beberapa halamannya hilang, sobek, diambil paksa oleh pembacanya. Miris.

08 Apr
Balas

Vandalisme seperti itu memang masih terjadi, bahkan di kalangan "terpelajar".

08 Apr



search

New Post